LEGENDA MONSTER GEVAUDAN DI PRANCIS
(Versi Motherboard)
Monster Gévaudan merupakan makhluk itu Konon Sering Memangsa Petani Prancis Abad 18.
Dugaan sementara monster ini adalah serigala peliharaan berukuran besar, singa atau hasil kawin silang dengan Hyena yang kabur dari kebun binatang.
Monster itu berperawakan besar. Dadanya konon sama sama lebarnya dengan dengan seekor kuda. Adapun, panjang tubuhnya menyamai postur seekor macan tutul. Menurut berita yang beredar saat itu, monster ini berjalan dengan dua kaki belakang, meremukkan batok kepala manusia dan menggigit dengan rahangnya yang kuat. Bahkan, ada yang bilang monster ini kebal peluru sebab belum ada satupun pemburu yang berhasil menjatuhkannya dengan peluru.
Kisah Monster Gévaudan, makhluk diduga bertanggung jawab atas tewasnya puluhan atau bahkan ratusan petani di pedesaan Prancis pada abad ke-18 masih jadi dongeng yang menarik untuk diceritakan bahkan sampai sekarang. Di saat yang sama, para pakar masih belum bisa mengidentifikasi jenis monster tersebut. Mereka belum yakin apakah monster ini sebenarnya seekor serigala, singa yang kabur dari kandangnya atau makhluk yang berbeda sama sekali.
Serangan serigala sudah jarang terjadi saat ini. Malah, sebenarnya, serigala baru kembali muncul baru-baru ini di Eropa setelah nyaris punah karena perbuatan manusia. Namun, cerita tentang Monster Gévaudan ini menabalkan satu hal yang tak pernah berubah: manusia takut pada apa yang tak bisa mereka jelaskan. Manusia pada dasarnya suka cerita-cerita monster yang ditulis dengan bagus dan kadang monster-monster yang dianggap paling berbahaya hanyalah isapan jempol belaka.
Kebanyakan catatan mengenai monster ini di masa lalu terbagi menjadi dua jenis: komentar jurnalistik dan arsip yang sebagian besar terdiri dari korespondensi,” kata Jay Smith, sejarawan sekaligus penulis buku Monsters of the Gévaudan: The Making of a Beast. “Salah satu surat kabar pada waktu Courrier d'Avignon pertama kali menerbitkan liputan tentang monster ini dan menyadari sisi menarik dari kisah ini. Mereka memutuskan untuk memoles semua detail secara berlebihan. Courrier d'Avignon mengubah kisah ini menjadi berita internasional.
KISAH MONSTER GEVAUDAN DI DYATLOV MESTERI BELUM TERPECAHKAN ABAD 20
Kisah tentang Monster Gévaudan bermula pada musim panas 1764, di sebuah desa kecil di wilayah Gévaudan, di wilayah tenggara Prancis yang dikelilingi bukit dan hutan lebat. Serangan hewan liar, misalnya serangan serigala, bukan hal yang aneh di daerah ini. Di awal musim panas tahun itu, seorang penggembala berumur 14 tahun ditemukan tewas dekat desa Langogne. Tenggorokan korban robek karena serangan hewan misterius. Dalam waktu singkat, kematian dengan detail yang nyaris serupa terjadi di seluruh wilayah Gévaudan dan desas-desus bahwa ini bukan serangan serigala biasa mulai menyebar. Menurut kabar burung ini, pelaku penyerangan adalah sebuah monster dengan kemampuan mistis, serigala jejadian atau bahkan penyihir yang bisa berubah wujud.
Pada awal 1765, Kerajaan Prancis merasa sudah waktunya bertindak. Raja Louis XV memerintahkan sejumlah pemburu berpengalaman dari kalangan aristrokrat untuk pergi ke Gévaudan, memimpin kelompok pemburu dan menghabisi Monster Gévaudan. Sayang, usaha ini tak membuahkan hasil. Jago-jago berburu kiriman Raja Louis XV mengatakan apapun yang membunuh penduduk Gévaudan sudah ditaklukan.
“Para pemburu ini punya maksud tersendiri saat memberikan gambaran berlebihan akan monster Gévaudan karena mereka gagal membunuhnya,” jelas Smith. “Jadi satu hal yang kamu temukan dari arsip mengenai kasus ini—isinya surat-surat dari kepala pemburu berisi ungkapan-ungkapan yang mengasihani diri, penggambaran proses perburuan yang berlebihan, pengorbanan yang harus mereka lakukan dan deskripsi aneh dari fisik monster yang mereka buru.”
