MESTERI WAKTU MAGHRIB
Maghrib menjadi permulaan waktu malam dalam al-Qur'an kata maghrib ini disebutkan berkaitan dengan tempat yang artinya barat kebalikan dari kata masyiq yang artinya timur. Asbabun kata maghrib berasal dari Ghraba yaghrubu yang artinya pergi menjauh, terbenam, asing atau beracun. Kata al-Masyriq dan al-Maghrib secara geografis lebih banyak diartikan dengan tempat. Masyriq adalah timur atau tempat terbitnya matahari. Dan maghrib adalah barat atau diartikan pula dengan teggelamnya matahari. Seperti dijelaskan dalam firman Allah ta'ala :
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS: Al-Baqarah: 115)
Pada waktu maghrib setan berkeliaran dan bahkan memasuki rumah dan kemudian menumpang makan dan menginap di rumah kita. Karna itu Rasulullah mengingatkan : "Apabila seorang itu memasuki rumahnya dan mengingat Allah (dengan membaca Bismillah) ketika memasukinya dan ketika ingin makan, maka syaithan akan berkata kepada golongannya : "Kalian tidak memiliki tempat untuk bermalam dan tidak juga makanan malam. Sebaliknya apabila seorang itu memasuki rumah dan tidak mengingati Allah ketika memasukinya, syaithan berkata kepada golongannya: "Kalian telah mendapat tempat bermalam." (HR. Muslim)
Pergerakan setan pada malam hari lebih hebat daripada siang hari. Sebab kegelapan malam memberikan kekuatan kepada mereka. Pada waktu senja Rasulullah melarang anak-anak kita untuk keluar rumah. Di waktu senja itu pula setan berupaya menyusup kepada manusia kemudian membisikinya untuk menikmati malam dengan kemaksiatan. Keberhasilan setan dengan kelompoknya bukan menakut-nakuti manusia dengan wujud pocong, kuntilanak, banaspati, wewe gombel, leak, ompyang, genderuwo, jin priprayangan, tethek melek dan memedhi lainnya. Karena ini hanya gambaran yang diciptakan oleh mitos. Karena sejatinya puncak prestasi setan ketika berbuat syirik dan bermaksiat. Ketika logika umat manusia demikian permisif dengan maksiat ketika hati dan rasa kemanusiaan sudah menjadi kebal dengan namanya maksiat. Maka satu langkah lagi manusia menjadi sahabat terbaik setan dan mereka akanmenemani di neraka.
Daripada menakut-nakuti anak dengan genderuwo atau kalongwewe di saat maghrib, lebih baik jika menjelaskan pada mereka sunah Rasulullah untuk menahan diri di dalam rumah sampai waktu Isya.
Ada perbedaan mendasar dari menakut-nakuti anak, dengan menjelaskan anjuran Nabi pada anak, yang satu membuat anak makin mengenal jenis-jenis makhluk halus, yang satu lagi membuat anak makin mengenal Rasulullah.
Yang manakah yang kita pilih ?
"Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka lepaskan mereka. Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berdzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalian!" (HR. Bukhari, no. 3280, Muslim, no. 2012)
Imam Muslim, meriwayatkan dari Jabir radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jangan lepas hewan ternak kalian dan anak-anak kalian apabila matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya. Karena setan bertebaran jika matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya."
Dari hadits tersebut kita bisa mendapat kesimpulan untuk melakukan hal-hal berikut di saat maghrib :
1. Menahan anak-anak di dalam rumah.
2. Menutup pintu.
3. Banyak berdzikir.
4. Menutup wadah minuman dan makanan, walaupun hanya meletakkan selembar tisu di atasnya.
5. Tidak melepas hewan ternak.
Memasuki waktu maghrib itu perbanyaklah doa sebagaimana dzikir pagi dan dzikir petang yang diajarkan oleh Rasulullah. Perbanyaklah istighfar, tahmid, takbir, tahlil dan bershalawatlah kepada baginda Rasulullah.
Bacalah doa ini 3 kali :
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya :
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Waktu menjelang maghrib adalah waktu istimewa karena pada saat itulah amal kita dibawa oleh malaikat ke langit apalagi saat pada hari jum'at inilah waktu yang istimewa. Waktu mustajab doa kita akan dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Selain itu waktu maghrib dan isya termasuk semulia-mulianya waktu. Sangat dianjurkan untuk membaca al-Qur'an dan dzikir kepada Allah antara maghrib dan isya adalah waktu yang pendek sekitar satu jam hingga tenggelamnya mega merah. Ketika shalat maghrib Rasulullah biasa membaca surat-surat pendek seperti diriwayatkan oleh Ibnu Umar,
"Rasulullah membaca Surat al-Kafirun pada rakaat pertama. Dan surat al-Ikhlas pada rakaat kedua selepas shalat beristighfarlah 3 kali kemudian bacalah sesuai yang dianjurkan oleh Rasulullah.
MAGRIB (SALAT MAGRIB)
Magrib atau salat Magrib (صلوة مَغْرِب) adalah salah satu salat dari salat lima waktu yang dilakukan pada saat matahari terbenam. Salat ini terdiri dari 3 rakaat.
Salat Maghrib ialah salat harian ke-4 dalam Islam, dilakukan ketika senja atau matahari terbenam. Waktu salat Maghrib bermula selepas matahari terbenam sehingga hilang awan merah di ufuk barat.
