QALAM (AL-QOLAM)
Al-Qolam yang artinya adalah pena, alat tulis terpenting dalam pengkajian dan pengembangan keilmuan. Penamaan ini terinspirasi oleh ayat al-Qur’an di bawah ini :
اَلَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.
“…yakni Dzat yang mengajarkan pengetahuan tulis-menulis kepada umat manusia dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa-apa yang belum mereka ketahui” (Q.S. Al-‘Alaq (96):4-5).
Narasi ayat di atas menyiratkan posisi penting dari pena, sebagai salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah swt. kepada umat manusia. Pena menghasilkan tulisan yang merupakan salah satu media komunikasi dan transformasi pengetahuan. Hampir seluruh aktivitas transformasi dan pengembangan ilmu pengetahuan bertumpu kepada media tulisan. Teori-teori ilmu pengetahuan, hikayat-hikayat bijak nenek moyang dan bahkan kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. kepada para nabi dan rasul-Nya, semuanya didokumentasikan dan ditransformasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan memakai media tulisan dengan kata lain: pena. Tanpa media dokumentasi dan komunikasi bernama tulisan dan pena, segala urusan agama, ilmu dan kehidupan sosial tidak akan teratur.
Begitu penting nilai guna pena, sehingga Allah swt. dalam al-Qur’an bersumpah dengan menggunakan kata pena :
ن، وَالْقَلَمِ وَماَ يَسْطُرُوْنَ.
Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis (Q.S. Al-Qolam (68):1).
Pena, artikata al-qalam dalam kamus munjid al-ţalab tempat menguturkan kitab atau qalam berarti pena dalam kamus al-munir.
Qalam artinya pena, dari istilah Yunani kalamus dengan pengertian yang sama. Beberapa kali Al-Qur’an menyatakan antara lain dalam konteks pengajaran Allah swt menegaskan bahwa Dia-lah Yang mengajar (manusia) dengan Pena (Al-`Alaq [96] : 4) sementara pakar berpendapat yakni mengajarkan manusia melalui tulisan wahyu.
Secara simbolis, qalam juga merupakan instrumen penciptaan, penuturan eksistensi di atas lauh (lempengan kosmik). Qalam bersesuaian dengan istilah Aristoteles tentang eidos (bentuk), adapun luah bersesuaian dengan istilah Hyle (subtansi).
Qalam juga melambangkan penulisan nasib seseorang di atas lempengan takdir. Ulama terkenal penulis Asbabul al-nuzūl Jalaluddin As-suyuthi memberikan keterangan didalam sebab turunnya surah al-Qalam yakni Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jarir yang berkata, Mereka (orang-orang kafir Quraisy) mengatakan bahwa Nabi saw. Adalah seorang gila. Selanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa beliau adalah setan.
Sebagai respon, turunlah ayat :
Dengan karunia Tuhan Engkau (Muhammad) bukanlah orang gila (al-Qalam: 2) Surat ini terdiri dari 52 ayat, termasuk surat-surat makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al-‘Alaq. Nama Al Qalam diambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya pena.
Qalam (Arab/Farsi/Urdu/Sindhi : قلم) adalah sejenis pena yang terbuat dari rumput buluh atau sejenis gelagah, yang digunakan dalam seni kaligrafi Islam. Kata Qalam berasal dari bahasa Yunani, artinya gelagah. Dalam bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Kurdi modern, kata ini dapat berarti pena atau pensil, sedangkan dalam bahasa Farsi, bahasa Hindi, bahasa Benggala, dan bahasa Urdu, kata ini hanya berarti pena. Tinta yang digunakan untuk pena ini adalah tinta hitam biasa.
Allah swt. bersumpah dengan qalam tatkala orang-orang kafir keliru dalam menuliskan tentang Nabi saw. Demikian Allah swt. mengabadikan dalam Al-Qur’an. Nūn. Demi Pena dan apa yang mereka tuliskan, (Al-Qalam [68] : 1).
Allah swt. mengajarkan ilmu yang begitu luas kepada manusia, memberikan informasi ghaib tentang keluarga Imran dan keluarga Zakaria kepada Nabi saw.
Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan Pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar (QS. Ali ‘Imran : 44).
Akhir kalam, Qalam dalam pengertian pena, Allah swt. menyinggu kepada siapa saja yang tidak memperhatikan pelajaran-pelajaran dari-Nya dan kepada siapa saja yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Baca: QS. Luqman: 20-27). Segalanya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bum. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Jika ada yang menghendaki akan menghitung nikmat Allah swt. silahkan saja. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi Pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana (Luqman [31] : 27). Maha Benar Allah atas segala perkataan-Nya.
MAKNA AL QALAM MENURUT PARA SUFI
Bagi para sufi, ayat pertama surah Al-Qalam ayat 1, yaitu Nun, wa al-Qalam, wa Ma Yasthurun (Nun, demi pena dan apa yang dituliskannya), bermakna amat dahsyat. Misteri ayat ini diungkap para sufi dengan perspektif sangat berbeda dibanding makna dalam kitab-kitab tafsir kontemporer.