Pada akhir musim panas 1765, salah satu pemburu yang ditunjuk Louis XV berhasil membunuh seekor serigala besar di pelataran sebuah biara dekat
Gévaudan, kata Smith. Mayat serigala tersebut lantas diangkut ibukota dan kaum aristokrat pun sesumbar mereka telah berhasil membunuh Monster Gévaudan. Namun, penduduk Gévaudan membantah klaim tersebut dan mengatakan yang dibunuh para pemburu kiriman Raja Louis XV adalah serigala lain. Teror serangan Monster Gévaudan sendiri baru berhenti setelah sekelompok pembunuh setempat menghabisi sekawanan serigala pada 1767. Sebelumnya, sebanyak 100 laki-laki, perempuan dan anak-anak ditengarai tewas dan semuanya dianggap menjadi korban Monster Gévaudan yang misterius.
Deskripsi Monster Gévaudan yang beredar pada masa itu entah yang dicuplik dari pemberitaan koran yang kelewat sensasional, surat dan keterangan orang perorang membuat sejumlah pakar biologi modern bertanya-tanya apakah Monster Gévaudan benar-benar seekor serigala. Pasalnya, serigala tak akan bisa tumbuh sampai sebesar itu.
“Berakat serigala itu selalu konsisten, 45 kilogram lebih sedikit,” ujar Jay Shepherd, pakar biologi alam luar yang memimpin program serigala di Conservation Northwest, sebuah grup perlindungan lingkungan hidup. “Serigala kondang karena beratnya yang tinggi tapi mereka tak bisa mencapai ukuran sefantastis itu. Saya sangat meragukannya.”
Serigala terbesar yang pernah dijumpai di alam liar, menurut Shepherd, berbobot sekitar 68 kilogram angka yang masih jauh dari deskripsi monster yang punya dada sebidang kuda.
Sebaliknya, deskripsi tentang perilaku monster ini agak menyerupai sifat serigala betulan. Jika serigala di kawasan Amerika Utara jarang menyerang manusia, kerabatnya di Eropa sering menyerang dan menewaskan manusia. Hal ini bisa terjadi karena mereka dilatih dan hidup bareng manusia dan kepadatan penduduk di Eropa jauh melebihi Amerika Utara.
“Serigala yang hidup bareng manusia jelas beda kasusnya,” jelas Shepherd. “Serigala-serigala macam ini tak cuma memakan mayat manusia yang sudah mati. Mereka juga akan menyerang dan membunuh manusia. Saya yakin ini pernah terjadi. Dan itu bukan hal yang mengejutkan.”
Akan tetapi kombinasi penggambaran yang berlebihan dan laporan yang mengatakan betapa ganasnya Monster Gévaudan memangsa pera petani menimbulkan dugaan baru di kalangan pakar biologi modern. Alih-alih seekor serigala peliharaan yang berbadan besar, sejumlah ilmuwan menduga Monster Gévaudan adalah hasil hibridasi hyena, atau singa yang lepas dari beragam kebun binatang menjamur di Prancis saat itu.
Pada akhirnya, tak ada konsensus di kalangan para ilmuwan tentang makhluk apa yang meneror kawasaan pedesaan Gévaudan pada pertengahan abad 18. Kebenaran kasus ini akan selamanya jadi misteri. Akan tetapi, Shepherd dan Smith mengemukakan kesimpulan yang sama: misteri tentang Monster Gévaudan adalah hasil kombinasi serangan serigala, mayat manusia yang dimangsa bintang dan sensasionalisme surat kabar masa itu.
MONSTER GÉVAUDAN PEMANGSA PETANI DAN PENGGEMBALA DI PRANCIS
Monster gévaudan sangat terkenal, terutama di sekitar daerah Gévaudan, Perancis. Menurut kabar yang beredar, monster ini memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, dada yang lebar, dan ia berjalan dengan menggunakan dua kaki belakangnya. Saat memangsa, ia akan meremukkan mangsanya dengan kedua kaki depannya, menggigit mangsanya dengan rahangnya, sampai mangsanya tersebut tewas menggenaskan.
Mulanya, mahluk tersebut sebetulnya tidak memiliki nama. Namun, warga setempat menyebutnya sebagai La Bête du Gévaudan atau Beast of Gévaudan (Monster Gévaudan). Ia bertanggung jawab atas kematian banyak orang saat itu, terkhusus para petani dan penggembala. Kemunculannya selalu datang dari sebuah desa yang kebanyakan warganya melakoni dua profesi itu.