Perkataan maghrib ialah istilah bahasa Arab bermakna matahari terbenam, dari kosakata gharaba (|غَرَبَ), untuk terbenam, akan disembunyikan" (tetapi kata ini tidak digunakan untuk bulan yang terbenam).
MAKNA AL MASYRIQ DAN AL MAGHRIB
Dalam pandangan sufistik, al-masyriq (timur) dan al-maghrib (barat) ternyata bukan hanya menunjukkan tempat atau wilayah geografis, melainkan juga banyak makna dan pesan.
Termasuk di dalamnya adalah pesan kosmologi, teologi, mitologi, antropologi, sosiologi, dan metodologi. Tidak kurang dari 13 kali kata al-masyriq dan al-maghrib terulang di dalam Alquran.
Ada dalam bentuk mufrad (al-masyriq/al-maghrib) seperti dalam QS Al-Baqarah : 115, bentuk mutsanna (al-masyriqain/al-maghribain) seperti dalam QS Al-Rahman : 17, dan ada dalam bentuk jama' (al-masyariq/al-magharib), misalnya, pada QS Al-Ma'arij : 40.
Al-masyriq berasal dari akar kata syaraqa-yasyruq berarti terbit, bersinar, kemudian membentuk kata al-masyriq (timur, sinar yang masuk di celah-celah lubang), al-musytasyriq (orientalis).
Lalu, kata gharaba-yaghrubu berarti pergi menjauh, terbenam, asing, beracun, lalu membentuk kata al-maghrib (barat, tempat/waktu terbenam matahari), al-musytaghrib (oksidentalis).
Dalam kitab-kitab tafsir klasik, kata al-masyriq dan al-maghrib lebih banyak diartikan dengan kata timur dan barat dalam arti geografis, yakni timur dan barat tempat, waktu terbit, serta tenggelamnya matahari, seperti dijelaskan dalam QS Al-baqarah [2]: 115, "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya), lagi Maha Mengetahui.''
Kata al-masyriq dan al-maghrib dihubungkan dengan tempat yang menjadi kiblat shalat umat Islam di Madinah, yang tadinya menghadap ke barat, yaitu ke Baitul Maqdis, dan ke timur, yaitu ke Ka'bah, Kota Suci Makkah. Demikian pula ulama-ulama tafsir mu'tabarah lainnya di kalangan Sunni. Dalam pandangan ulama tasawuf, timur dan barat lebih banyak menekankan makna kosmologis dan hermeneutiknya.
Kata al-masyriq (timur) dihubungkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan arti penting nilai-nilai spiritual-psikologis, sedangkan kata al-maghrib (barat) dikaitkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan aspek filsafat dan logika.
PENJELASAN ILMIAH LARANGAN KELUAR SAAT MAGHRIB
Kita pernah mendengar mitos mengenai larangan keluar rumah saat maghrib. Para orangtua sering mengingatkan anak-anak mereka untuk masuk rumah ketika waktu petang. Alasannya karena setan banyak yang berkeliaran saat waktu maghrib. Ternyata hal tersebut bukan sekedar mitos, karena dalam Islam juga membahas mitos tersebut.
Dalam hadist riwayat Shahih Muslim, Rasulullah bersabda :
“Janganlah kalian membiarkan anak-anak kalian saat matahari terbenam sampai menghilangnya kegelapan malam, sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).
Pada hadits tersebut, jelas menerangkan bahwa pada waktu peralihan dari sore ke malam, orangtua diminta untuk menjaga anak-anak mereka. Bahkan tidak jarang kita mendengar agar orangtua yang memiliki bayi agar mendekap atau berada di dekat bayi mereka ketika malam menjelang.
Menurut Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS dalam bukunya mengenai ilmiah keagamaan yang berjudul The Science of Sholat menjelaskan bahwa waktu menjelang maghrib, spectrum cahaya di alam akan berubah menjadi berwarna merah. Cahaya sendiri merupakan gelombang elektromagnetis yang setiap spectrum warnanya memiliki frekuensi, energy, dan panjang gelombang yang berbeda.
Dalam bukunya telah dijelaskan ketika sore berangsur menuju malam, terjadi perubahan spectrum warna alam yang memiliki kesamaan frekuensi dengan jin dan iblis, yaitu spectrum merah. Pada waktu ini, jin dan iblis memiliki tenaga yang kuat karena memiliki resonansi yang sama dengan alam. Pada waktu maghrib, penglihatan terkadang kurang tajam dengan adanya fatamorgana yang disebabkan oleh banyaknya tumpang tindih atau interferensi antara dua atau lebih gelombang.
Dalam Islam juga dijelaskan, bahwa ketika malam menjelang, bersamaan dengan datangnya kegelapan, setan akan mulai mencari tempat tinggal. Bahkan sebagian setan juga takut dengan setan lain yang memiliki kekuatan lebih besar. Karena itu, ketika maghrib tiba dianjurkan untuk menutup tempat kotor, menutup tempat air, menjauhi hewan, dan mengurangi kecepatan kendaraan. Kita juga disarankan untuk tidak duduk sendirian di tempat sepi, maupun melempar batu ke air, kamar mandi, dan kebun.
Untuk menambah perlindungan dari jin dan iblis, perbanyaklah doa dan dzikir, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.