Ternyata tiga komponen dalam ayat ini, yaitu nun, qalam, dan lembaran menjadi asal usul segala ciptaan Tuhan. Aziz Al-Din Nasafi (Wafat 695H/1295M), seorang sufi dari Bani Kubrawi, yang pikirannya banyak dipengaruhi oleh Ibnu Arabi, menjelaskan bahwa nun adalah bak tinta.
Sedangkan qalam adalah pena, yang merupakan substansi pertama atau biasa disebut sebagai akal pertama, dan lembaran (ma yasthurun) ialah lembaran yang terpelihara (lauh mahfuz) atau ummul kitab. Nun sebagai bak tinta adalah tempat menyimpan tinta, merupakan kelengkapan pena untuk menulis.
Nun dihubungkan dengan QS Al-Kahfi: 109, “Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
Berbeda dengan Ibnu Arabi yang mengartikan nun dengan malaikat yang diperintah untuk menggunakan pena itu untuk menulis. Pendapat sama juga dikemukakan Imam Ja’far. Sebagian lagi mengartikan nun sebagai sungai di surga dan sejenis ikan yang pernah menyelamatkan Nabi Yunus.
Bagi Ibnu Arabi, nun ialah malaikat yang melukis semua kejadian. Sang penulis memiliki pengetahuan majemuk dan beraneka ragam. Nun dan penanya aktif memberi pengaruh, sedangkan lembaran atau kanvas tempat menuangkan tulisan bersifat reseptif. Jadi, menurutnya, nun wa alqalam wa ma yasthurun adalah hierarki antara Tuhan dan makhluk-Nya.
Wa al-qalam adalah sumpah Tuhan (qasm) pertama dalam Alquran yang turun tidak lama setelah lima ayat pertama :
Iqra’ bi ismi Rabbikalladzi khalaq, khalaqa al-insana min alaq, iqra’ warabbuka al-akram, alladzi ‘allama bi al-qalam, ‘allama al-insana ma lam ya’lam.
Pena atau kalam, sebagaimana juga disinggung dalam ayat keempat tadi, merupakan ciptaan Allah yang pertama dari tiada menjadi ada melalui kun fa yakun.
Dalam sebuah hadis yang sering muncul dalam kitab-kitab tasawuf, pena ini diperintah dengan kata-kata, Tulislah pada lingkaran pertama ini, yaitu lembaran Tuhan. Pena lalu menjawab, “Wahai Tuhan, apa yang harus aku tulis ?”
Perintah berikutnya muncul, “Tulislah segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi hingga hari kebangkitan.” Pena menulis semuanya, sesudah itu pena menjadi kering. Tuhan telah selesai dengan penciptaan, persediaan, dan ketentuan-ketentuan yang pasti.
Menurut Nasafi, pena Tuhan ialah akal pertama. Pena menulis pada dirinya sendiri dan lingkaran pertama dalam sekejap mata.
Hubungan hadist di atas dengan QS Yasin: 82.
Sesungguhnya perin tah-Nya bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepa danya, Jadilah ! maka terjadilah ia.
Mekanisme dan cara kerja pena dapat pula dihubungkan dengan hadis yang sering dirujuk dalam kitab-kitab Syiah, bahwa kesimpulan Alquran ialah surah Al-Fatihah. Kalau dipadatkan, kesimpulannya terdapat pada ayat pertamanya, Bi ismi Allah al-Rahman al-Rahim.
Jika dipadatkan lagi, pemadatannya terletak pada titik di bawah huruf ba pada kata bismillah. Mulanya, pena menggoreskan ujungnya dalam sebentuk titik, lalu meledak dan lahirlah kepingan-kepingan yang kian besar dan mengalami expanding universe atau wa inna lamusi’un menurut istilah Alquran.
Kejadian ini juga dapat dihubungkan dengan QS Al-Anbiya': 30, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, lalu Kami pisahkan antara keduanya. Dan, dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka, mengapa mereka tiada juga beriman?”
Wa ma yasthurun¸ tidak lain adalah lembaran-lembaran atau kanvas tempat pena itu menuliskan huruf-hurufnya. Lembaran itu kemudian disebut dengan Lauh Mahfuz. Lauh Mahfuz ini sering juga disebut dengan blueprint dari penciptaan dan kejadian seluruh makhluk.
Tidak ada satu pun makhluk dapat tercipta dan tidak ada satu pun peristiwa terjadi tanpa tercatat di lembaran terpelihara ini. Dalam QS Al-An’am: 59, disebutkan, “Dan, pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
QALAM DIGUNAKAN DALAM KALIGRAFI
Konsep pengetahuan dan tulis-menulis sangatlah penting dalam Islam, oleh karena itu qalam tampil sebagai lambang hikmat dan pendidikan dalam Al-Qur'an; Surah ke-68 dalam Al-Qur'an disebut Al-Qalam.