Serangan fatal pertama terjadi pada 30 Juni 1764, kepada seorang penggembala domba, Jeanne Boulet. Namun, dua bulan sebelumnya dilaporkan, monster gévaudan pernah muncul untuk memangsa seorang wanita muda. Beruntung, wanita tersebut berhasil melarikan diri.
Seiring semakin banyaknya korban yang berjatuhan, King Louis XV mengadakan sayembara bagi pemburu atau siapa pun yang berhasil menangkap ataupun membunuh monster tersebut, dengan hadiah uang sebesar 6.000 livre. Sayembara ini pun dengan cepat menyebar di kota-kota melalui surat kabar.
Pada 20 September 1765, seorang pemburu bernama Francois Antonie mengklaim bahwa Ia telah berhasil membunuh seekor mahluk besar di sekitar pelataran biara di dekat kota. Mayatnya kemudian dibawa ke istana untuk diautopsi dan pihak kerajaan mengatakan bahwa ini adalah monster gévaudan yang telah berhasil dibunuh. Antonie pun berhak mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh raja.
Hanya saja, banyak pihak yakin bahwa mahluk tersebut hanya serigala biasa. Penyangkalan ini didukung dengan masih adanya serangan lain yang terjadi pada bulan Desember, pada tahun yang sama dengan kliam kematian monster gévaudan.
Teror monster gévaudan pada akhirnya benar-benar berhenti tahun 1767, saat sekelompok pemburu menghabisi sekawanan serigala. Kemungkinan, secara tak disadari oleh para pemburu, salah satu hewan yang dibunuh ialah sang legenda.
Tidak ada yang tahu, apa sebetulnya monster gévaudan. Apakah ia keturunan serigala asli, percampuran anjing, singa, atau hibrida heyna, dugaan-dugaan ini masih menyisakan misteri.
TEROR DI AVIGNON, MESTERI TEROR THE BEAST OF GÉVAUDAN
Penduduk desa Gévaudan diteror dengan serangkaian serangan makhluk misterius pada pertengahan abad ke-18. Para korban dibunuh secara brutal, kebanyakan dari mereka tewas dengan luka menganga di leher dan kepala. Makhluk itu seolah mengintai dan mengawasi dari dalam hutan, menunggu mangsanya lengah untuk menyerang. Meskipun ada banyak kesaksian dari mereka yang berhasil selamat, namun tidak ada yang tahu pasti makhluk apa itu sebenarnya. Bahkan setelah berabad-abad berlalu, makhluk yang dikenal sebagai Monster Gévaudan ini tetap menyisakan misteri.
Marie Jeanne Vallet berangkat ke hutan untuk menggembalakan ternaknya. Hari itu tanggal 11 Agustus 1765, langit cerah, musim panas yang indah di Langogne, Gévaudan. Marie berangkat ke hutan Mercoire bersama dengan seorang saudara perempuannya. Di sana ia memang biasa menggembalakan ternak.
Sambil menuntun ternaknya, Marie menyeberangi Sungai Desges. Sebuah sungai kecil dengan air yang dangkal berkelok-kelok di dalam hutan. Namun entah kenapa lembu-lembunya tiba-tiba menjadi ketakutan. Gadis muda itu tak mengerti apa yang tengah terjadi. Beberapa kali ia mencoba menarik tali pengikat mereka, tapi hewan-hewan itu seolah enggan beranjak.
Lalu tiba-tiba seekor binatang yang mirip serigala muncul tepat di belakangnya. Marie tersentak kaget. Makhluk besar itu memiliki taring yang mengerikan, ekor yang panjang, dan wajah yang menakutkan. Hanya dalam hitungan detik, nyawa mereka semua kini dalam bahaya.
Terus waspada, Marie mencoba untuk tetap tenang. Makhluk yang ada di hadapannya itu jelas tidak akan pergi sebelum mendapatkan mangsanya.
Marie menggenggam erat bayonet yang dibawanya. Untunglah ia membawa senjata itu bersamanya. Berkali-kali ia mengacung-acungkan benda itu, mencoba menakut-nakuti. Bukannya pergi, makhluk itu makin bertambah marah. Aumannya menggelegar, memperlihatkan taringnya yang haus darah.
Tiba-tiba ternak Marie, seekor lembu jantan melesat menyerang makhluk itu. Sekarang keduanya bertarung. Marie yang melihat adanya kesempatan, lalu maju ke depan. Tanpa banyak berpikir, gadis muda tersebut menusukkan bayonetnya ke dada makhluk itu.
