WANI NGALAH LUHUR WEKASANE PARIBASAN MITURUT : (WICAKSANA / BIJAK, TEMBANG MACAPAT JENIS WIJIL, KAPETINGAN UMUM)
Kata-kata bijak atau paribasan Jawa yang berbunyi Wani Ngalah Luhur Wekasane, atau terkadang diucapkan Andhap Asor, Wani Ngalah Luhur Wekasane. Artinya siapa yang mau atau berani mengalah pada akhirnya mendapat kemenangan. Ungkapan atau kalimat singkat berisi perbandingan, perumpamaan, kata bijak atau aturan tingkah laku manusia, ini diciptakan atau diucapkan oleh nenek moyang kita pada keadaan atau situasi tertentu atau kepada seseorang yang mendapat perlakuan tidak baik. Misalnya seseorang yang dicibir, diejek, dicaci, dimaki, dicerca, bahkan difitnah. Ungkapan itu dinasihatkan kepada seseorang agar tidak membalas dengan hal yang sama.
Ngalah atau mengalah bukan berarti kalah. Orang yang mengalah karena difitnah oleh lawan atau seseorang yang membencinya, akan mendapat kemenangan atau kemuliaan dikemudian hari. Fitnah, berarti menuduh seseorang yang sebenarnya tidak melakukan sesuatu seperti yang dituduhkan. Pemfitnah sejatinya sedang menguras sendiri energi positifnya, bahkan mentransfer energi positif kepada pihak yang difitnah. Alhasil si korban fitnah akan mendapat kekuatan positif berlipat ganda.
Pada gambar ilustrasi diatas ada segerombolan burung gagak sedang menyerang, mengeroyok sebuah tunggul kayu. Itupun saya ambil dari sebuah paribasan Jawa yang bunyinya Gagak Karo Tunggak Menang Tunggak. Tentu saja tidak bisa diartikan secara harfiah. Paribasan itu menggambarkan seseorang atau kelompok (gagak) yang menyerang secara membabi buta yang dianggap sebagai lawannya (tunggul kayu). Pihak yang diserang (tunggul atau tonggak) tetap diam tak bergerak, tidak melakukan perlawanan. Gagak adalah sejenis burung buas pemakan bangkai. Paruhnya keras sekeras pualam dan setajam badik. Demikian juga kuku-kuku cakarnya bagaikan gancu baja. Namun jika penyerangan itu lantaran didasari rasa iri, dengki dan niat jahat lainnya maka, bukan hanya tak berhasil menumbangkan tunggak (tunggul), justru bulu-bulu gagak yang rontok, paruhnya pun retak bahkan remuk, juga kuku-kuku cakar sang gagakpun mrotholi (tanggal dari jarinya).
Selain dari paribasan Jawa tersebut, masih banyak peribahasa atau kata-kata bijak dari berbagai suku bangsa lainnya, contohnya, siapa menebar akan menuai, siapa menebar angin akan menuai badai, menepuk air di dulang terpercik muka sendiri, bagaikan melempar pasir ke langit, dan masih banyak lagi. Bahkan dalam kitab suci berbagai agama pun ada, tapi saya tidak berani menyebut dalam surat apa dan ayat berapa, takut salah.
Demikianlah, jika kita disindir, diejek, dicibir, dicaci, dimaki bahkan difitnah, menepis boleh, tapi tidak perlu membalas dengan perbuatan yang sama. Saya percaya, nenek moyang kita dulu menciptakan paribasan itu tidak asal-asalan, sarat akan nilai-nilai budi pekerti dan kemanusiaan, dan bisa dibuktikan. Andhap Asor, Wani Ngalah Luhur Wekasane. Dan ada juga yang bilang Gusti Allah ora sare.
WANI NGALAH LUHUR WEKASANE (TEMBANG MACAPAT JENIS WIJIL)
Wani Ngalah Luhur Wekasane'
Syair lagu berjudul Wani Ngalah Luhur Wekasane karya Sumaryoto Padmodiningrat.
Dedalane guna lawan sekti
Kudu andhap asor
Wani ngalah luhur wekasane
Tumungkula yen dipun dukani
Bapang den simpangi
Ana catur mungkur
Syair lagu berjudul Wani Ngalah Luhur Wekasane, jenis Mijil, salah satu tembang dalam Macapat.