Surah Al-Qalam ( القلم,.Kalam) adalah surah ke-68 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, yang terdiri atas 52 ayat. Dinamakan Al Qalam’ yang berarti pena di ambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini dinamai pula dengan surat Nun (huruf nun) diambil dari perkataan ’Nun’ yang terdapat pada ayat 1 surat ini.
SUMPAH ALLAH SWT
Allah SWT dalam al-Quran menyebutkan sumpah dengan berbagai hal di antaranya adalah bersumpah dengan qalam (pena) dan apa yang ditulis oleh qalam 52 ayat :
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. نٓ ۚ وَالۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُوۡنَۙ.
Nuun; walqalami wa maa yasturuun.
Artinya : Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (Qs. al-Qalam [68]:1).
Qalam artinya alat menulis atau sesuatu yang dengannya dapat digunakan untuk menulis.
Yasthurun merupakan kata kerja yang derivatnya adalah sa-tha-ra yang bermakna tersusunnya kata per kata dalam satu halaman, tercabut sesuatu dari pohon, atau bermakna orang-orang yang berdiri.
Tatkala disebutkan “sathara fulanu kadza” maknanya bahwa orang itu telah menulis baris (satr) demi baris (satr).
Allah SWT dalam ayat ini menyebutkan sumpah dengan qalam (pena) dan apa yang ditulis dengan qalam (pena). Secara lahir konteks ayat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan qalam (pena) adalah segala bentuk qalam dan segala jenis tulisan yang ditulis dengan qalam (pena).
Hikmah dari sumpah ini yang dinyatakan dengan qalam dan tulisan yang merupakan salah satu nikmat Allah SWT yang terbesar yang dianugerahkan kepada manusia dan dengan perantara keduanya (qalam dan tulisan) pelbagai peristiwa, kejadian dan segala yang terpendam dalam hati dapat direkam dalam tulisan; manusia dengan perantara qalam dan tulisan dapat menulis setiap kejadian di sepanjang sejarah.
Demikian juga bergolaknya sebuah peristiwa di tempat yang terjauh dapat dihadirkan di hadapan mata dan dari tulisan itu orang-orang dapat memperoleh informasi tentangnya. Karena itu, qalam (pena) dan tulisan tidak kalah penting dan agungnya dengan kalam (ucapan).
Terkait dengan pentingnya dua anugerah Ilahi ini cukup bahwa Allah SWT telah memberikan nikmat ini kepada manusia dan membimbing manusia dengan perantara kalam dan qalam, mengajarkan bagaimana cara menggunakan keduanya. Sehubungan dengan kalam hal ini Allah SWT berfirman :
“Dia telah menciptakan manusia. Dia mengajarkan bayân (ucapan yang dapat mengungkap isi hati) kepadanya.”
Sumpah Allah SWT dengan qalam dan apa yang ditulisnya adalah sumpah dengan salah satu nikmat dan Dia tidak hanya bersumpah dengan qalam, bahkan dalam al-Quran, Allah Swt bersumpah dengan kebanyakan makhluk-Nya karena mereka semua adalah anugerah Ilahi; seperti bersumpah dengan langit, bumi, matahari, bulan, malam, buah tin dan zaitun.
Akan tetapi para mufassir memberikan kemungkinan lain bahwa yang dimaksud dengan qalam dan tulisan yang disebutikan dalam ayat ini boleh jadi mencakup salah satu batin dari batin al-Quran seperti yang disebutkan bahwa yang dimaksud dengan qalam adalah qalam a’lā yaitu qalam penciptaan; karena qalam pertama adalah sebuah entitas yang diciptakan oleh Allah SWT.
Dalam hadist disebutkan bahwa qalam merupakan entitas pertama yang diciptakan oleh Allah SWT dan yang dimaksud dengan ma yasthurun adalah amalan-amalan (manusia) yang dicatat oleh para malaikat.
# Keterangan Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. Abstraksi, misalnya, biasanya dianggap juga sebagai suatu entitas. Dalam pengembangan sistem, entitas digunakan sebagai model yang menggambarkan komunikasi dan pemrosesan internal seperti misalnya membedakan dokumen dengan pemrosesan pesanan.
KISAH DALAM SURAT AL QALAM
Kisah dalam Surat Al Qalam menceritakan tentang para pemilik kebun yang memiliki sifat kikir dan bakhil serta sombong. Konon di Yaman sekitar 6 mil dari San'a terdapat orang tua yang saleh dan kaya raya. Orang tua ini juga dikenak dermawan kepada orang-orang fakir dan miskin. Ia membiarkan orang-orang miskin memasuki kebunnya untuk mencicipi hasil tanamannya.