Makhluk tersebut terluka. Ia sempat berguling di air sungai sebelum akhirnya melarikan diri. Entah apa yang terjadi pada makhluk itu, tapi Marie bersyukur bisa selamat dari serangan yang sangat mengerikan itu.
SANG MONSTER DARI GÉVAUDAN
The Beast of Gévaudan atau Monster Gévaudan, makhluk itu biasa disebut. Namanya sudah pasti diberikan karena meneror wilayah Gévaudan di Pegunungan Margeride, Perancis.
Sebenarnya serangannya hanya terjadi selama kurun waktu 1764 hingga 1767 atau hanya sekitar 3 tahun. Namun teror makhluk tersebut begitu dikenal dalam sejarah, sampai-sampai namanya melegenda.
Para korban serangan makhluk ini biasanya tewas dengan luka parah di area leher atau kepala. Jelas dia mengincar organ tubuh tersebut. Jumlah korban pasti tidak begitu jelas, namun perkiraan ada ratusan orang yang meregang nyawa setelah serangan mengerikan makhluk ini. Sisanya berhasil selamat walaupun beberapa menderita luka parah.
Studi yang dilakukan tahun 1987 memperkirakan ada sebanyak 610 serangan, dengan rincian 500 kematian, 49 luka-luka, dan sisanya tewas menjadi santapan makhluk tersebut. Sumber lain mengklaim hewan tersebut membunuh antara 60 hingga 100 orang dewasa dan anak-anak, serta melukai lebih dari 30 orang.
Meskipun jumlah pasti korban tidak begitu diketahui, namun semua setuju kalau jumlah korban yang jatuh selama rentang waktu tersebut sungguh fantastis. Apakah ia berburu mangsa setiap hari?
Dengan jumlah korban yang begitu besar maka tidak heran timbul dugaan kalau serangan dilakukan tidak hanya oleh satu hewan saja. Ditambah lagi dengan banyaknya serangan yang terjadi atau dilaporkan terjadi hampir dalam waktu yang bersamaan.
SEPERTI SERIGALA TAPI BUKAN SERIGALA
Bentuk fisik monster Gévaudan secara deskripsi detail fisiknya cukup bervariasi, yang mungkin juga dibesar-besarkan karena histeria publik. Namun dari kesaksian para korban yang berhasil selamat dan juga para saksi mata lainnya mengatakan kalau makhluk ini bertubuh besar, seukuran anak sapi atau kuda.
Secara garis besar, mereka menyebutkan ciri-ciri fisik yang hampir serupa. Fisiknya digambarkan mirip anjing atau serigala, bertubuh tinggi dan ramping, memiliki kepala memanjang, moncong pipih, mulut lebar, serta telinga yang runcing. Ekornya dikatakan lebih panjang dari serigala, dengan bulu berwarna kuning kecoklatan atau cokelat kemerahan.
Dengan ciri-ciri seperti itu maka beberapa orang mengidentifikasinya sebagai serigala, anjing besar, atau hibrida anjing-serigala. Namun meskipun banyak yang mengatakan Beast of Gévaudan benar-benar seperti serigala, tapi beberapa orang berpendapat kalau itu sama sekali bukanlah serigala.
TEROR 3 TAHUN
Korban resmi pertama yang tercatat adalah seorang gadis berusia 14 tahun bernama Jeanne Boulet. Jeanne tewas dibunuh pada 30 Juni 1764, saat tengah menggembalakan domba-dombanya di dekat desa Les Hubacs, Langogne.
Namun Boulet sebenarnya bukanlah korban pertama makhluk itu. Menurut sejarawan Jay M. Smith yang menulis Monster of the Gévaudan: The Making of a Beast, sekitar dua bulan sebelumnya, seorang wanita muda yang menggembalakan ternaknya juga diserang oleh makhluk tersebut, tapi ia berhasil lolos dari maut.
Menurut buku George M. Eberhart tahun 2002, Mysterious Creatures: A Guide to Cryptozoology, serangan terus berlanjut sepanjang musim panas hingga musim gugur tahun 1764. Penduduk Gévaudan akhirnya memutuskan untuk tidak tinggal diam.
Pada 8 Oktober 1764, beberapa serangan dilaporkan terjadi. Binatang itu terlihat di Chateau de la Baume, mengintai seorang penggembala. Sejumlah penduduk laki-laki segera berangkat memburu hewan itu ke hutan perkebunan. Menurut kesaksian para pemburu, mereka sempat menembak makhluk itu, tetapi setelah jatuh, ia bangkit dan langsung melarikan diri.