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait Macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.
Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali, Sasak, Madura, dan Sunda. Selain itu, Macapat juga pernah ditemukan di Palembang dan Banjarmasin.
Biasanya Macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula.
Macapat diperkirakan muncul pada akhir era Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah. Sebab, di Jawa Timur dan Bali, Macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam.
Karya-karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram baru, pada umumnya ditulis menggunakan metrum Macapat. Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra, tapi hanya semacam daftar isi saja.
Beberapa contoh karya sastra Jawa yang ditulis dalam tembang Macapat termasuk Serat Wedhatama, Serat Wulangreh, dan Serat Kalatidha.
Adapun makna dari syair lagu Mijil tersebut kira-kira, Jalan untuk menjadi orang yang berguna dan berilmu, harus rendah hati, berani mengalah itu tinggi martabatnya, merendahlah jika dikritik, hindarilah keburukan, dan hindari perkataan yang tidak perlu.
MAKNA HARFIAH WANI NGALAH LUHUR WEKASANE (KAPETINGAN UMUM)
Wani ngalah, luhur wekasane maknanya Berani mengalah demi kepentingan bersama adalah sikap yang luhur. Begitulah watak kesatria yang berjiwa besar dan lapang dada.
Wani ngalah, mulya wekasane tegese Wani ngalah kanggo kabecikan umum yaiku sikap mulya. Kuwi watake satriya kang gedhe atine lan jembar budine.
Wani ngalah luhur wekasane tegese yaiku Wong kang ngalah bakal nemu kabegjan ing tembe burine kalebu jenise paribasan Basa Jawa artinya berani mengalah luhur di belakangnya, maksudnya orang yang mengalah akan menemukan keberuntungan di belakang hari.
Paribasane wong gelem ngalah bakal entuk begja ana mburi.
Dalam ungkapan ngalah maknanya bukan berarti terpaksa karena kalah, namun keadaan bisa menang atau setidaknya kemungkinan imbang namun memilih mundur dalam rangka kebaikan dan kerendahan hati.
Pada bagian bawah kami lampirkan pula tulisan huruf aksara jawa menggunakan hanacaraka untuk peribahasa Bahasa Jawa ini.
Untuk lebih mendalami makna ungkapan unen-unen ini berikut adalah penjelasan arti perkata dalam tembung pada irah-irahan (judul) artikel ini.
Wani ngalah luhur wekasane Artine (Artinya) lan tuladha ukara contoh kalimat dalam Basa Jawa, Tulisan Aksara Jawa Hanacaka
Bausastra atau dasanama pada ungkapan unen unen basa Jawa kang nduweni teges utawa ateges gelem ngalah bakal beja ana mburi adalah sebagai berikut;
Wani tegese yaiku ora wedi, artinya berani, tidak takut, tak gentar.
Ngalah asale saka tembung kalah tegese yaiku diungkuli liyane kalah artinya yaitu diungguli lainnya, ngalah berarti sengaja untuk kalah karena kesadaran diri.
Luhur tegese yaiku mulya, panggonan kang dhuwur, artinya adalah mulia, tinggi tempatnya.
Wekasane tegese yaiku akhire, entek-entekane, artinya wekasan atau wekasane adalah akhirnya, nantinya, belakang hari.
Jadi secara harfiah, artinya yaitu berani mengalah akan mulia atau tinggi (derajatnya) nanti pada akhirnya.
Dalam falsafah Jawa, wekasane atau artinya bukan hanya saat berada di dunia saja, namun juga nanti saat kehidupan abadi di Akherat.
Gawea tuladha ukara nganggo tembung unen unen paribasan ana ing ndhuwur utawa nang ngisor iki mau! Buatlah contoh kalimat menggunakan peribahasa sebagaimana dalam judul artikel ini.
Berikut contohnya :
Si Fulan seneng ngrebut dolanane Si Suto. Si Suto tansah ngalah amarga eling unen unen sing ukarane Wani ngalah luhur wekasane. Artinya Si Fulan suka merebut mainannya Di Suto.Si Suto senantiasa mengalah karena ingat ungkapan Jawa orang yang mengalah akan mulia di belakang hari.
Di bawah ini adalah tulisannya dalam Aksara Huruf Jawa :