Saat orang tua itu meninggal, ia meninggalkan banyak anak. Tentu saja kebun-kebun miliknya jatuh ke tangan anak-anaknya. Akan tetapi sifat anak-anaknya sangat berbeda dengannya.
Para pemilik baru kebun itu sangat kikir dan bakhil. Bahkan mereka sengaja memetik hasil kebun di pagi buta, agar orang-orang miskin yang masuk ke kebunnya tidak kebagian hasil kebun.
Hal itu berlanjut hari demi hari dan mereka semakin pelit serta sombong. Hingga kemudian Allah menurunkan azab kepada mereka. Kebun mereka diliputi kegelapan, sehingga tidak ada hasil dari semua kebunnya. Setelah mengalami azab tersebut, mereka sadar akan kesalahannya selama ini. Mereka pun memohon ampun kepada Allah Swt. Mereka juga berharap Allah akan mengampuni dosa mereka dan menggantikan dengan kebun yang lebih baik daripada itu.
Pada ayat 33, sebagai penutup kisah ini Allah berfirman, kadzaalikal ‘adzab, maksudnya adalah azab bagi orang-orang yang membangkang perintah Allah dan kufur terhadap nikmat-Nya. Wala’adzabul aakhiroti akbar, dan sesungguhnya azab akhirat itu lebih besar untuk orang-orang yang tidak mau bertaubat.
Itulah kisah dalam Surat Al Qalam yang perlu dipahami oleh Umat Islam. Surat ini juga mengandung hikmah yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua. Adapun pokok kandungan Surat Al Qalam adalah sebagai berikut :
Surat Al Qalam menegaskan bahwa Rasulullah Saw merupakan manusia yang berbudi luhur.
Surat ini juga menjelaskan tentang larangan toleransi dalam kepercayaan.
Kemudian terdapat penjelasan mengenai larangan orang-orang untuk menghindari sifat tercela.
Ancaman siksa dari Allah terhadap orang yang ingkar.
Surat Al Qalam menegaskan kembali bahwa Al Quran sebagai peringatan bagi seluruh umat manusia.
SURAH AL QALAM
Surah Al-Qalam (القلم, Kalam) adalah surah ke-68 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, yang terdiri atas 52 ayat. Dinamakan Al Qalam’ yang berarti pena di ambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini dinamai pula dengan surat Nun (huruf nun) diambil dari perkataan Nun yang terdapat pada ayat 1 surat ini.
Surahke-68 Al-Qalam
Terjemahannya :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Nun, demi pena beserta hal yang mereka tulis;
atas karunia Tuhanmu, kamu bukanlah orang gila; melainkan untuk dirimu sungguh disediakan upah yang tiada henti, serta dirimu merupakan sosok yang diagungkan, tentulah kelak kamu akan mengetahui, serta mereka pun akan mengetahui, siapa di antara kalian yang gila. (Ayat: 1-6)
Bahwasanya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Mengetahui siapa yang sesat terhadap JalanNya; serta Dialah Yang Maha Mengetahui tentang golongan yang terbimbing. (Ayat: 7)
Maka janganlah kamu menuruti golongan yang mendustakan; mereka ingin supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak pula,
serta janganlah kamu menuruti setiap orang yang memaki, orang yang melecehkan seraya berkeliaran menghambur ejekan, orang yang menghalangi kebajikan, orang yang melampaui batas serta penuh dosa juga keras kepala, demikianlah watak orang itu akibat mempunyai harta benda maupun anak-anak; apabila disampaikan kepada orang itu tentang ayat-ayat Kami, orang itu mengatakan: "riwayat orang dahulu." kelak akan Kami beri tanda pada belalainya. (Ayat:8-16)
Sungguh Kami telah menguji orang-orang tersebut sebagaimana Kami telah menguji para pemilik kebun yang telah berikrar bahwa mereka pasti memanen di esok pagi sementara mereka tidak waspada lalu hal demikian itu dihantam Azab dari Tuhanmu sewaktu mereka sedang tidur, sehingga kebun itu menjadi lenyap serta tandus.
lalu mereka bercakap-cakap di keesokan pagi: "Bergegaslah di pagi ini jika kalian hendak memanen" kemudian mereka berangkat sambil saling berbisik: "Hari ini jangan sampai ada orang miskin yang memasuki kebun kalian" maka bergegaslah mereka untuk menghalangi.