Sepanjang sisa tahun 1764, lebih banyak serangan dilaporkan terjadi di seluruh wilayah. Teror menghantui penduduk karena binatang itu berulang kali memangsa pria, wanita, dan anak-anak, terutama saat mereka sendirian merawat ternak di hutan sekitar Gévaudan.
Pada awal tahun serangan kembali terjadi. Tanggal 12 Januari 1765 hewan tersebut menyerang seorang anak bernama Jacques Portefaix yang berusia 10 tahun bersama tujuh temannya yang berusia antara 8-12 tahun.
Portefaix memimpin teman-temannya untuk mengusir makhluk itu dengan menggunakan tongkat. Saat serangan terjadi mereka semua tetap bersama, sampai akhirnya mereka berhasil melawan makhluk itu dan mengusirnya. Kedelapan anak itu berhasil selamat. Peristiwa ini sangat terkenal karena menjadi perhatian Raja Louis XV.
Raja bahkan memberikan 300 livre untuk Portefaix dan 350 livre lainnya dibagi rata di antara anak-anak lainnya. Raja juga memerintahkan agar Portefaix dididik dengan biaya negara.
Raja jelas merasakan euforia kemenangan anak-anak itu melawan monster Gévaudan. Kepahlawanan mereka mendorong Raja Louis XV untuk mengirim pasukan pemburu kerajaan. Ia mengirimkan Kapten Duhamel dan pasukannya ke Le Gévaudan.
Namun entah mengapa begitu sampai di sana dan hendak memburu makhluk itu, para penggembala dan petani lokal justru seperti menghambat usahanya, mereka sama sekali tidak dapat diajak bekerja sama. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Duhamel frustasi.
Melihat prestasi Duhamel yang seperti itu, raja lalu menariknya kembali ke markasnya di Clermont-Ferrand. Raja kemudian setuju untuk mengirim dua pemburu serigala profesional, Jean Charles Marc Antoine Vaumesle d'Enneval dan putranya Jean-François. Sementara itu di lain pihak, Duhamel tidak tinggal diam. Dia mengatur rencananya sendiri untuk perburuan serigala.
Ayah dan anak D'Enneval tiba di Clermont-Ferrand pada 17 Februari 1765. Mereka membawa delapan anjing pelacak yang telah dilatih berburu serigala. Selama empat bulan berikutnya, pasangan itu memburu serigala Eurasia, yang mereka yakini satu atau lebih merupakan bagian dari makhluk yang telah meneror Gévaudan .
Tapi meskipun banyak serigala Eurasia sudah diburu, nyatanya serangan terus berlanjut. Pasangan ayah dan anak itu akhirnya diganti pada bulan Juni 1765 oleh seorang pria bernama François Antoine. Ia tiba di Le Malzieu pada 22 Juni 1765 dan siap untuk berburu.
Tanggal 20 September 1765, Antoine dan keponakannya berhasil menembak seekor serigala abu - abu berukuran besar di dekat sebuah biara di Chazes.
Hewan itu sebenarnya cukup besar untuk disebut seekor serigala. Tapi Antoine yakin kalau hewan itulah biang keladi teror di Gévaudan. Apalagi ketika diperiksa ada bekas-bekas luka di tubuhnya yang tampaknya disebabkan oleh korban serangan yang berusaha membela diri.
Serigala itu kemudian dikirim ke Versailles, di mana putra Antoine dipuji sebagai pahlawan. Antoine sendiri tetap tinggal di hutan Auvergne untuk mengejar pasangan betina binatang itu dan juga dua anaknya yang sudah dewasa. Antoine berhasil membunuh serigala betina dan seekor anak anjing, yang tampaknya sudah lebih besar dari induknya.
Sebenarnya ada yang aneh saat jasad anak anjing tersebut diperiksa. Hewan itu tampaknya memiliki kelainan bawaan yang ditemukan pada ras anjing Bas-Rouge atau Beauceron. Anak anjing yang satunya lagi ditembak dan dipukuli hingga tewas. Antoine lalu kembali ke Paris dan menerima uang yang sangat besar sebagai imbalan (lebih dari 9.000 livre), tak lupa ia juga mendapatkan gelar, penghargaan, sekaligus ketenaran sebagai pahlawan baru.
Lalu apakah teror berhenti setelah aksi Antoine? Ternyata tidak! Teror kembali lagi terjadi, serangan mengganas pada awal Desember. Pada tanggal 2 di bulan itu, dua anak laki-laki berusia 6 dan 12 tahun diserang. Binatang itu mencoba menangkap anak yang terkecil, tetapi berhasil dilawan oleh anak laki-laki yang lebih tua. Segera setelah itu, serangan lainnya kembali dilaporkan terjadi di dekat La Besseyre-Saint-Mary .