Tatkala mereka melihat hal demikian itu, mereka mengatakan: "kita memang orang-orang sesat, sebaliknya, justru kita sendiri yang dihalangi." berkatalah seorang yang bijak dari mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian, kiranya kalian berhati-hati" kemudian mereka berseru: "Dipermuliakanlah Tuhan kita, sungguh kita ini golongan yang zalim" lalu mereka saling menyalahkan, mereka mengatakan: "Celakalah kita, sesungguhnya kita merupakan golongan yang zalim! semoga Tuhan kita memberi ganti untuk kita dengan hal yang lebih baik daripada yang demikian ini; sungguh kita berbalik mengandalkan Tuhan kita."
seperti itulah Azab, sesungguhnya Azab Akhirat merupakan lebih pedih sekiranya mereka mengetahui;
bahwasanya untuk golongan bertakwa disediakan Surga-Surga penuh keberkatan di sisi Tuhan mereka. (Ayat:17-34)
Apakah Kami memperlakukan golongan yang berserah diri setara dengan golongan yang berdosa? namun tidak berlaku untuk kalian? bagaimana cara kalian menetapkan hukum?
ataukah kalian mempunyai sebuah kitab yang kalian anut, yang berisi bahwa kalian berhak menetapkan apapun yang kalian kehendaki sendiri ?
ataukah kalian memperoleh izin yang diperkuat sumpah Kami sampai Hari Kebangkitan bahwa kalian layak menetapkan hukum?
pertanyakan kepada mereka, siapakah yang bertanggung jawab terhadap ketetapan hukum itu!"
atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? maka hadirkan sekutu-sekutu mereka itu jika mereka memang golongan yang sanggup!.
ketahuilah bahwa pada hari ketika betis disingkapkan, serta mereka diperintah supaya merendah diri namun mereka terdiam tiada berdaya, pandangan mereka tunduk ke bawah, serta mereka diliputi aib; sebab sebelumnya mereka diperintah untuk merendah diri sewaktu mereka dalam keadaan sanggup;
Maka serahkan kepada Aku tentang orang-orang yang mendustakan perkataan ini; kelak Kami yang menumpas mereka secara perlahan dari arah yang tidak mereka duga-duga, bahwa Akulah yang menangguhkan mereka, sungguh RencanaKu merupakan Kemutlakan. (Ayat:35-45).
Ataukah kamu meminta upah kepada mereka? sehingga mereka dibebani hutang; ataukah berada pada mereka, ilmu tentang perkara ghaib lalu mereka menuliskannya?
Maka bersabarlah dirimu terhadap Ketetapan Tuhanmu, serta janganlah dirimu menyerupai orang yang berada dalam ikan ketika ia berdoa sewaktu ia dalam keadaan berduka, sekiranya ia tidak memperoleh karunia dari Tuhannya, tentu ia dicampakkan ke daratan tandus dalam keadaan tercela; Namun Tuhannya memilih ia serta menjadikan ia termasuk golongan shaleh. (Ayat:46-50).
Bahwa sungguh orang-orang kafir hampir memperdaya dirimu melalui pandangan mereka sewaktu orang-orang itu mendengar pengajaran; serta orang-orang itu mengatakan: "ia benar-benar orang gila," akan tetapi hal demikian ini tidak lain merupakan sebuah pengajaran untuk semesta alam. (Ayat:51-52).
KEISTIMEWAAN SURAT AL QALAM DALAM AL-QUR'AN
Surat Al Qalam merupakan salah satu surat dalam Alquran yang diturunkan di Kota Makkah. Surat ini terdiri dari 52 ayat dan berada di urutan ke-29 di dalam Alquran. Al-Qalam diambil dari kata “Al-Qalam yang tersemat dalam ayat pertama surat tersebut.
Bahwa jumhur ulama’ menyatakan keseluruhan ayat dari Surat Al-Qalam atau Surat Nun termasuk golongan Makkiyyah. Sementara itu, Abdillah ra selaku Sahabat Rasulullah SAW menyatakan bahwa Surat Al-Qalam merupakan surat kedua yang diterima oleh Rasulullah SAW.
Surat Al-Qalam berisi tentang bantahan orang-orang musyrik terhadap Rasulullah SAW dan peringatan untuk tidak mengikuti jalan yang mereka pilih. Sebab, orang musryikin tersebut merupakan golongan yang memperoleh penghinaan khelak di hari kiamat. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk mengambil hikmah dari kisah tersebut.
KEISTIMEWAAN SURAT AL QALAM (1)
Berikut adalah pokok kandungan yang terdapat pada bacaan Al Qalam :
1. Menjelaskan kearifan budi pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah, sehingga dapat diteladani oleh umat muslim.
2. Menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan larangan toleransi dalam suatu kepercayaan.
3. Memaparkan tentang ancaman Allah pada orang-orang kafir beserta siksaan yang suatu saat akan mereka terima.
4. Penegasan bahwa Alquran membawa peringatan bagi seluruh umat manusia di dunia.
KEISTIMEWAAN BACAAN SURAT AL QALAM (2)
Surat Al Qalam memiliki banyak keistimewaan jika dibaca secara sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Adapun keistimewaan bacaan surat Al-Qalam yaitu sebagai berikut :
1. Surat Al-Qalam termasuk bagian dari Al-Mufashshal untuk Rasulullah SAW, sehingga beliau memiliki keistimewaan dibanding nabi-nabi terdahulunya.