Menurut sebuah akun di Parisian Illustrated Review volume 1898, pada akhir tahun tersebut entah mengapa hewan yang menyerang itu dilaporkan tampak berbeda, setidaknya secara tingkah laku. Makhluk yang menyerang sebelumnya takut pada ternak, tapi kali ini ia sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Seolah-olah penyerangan dilakukan oleh hewan yang berbeda.
SERANGAN TERAKHIR
Ada yang aneh dengan keputusan dari pihak kerajaan. Meskipun pada Desember serangan makhluk-makhluk ini masih terus dilaporkan, mereka memilih untuk mengabaikan serangan baru ini. Mereka bersikeras percaya bahwa Antoine telah membunuh makhluk itu.
Sampai pada akhirnya serangan tiba-tiba kembali terjadi pada awal Juni 1767. Serangan brutal yang terjadi di awal musim panas itu akhirnya memaksa seorang bangsawan lokal, Marquis d'Apcher, untuk merencanakan perburuan besar-besaran. Pada tanggal 19 di bulan yang sama, salah seorang pemburu lokal bernama Jean Chastel, menembak seekor serigala di lereng Gunung Mouchet.
Chastel mengaku menembak makhluk itu dengan peluru kaliber besar dan kombinasi tembakan, yang pelurunya dibuat sendiri dengan perak. Serigala itu lalu dibawa ke kastil sang bangsawan, di mana tubuhnya kemudian dibedah oleh Dr. Boulanger dari Saugues.
Laporan post-mortem Dr. Boulanger ditranskripsikan oleh notaris Marin dan dikenal sebagai "Marin Report". Laporan tersebut menyatakan kalau setelah perut hewan itu dibuka, ternyata di dalamnya menemukan sisa-sisa jasad para korban.
Serangan dari binatang itu tiba-tiba saja menghilang sekitar pertengahan tahun 1767. Banyak yang percaya itu semua terjadi setelah umpan beracun ditempatkan di Gévaudan dalam skala besar.
MESTERI MAHKLUK BEAST OF GÉVAUDAN BERBAGAI TEORI DAN DUGAAN
Kisah penyerangan Beast of Gévaudan dan para korbannya mungkin hampir tidak diketahui jika bukan karena pers yang berkembang pesat saat itu. Pada masa tersebut, sebagian besar berita politik disensor oleh kerajaan, jadi surat kabar harus beralih ke sumber informasi lain untuk mengisi beritanya, misalnya dengan berita hiburan demi meningkatkan penjualan.
François Morénas, pendiri sekaligus editor Courrier d'Avignon, menggunakan jenis pelaporan baru yang disebut faits divers, yaitu menceritakan kisah kejadian kriminal sehari-hari yang terjadi di desa-desa kecil (mirip dengan kasus kriminal di era sekarang). Reportase khusus dari berbagai berita tersebutlah yang kemudian mengubah kisah penyerangan binatang buas menjadi berita nasional.
Sementara itu sejarawan, ilmuwan, pseudoscientist, hingga teori konspirasi semuanya telah mengajukan teori makhluk apa sebenarnya Beast of Gévaudan itu.
Berikut ini berbagai teori dan dugaan makhluk apa sebenarnya Beast of Gévaudan itu, mulai dari teori yang masuk akal dan dipercaya banyak orang hingga teori yang tidak masuk akal, bahkan sangat mengada-ada.
MONSTER GÉVAUDAN SEBENARNYA MIRIP SERIGALA
Di antara teori-teori yang dianggap paling dapat dipercaya adalah bahwa pelaku serangan di Gévaudan tak lain adalah serigala atau sekelompok serigala. Seperti yang dikatakan Jay M. Smith kepada Smithsonian, "Gévaudan mengalami serangan serigala yang serius." Smith percaya bahwa serigala besar atau kawanan serigala menyerang komunitas individu di seluruh wilayah.
Pada abad ke-18, sebenarnya serangan serigala merupakan masalah serius, tidak hanya di Perancis tapi juga di seluruh Eropa. Insiden penyerangan bisa dibilang cukup umum terjadi di pedasaan Eropa barat dan tengah.
Tetapi penelitian serigala modern tampaknya tidak mendukung teori serigala untuk Gévaudan. Menurut catatan, serigala memang pernah menyerang daerah itu sebelum abad ke-19. Beberapa statistik juga menunjukkan bahwa serigala menyerang manusia 9.000 kali di Prancis sejak ke-17 hingga 19. Dalam kebanyakan kasus, serangan-serangan dilakukan oleh serigala gila.
Namun agaknya ada kelemahan mendasar pada teori serigala ini, termasuk frekuensi serangan yang menunjukkan bahwa itu bukanlah serigala gila. Selain itu juga diketahui tidak ada korban yang tertular rabies.
Serigala diketahui sangat jarang keluar dari wilayah mereka untuk sengaja menyerang manusia (mereka sebenarnya lebih suka menghindari manusia).
TEORI HYENA BELANG
Pada Oktober 2009, History Channel menayangkan film dokumenter berjudul “The Real Wolfman” yang mengemukakan bahwa binatang itu adalah hewan eksotis berupa hyena belang, spesies hyena berambut panjang yang kini telah punah di Eropa.
Beberapa penggambaran fisik binatang tersebut sangat mirip dengan binatang yang dibunuh oleh Chastel. Binatang itu menyerupai seekor hyena bergaris. Ada kemungkinan bahwa seekor hyena belang mungkin merupakan milik pribadi seseorang yang melarikan diri karena spesies tersebut bukan asli Perancis. Tapi diketahui kalau hyena belang tidak menyerang manusia.
BEAST OF GÉVAUDAN ADALAH SEJENIS SINGA
Seorang ahli biologi dan penulis The Gévaudan Tragedy: The Disastrous Campaign of a Deported 'Beast, Karl-Hans Taake berpendapat bahwa makhluk itu mungkin saja adalah singa jantan yang belum dewasa. Seperti hyena, ada kemungkinan seekor singa lolos dari penangkaran. Monster Gévaudan dilaporkan melukai korbannya di area leher dan juga biasanya memenggal kepala korban. Singa, menurut Taake, juga menunjukkan perilaku predator seperti ini.
Singa diketahui memangsa manusia sebagai sumber makanan, seperti kasus singa Tsavo yang terkenal, di mana sepasang singa membunuh lebih dari 130 korban dalam waktu kurang dari setahun.
Menurut teori ini sebagain besar penduduk saat itu kemungkinan besar tidak pernah mengenal singa hidup. Jadi masuk akal jika penduduk setempat tidak tahu. Singa jantan muda tidak memiliki surai yang berkembang sempurna, bahkan terkadang memiliki jenis garis mohawk di punggungnya.
Jika itu memang benar-benar seekor singa jantan muda, surainya yang masih muda dan berbulu halus bisa menjelaskan warna dan bulunya yang aneh. Singa jantan biasanya memang kerap menggunakan cakarnya sebagai senjata, lebih suka mencekik leher korban, hingga menyerang ternak besar dengan melompat ke punggung mereka. Penggambaran ini cocok dengan deskripsi binatang itu oleh saksi mata, kata Taake.
MUNGKIN BINATANG GÉVAUDAN ADALAH HIBRIDA
Seorang pemburu pada saat itu, Kapten Jean Baptiste Duhamel, menulis, “Anda pasti akan berpikir, seperti saya, bahwa ini adalah monster hibrida, yang ayahnya adalah singa."
Sejarawan mengklaim bahwa serigala, atau hibrida antara serigala dan anjing peliharaan, telah menyerang para korban. Munculnya dugaan makhluk hibrida ini didasarkan pada deskripsi seekor canid, yang diambil pada bulan Juni 1767, yang dikatakan memiliki karakteristik morfologi yang aneh dan belum pernah ada sebelumnya.
JEAN CHASTEL PEMILIK MONSTER GÉVAUDAN
Pada tahun 2001, naturalis Perancis Michel Louis mengemukakan teorinya bahwa mastiff berwarna merah sebenarnya adalah milik Jean Chastel. Pemburu itu disebut-sebut memelihara dan melatih binatang itu untuk menyerang orang dan mengalihkan perhatian dari kejahatan yang lain.
Teori ini muncul salah satu alasannya adalah karena makhluk itu kebal terhadap tembakan, yang kemungkinan besar disebabkan karena ia mengenakan kulit babi hutan yang berlapis baja. Itulah juga alasan mengapa warna warna makhluk ini dilaporkan sangat tidak biasa.
TEORI HEWAN PRASEJARAH
Dikarenakan tidak adanya spesies yang sama dengan makhluk yang menyerang Gévaudan, banyak yang beranggapan kalau binatang itu bisa saja merupakan hewan prasejarah yang masih tersisa. Misalnya saja hyena Eropa atau mesonychids yang telah punah untuk waktu yang lama. Hewan-hewan ini memiliki kemiripan yang luar biasa dengan deskripsi populer tentang Beast of Gévaudan.