2. Allah akan mengkaruniakan kelapangan rezeki pada orang yang membacanya. Selain itu, mereka juga akan diselamatkan dari himpitan kubur.
3. Memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit gigi.
4. Surat Al Qalam dapat memberikan pencerahan bagi kita agar senantiasa taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT. Semoga bacaan Surat Al-Qalam ini dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
KEISTIMEWAAN SURAT AL QALAM (3)
Selain berisi kandungan yang luar biasa, Surat Al Qalam juga memiliki keistimewaan yang perlu diketahui, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Surat Al Qalam bagian dari Al Mufashshal untuk Nabi Muhammad Saw yang membuat beliau sangat istimewa dibanding para rasul sebelumnya.
2. Orang yang sering membaca Surat Al Qalam akan dilimpahi kelapangan rezeki oleh Allah Swt.
3. Orang yang rajin membaca surat ini juga akan diselamatkan dari siksa kubur yang pedih.
4. Membaca Surat Al Qalam diklaim bisa menjadi doa untuk menyembuhkan sakit gigi.
5. Allah akan memberikan pencerahan bagi orang yang membaca surat Al Qalam. Sehingga senantiasa akan patuh dan taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
6. Itulah kandungan dan keistimewaan Surat Al Qalam yang penting dipahami oleh umat Islam. Peringatan dalam surat ini tidak boleh diabaikan demi kemaslahatan kehidupan manusia.
7. Pesan Allah dalam surat Al Qalam adalah sebagai pengingat kepada manusia agar menghindari sifat-sifat tercela, seperti kikir, bakhil, dan sombong.
68. QS. AL QALAM (PENA 52 AYAT)
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
نٓ ۚ وَالۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُوۡنَۙ
Nuun; walqalami wa maa yasturuun
1. Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-1
مَاۤ اَنۡتَ بِـنِعۡمَةِ رَبِّكَ بِمَجۡنُوۡنٍۚ
Maa anta bini'mati Rabbika bimajnuun
2. dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-2
وَاِنَّ لَڪَ لَاَجۡرًا غَيۡرَ مَمۡنُوۡنٍۚ
Wa inna laka la ajran ghaira mamnuun
3. Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-3
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ
Wa innaka la'alaa khuluqin 'aziim
4. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-4
فَسَتُبۡصِرُ وَيُبۡصِرُوۡنَۙ
Fasatubsiru wa yubsiruun
5. Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-5
بِاَيِّٮكُمُ الۡمَفۡتُوۡنُ
Bi ayyikumul maftuun
6. siapa di antara kamu yang gila?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-6
اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ ۖ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ
Innaa Rabbaka Huwa a'lamu biman dalla 'an sabiilihii wa Huwa a'lamu bilmuhtadiin
7. Sungguh, Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-7
فَلَا تُطِعِ الۡمُكَذِّبِيۡنَ
Falaa tuti'il mukazzibiin
8. Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).
Juz ke-29 tafsir ayat ke-8
وَدُّوۡا لَوۡ تُدۡهِنُ فَيُدۡهِنُوۡنَ
Wadduu law tudhinu fa-yudhinuun
9. Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).
Juz ke-29 tafsir ayat ke-9
وَلَا تُطِعۡ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيۡنٍۙ
Wa laa tuti' kulla hallaa fim mahiin
10. Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-10
هَمَّازٍ مَّشَّآءٍۢ بِنَمِيۡمٍۙ
Hammaazim mash shaaa'im binamiim
11. suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-11
مَّنَّاعٍ لِّلۡخَيۡرِ مُعۡتَدٍ اَثِيۡمٍۙ
Mannaa'il lilkhairi mu'tadin asiim
12. yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-12
عُتُلٍّ ۢ بَعۡدَ ذٰلِكَ زَنِيۡمٍۙ
'Utullim ba'da zaalika zaniim
13. yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-13
اَنۡ كَانَ ذَا مَالٍ وَّبَنِيۡنَؕ
An kaana zaa maalinw-wa baniin
14. karena dia kaya dan banyak anak.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-14
اِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيۡرُ الۡاَوَّلِيۡنَ
Izaa tutlaa 'alaihi aayaatunaa qoola asaatiirul awwaliin
15. Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, dia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-15
سَنَسِمُهٗ عَلَى الۡخُـرۡطُوۡمِ
Sanasimuhuu 'alal khurtuum
16. Kelak dia akan Kami beri tanda pada belalai(nya).
Juz ke-29 tafsir ayat ke-16
اِنَّا بَلَوۡنٰهُمۡ كَمَا بَلَوۡنَاۤ اَصۡحٰبَ الۡجَـنَّةِ ۚ اِذۡ اَقۡسَمُوۡا لَيَصۡرِمُنَّهَا مُصۡبِحِيۡنَۙ
Innaa balawnaahum kamaa balawnaaa As-haabal jannati iz 'aqsamuu la-yasri munnahaa musbihiin.
17. Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-17
وَلَا يَسۡتَثۡنُوۡنَ
Wa laa yastasnuun
18. tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, "Insya Allah").
Juz ke-29 tafsir ayat ke-18
فَطَافَ عَلَيۡهَا طَآٮِٕفٌ مِّنۡ رَّبِّكَ وَهُمۡ نَآٮِٕمُوۡنَ
Fataafa 'alaihaa taaa'i fum mir rabbika wa hum naaa'imuun
19. Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-19
فَاَصۡبَحَتۡ كَالصَّرِيۡمِۙ
Fa asbahat kassariim
20. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-20
فَتَـنَادَوۡا مُصۡبِحِيۡنَۙ
Fatanaadaw musbihiin
21. lalu pada pagi hari mereka saling memanggil.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-21
اَنِ اغۡدُوۡا عَلٰى حَرۡثِكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ صٰرِمِيۡنَ
Anighduu 'alaa harsikum in kuntum saarimiin
22. "Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-22
فَانۡطَلَقُوۡا وَهُمۡ يَتَخَافَتُوۡنَۙ
Fantalaquu wa hum yatakhaafatuun
23. Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-23
اَنۡ لَّا يَدۡخُلَنَّهَا الۡيَوۡمَ عَلَيۡكُمۡ مِّسۡكِيۡنٌۙ
Al laa yadkhulannahal yawma 'alaikum miskiin
24. "Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-24
وَّغَدَوۡا عَلٰى حَرۡدٍ قٰدِرِيۡنَ
Wa ghadaw 'alaa hardin qoodiriin
25. Dan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
Juz ke-29 tafsir ayat ke-25
فَلَمَّا رَاَوۡهَا قَالُوۡۤا اِنَّا لَـضَآلُّوۡنَۙ
Falammaa ra awhaa qooluuu innaa ladaaalluun
26. Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-26
بَلۡ نَحۡنُ مَحۡرُوۡمُوۡنَ
Bal nahnu mahruumuun
27. bahkan kita tidak memperoleh apa pun,"
Juz ke-29 tafsir ayat ke-27
قَالَ اَوۡسَطُهُمۡ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّكُمۡ لَوۡلَا تُسَبِّحُوۡنَ
Qoola awsatuhum alam aqul lakum law laa tusabbihuun
28. berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-28
قَالُوۡا سُبۡحٰنَ رَبِّنَاۤ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيۡنَ
Qooluu subhaana rabbinaaa innaa kunnaa zaalimiin
29. Mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zhalim."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-29
فَاَقۡبَلَ بَعۡضُهُمۡ عَلٰى بَعۡضٍ يَّتَلَاوَمُوۡنَ
Fa aqbala ba'duhum 'alaa ba'diny yatalaawamuun
30. Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-30
قَالُوۡا يٰوَيۡلَنَاۤ اِنَّا كُنَّا طٰغِيۡنَ
Qooluu yaa wailanaaa innaa kunnaa taaghiin
31. Mereka berkata, "Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-31
عَسٰى رَبُّنَاۤ اَنۡ يُّبۡدِلَـنَا خَيۡرًا مِّنۡهَاۤ اِنَّاۤ اِلٰى رَبِّنَا رٰغِبُوۡنَ
'Asaa rabbunaaa any yubdilanaa khairam minhaaa innaaa ilaa rabbinaa raaghibuun
32. Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-32
كَذٰلِكَ الۡعَذَابُؕ وَلَعَذَابُ الۡاٰخِرَةِ اَكۡبَرُ ۘ لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ
Kazaalikal azaab, wa la'azaabul aakhirati akbar; law kaanuu ya'lamuun
33. Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, azab akhirat lebih besar se-kiranya mereka mengetahui.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-33
اِنَّ لِلۡمُتَّقِيۡنَ عِنۡدَ رَبِّهِمۡ جَنّٰتِ النَّعِيۡمِ
Inna lilmuttaqiina 'inda rabbihim jannaatin na'iim
34. Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-34
اَفَنَجۡعَلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ كَالۡمُجۡرِمِيۡنَؕ
Afanaj'alul muslimiina kalmujrimiin
35. Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam itu seperti orang-orang yang berdosa (orang kafir)?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-35
مَا لَـكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُوۡنَۚ
Maa lakum kaifa tahhkumuun
36. Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil keputusan?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-36
اَمۡ لَـكُمۡ كِتٰبٌ فِيۡهِ تَدۡرُسُوۡنَۙ
Am lakum kitaabun fiihi tadrusuun
37. Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-37
اِنَّ لَـكُمۡ فِيۡهِ لَمَا تَخَيَّرُوۡنَۚ
Inna lakum fiihi lamaa takhaiyaruun
38. sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-38
اَمۡ لَـكُمۡ اَيۡمَانٌ عَلَيۡنَا بَالِغَةٌ اِلٰى يَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ ۙ اِنَّ لَـكُمۡ لَمَا تَحۡكُمُوۡنَۚ
Am lakum aymaanun 'alainaa baalighatun ilaa yawmil qiyaamati inna lakum lamaa tahkumuun
39. Atau apakah kamu memperoleh (janji-janji yang diperkuat dengan) sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat; bahwa kamu dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-39
سَلۡهُمۡ اَيُّهُمۡ بِذٰلِكَ زَعِيۡمٌ ۛۚ
Salhum ayyuhum bizaa lika za'iim
40. Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap (keputusan yang diambil itu)?"