Tapi tampaknya tidak masuk akal bahwa binatang itu adalah pemangsa prasejarah yang telah punah seperti Anjing Beruang, Serigala Dire, atau Hyaenodon. Pendapat kalau hewan sebesar itu muncul setelah ribuan tahun, berhasil selamat dari kepunahan, sepertinya terlalu tidak masuk akal.
PELIHARAAN BANGSAWAN
Bagi bangsawan pada masa itu, tentu bukan hal sulit untuk memiliki hewan-hewan peliharaan bahkan jika hewan-hewan itu bukanlah hewan yang umum. Salah satu teori percaya kalau makhluk yang meneror Gévaudan tak lain sebenarnya adalah peliharaan para bangsawan kaya.
Bangsawan-bangsawan itu memelihara hewan-hewan eksotis di kebun binatang pribadi. Celakanya beberapa dari hewan-hewan itu kemudian melarikan diri tanpa dilaporkan sama sekali. Akibatnya hewan-hewan itu menyerang penduduk, namun para bangsawan enggan bertanggung jawab atas berbagai peristiwa penyerangan.
MANUSIA SERIGALA
Teori kalau monster Gévaudan sebenarnya adalah manusia serigala yang berubah wujud pada waktu-waktu tertentu sepertinya cukup gila ya. Teori ini sendiri timbul karena pemburu Chastel konon menggunakan peluru perak agar bisa membunuh makhluk itu. Teori ini membuat monster Gévaudan terkadang masuk dalam kategori mitologi manusia serigala.
PEMBUNUH BERANTAI
Bagaimana mungkin seorang pembunuh akan berkeliaran mencari korban di siang bolong dengan mengenakan kostum binatang? Teori yang sangat aneh kedengarannya ya. Tapi tidak bagi mereka yang mendukung teori ini.
Mereka percaya bahwa para pembunuh berantai sengaja mengenakan kostum hewan yang mengerikan untuk menghabisi para korbannya. Itulah mengapa banyak dari korban dilaporkan tewas dengan kepala dipenggal. Hal yang dikatakan cukup sulit untuk dilakukan oleh hewan.
MAHKLUK SUPERNATURAL
Seiring dengan banyaknya kasus penyerangan yang dilaporkan, banyak saksi mata yang semakin mendesripsikan makhluk ini secara berlebihan. Sepertinya orang-orang ini mengalami histeria massa. Para saksi mengklaim binatang itu memiliki kemampuan supernatural.
Makhluk itu dikatakan bisa berjalan tegak dengan kaki belakangnya dan kulitnya juga anti peluru. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang juga mengatakan ia memiliki api di matanya seperti kilatan laser, serta dapat melompat dengan ketinggian yang luar biasa.
Menggabungkan semua karakteristik yang disebutkan di atas menghasilkan semacam monstrositas alias keganjilan hibrida chimera yang tidak memiliki dasar dalam zoologi.
DAN MELEGENDA MENJADI MESTERI
Meskipun ada berbagai teori yang mencoba mengungkap misteri sosok Beast of Gévaudan ini, tapi kita harus mengakui bahwa kebenaran tidak akan pernah diketahui sepenuhnya. Tanpa adanya bukti genetik atau forensik, monster Gévaudan ini akan tetap menjadi misteri.
Smith sendiri mengatakan pendapatnya: “Penjelasan terbaik dan paling mungkin adalah wilayah Gévaudan memiliki serangan serigala yang serius kala itu,” kata Smith. Dengan kata lain monster Gévaudan itu sebenarnya hanyalah serigala besar yang menyerang khususnya wilayah yang terisolasi.
Apa yang membuat serangan di Gévaudan begitu melegenda, bahkan dikenang hingga hari ini, mungkin karena teror dan korban jiwa yang jauh lebih tinggi dari wilayah yang lainnya di Eropa. Selain itu juga bisa jadi berita telah mengambil peranan di sini.
Kemampuan pers saat itu mampu mengubahnya menjadi cerita nasional yang sangat memukau. Kita semua senang dengan cerita yang menghebohkan, bahkan jika itu ditambahi di sana-sini. Jadi setelah 250 tahun berlalu sejak Beast of Gévaudan terakhir kali mengintai hutan dan ladang di Prancis selatan, warisan kisahnya benar-benar tak terlupakan layaknya dongeng Grimm yang memukau.