Juz ke-29 tafsir ayat ke-40
اَمۡ لَهُمۡ شُرَكَآءُ ۛۚ فَلۡيَاۡتُوۡا بِشُرَكَآٮِٕهِمۡ اِنۡ كَانُوۡا صٰدِقِيۡنَ
Am lahum shurakaaa'u falyaatuu bishurakaaa 'ihim in kaanuu saadiqiin
41. Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Kalau begitu hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka orang-orang yang benar.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-41
يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ وَّيُدۡعَوۡنَ اِلَى السُّجُوۡدِ فَلَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَۙ
Yawma yukshafu 'am saaqinw wa yud'awna ilas sujuudi falaa yastatii'uun
42. (Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka diseru untuk bersujud; maka mereka tidak mampu,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-42
خَاشِعَةً اَبۡصَارُهُمۡ تَرۡهَقُهُمۡ ذِلَّةٌ ؕ وَقَدۡ كَانُوۡا يُدۡعَوۡنَ اِلَى السُّجُوۡدِ وَهُمۡ سٰلِمُوۡنَ
Khaashi'atan absaaruhum tarhaquhum zillatunw wa qad kaanuu yud'awna ilassujuudi wa hum saalimuun
43. pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan).
Juz ke-29 tafsir ayat ke-43
فَذَرۡنِىۡ وَمَنۡ يُّكَذِّبُ بِهٰذَا الۡحَـدِيۡثِؕ سَنَسۡتَدۡرِجُهُمۡ مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُوۡنَۙ
Fazarnii wa many yukazzibu bihaazal hadiisi sanastad rijuhum min haisu laa ya'lamuun
44. Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui,
Juz ke-29 tafsir ayat ke-44
وَاُمۡلِىۡ لَهُمۡؕ اِنَّ كَيۡدِىۡ مَتِيۡن
Wa umlii lahum; inna kaidii matiin
45. dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-45
اَمۡ تَسۡـَٔـلُهُمۡ اَجۡرًا فَهُمۡ مِّنۡ مَّغۡرَمٍ مُّثۡقَلُوۡنَۚ
Am tas'aluhum ajran fahum mim maghramim musqaluun
46. Ataukah engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan hutang?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-46
اَمۡ عِنۡدَهُمُ الۡغَيۡبُ فَهُمۡ يَكۡتُبُوۡنَ
Am 'indahumul ghaibu fahum yaktubuun
47. Ataukah mereka mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya?
Juz ke-29 tafsir ayat ke-47
فَاصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنۡ كَصَاحِبِ الۡحُوۡتِۘ اِذۡ نَادٰى وَهُوَ مَكۡظُوۡمٌؕ
Fasbir lihkmi rabbika wa laa takun kasaahibil buut; iz naadaa wa huwa makzuum
48. Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-48
لَوۡلَاۤ اَنۡ تَدٰرَكَهٗ نِعۡمَةٌ مِّنۡ رَّبِّهٖ لَنُبِذَ بِالۡعَرَآءِ وَهُوَ مَذۡمُوۡمٌ
Law laaa an tadaara kahuu ni'matum mir rabbihii lanubiza bil'araaa'i wa huwa mazmuum
49. Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-49
فَاجۡتَبٰهُ رَبُّهٗ فَجَعَلَهٗ مِنَ الصّٰلِحِيۡنَ
Fajtabaahu rabbuhuu faja'alahuu minas saalihiin
50. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang shalih.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-50
وَاِنۡ يَّكَادُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لَيُزۡلِقُوۡنَكَ بِاَبۡصَارِهِمۡ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكۡرَ وَيَقُوۡلُوۡنَ اِنَّهٗ لَمَجۡنُوۡنٌۘ
Wa iny-yakaadul laziina kafaruu la-yuzliquunaka biabsaarihim lammaa saml'uz-Zikra wa yaquuluuna innahuu lamajnuun
51. Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur'an dan mereka berkata, "Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila."
Juz ke-29 tafsir ayat ke-51
وَمَا هُوَ اِلَّا ذِكۡرٌ لِّلۡعٰلَمِيۡنَ
Wa maa huwa illaa zikrul lil'aalamiin
52. Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.
Juz ke-29 tafsir ayat ke-52