SENGKALAN TAHUN
(Tahun kelahiran di tandai dengan candra Sengkala)
Sengkalan adalah kalimat atau susunan kata-kata yang mempunyai watak bilangan untuk menyatakan suatu angka tahun. Ada pendapat yang menyatakan bahwa jika angka tahun itu dinyatakan dalam tahun bulan (rembulan/ lunar/ qomariah/ candra) maka sengkalan itu disebut Candra Sengkala, sedangkan jika dinyatakan dalam tahun matahari ( sonar/ syamsyiah/ surya ) maka sengkalan itu disebut Surya Sengkala.
Namun demikian sebenarnya ada pendapat lain yang menyatakan bahwa dalam arti luas Candra Sengkala sudah mencakup pengertian Surya sengkala (tahun matahari) dan Candra sengkala (tahun rembulan),
Ciptawidyaka / Rono Hadinegara
dengan alasan bahwa Candra sengkala bersal dari kata candra yang berarti praceka (pernyataan) dan sangkala (angka tahun), sehingga candrasengkala berarti pernyataan yang mengandung makna angka tahun.
Oleh karena itu, untuk menampung kedua pendapat yang kedua-duanya memiliki alasan yang kuat, di dalam tulisan ini digunakan istilah sengkalan.
Sengkalan itu sebagian besar ditemukan di dalam tulisan-tulisan karya sastra Jawa, benda-benda bersejarah, bangunan, karya seni, dan lambang/simbul suatu kota, lembaga atau organisasi sebagai tanda atau sandi peringatan kala atau waktu tahun kejadian peristiwa penting yang terkait. Sengkalan juga digunakan di dalam surat-surat pada jaman dahulu untuk menyatakan kala atau waktu tahun penulisannya.
Walaupun sempat menghilang, akhir-akhir ini malah banyak orang yang membuat sengkalan di dalam menyatakan tahun.
Contoh sengkalan :
1. Kaya Wulan Putri Iku, menyatakan tahun 1313 tertera pada makam Putri Campa Darawati di Trowulan.
2. Rupa Sirna Retuning Bumi menyatakan tahun 1601 sebagai peringatan peristiwa penangkapan serta gugurnya Trunojoyo.
3. Surud Sinare Magiri Tunggil menyatakan tahun 1750 sebagai peringatan peristiwa Mangkatnya Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana V.
4. Tata Guna Swareng Nata menyatakan tahun 1735 tertulis di dalam Serat Wulang Reh, sekar Girisa pupuh 25 gatra 4, yang menunjukkan tahun selesainya penyusunan Serat Wulang Reh oleh Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IV.
5. Lawang Trus unaning Janma tahun 1399 (tahun saka) sebagai peringatan pembangunan Masjid Demak.
6. Anggatra Pirantining Kusuma Nagara menyatakan tahun 1959 Masehi, sebagai peringatan peresmian Museum Perjuangan Yogyakarta.
7. Sangsaya Luhur Salira Sang Aji menyatakan tahun 1805, merupakan ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV kepada Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono IX.
8. Muji Dadya Angesti Sang Prabu menyatakan tahun 1847 yang merupakan tahun penulisan surat balasan Kanjeng Pangeran Harya Kusumayuda kepada Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono X.
Sengkalan ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 700 (saka), yaitu pada saat penduduk tanah Jawa ini sudah mulai memiliki peradaban dan kemampuan fikir, serta kemampuan atau minat terhadap bahasa sanskerta yang tinggi. Hal ini terlihat dari kata-kata di dalam sengkalan ini berasal dari bahasa sankserta, walaupun seiring perkembangan jaman kata-kata yang digunakan di dalam sengkalan ini sudah bercampur dengan bahasa Jawa Baru.
SUSUNAN KATA SENGKALAN
Susunan kata di dalam sengkalan menunjukkan susunan angka bilangan tahun secara berturut-turut dari kiri ke kanan dengan susunan sebagai berikut :
1. Kata pertama menunjukkan angka satuan dari tahun
2. Kata kedua menunjukkan angka puluhan dari tahun
3. Kata ketiga menunjukkan angka ratusan dari tahun
4. Kata keempat menunjukkan angka ribuan dari tahun
Kata Yang Memiliki Watak 1 (Satu).
Tunggal : Berkumpul, Satu
Gusti : Raja, Ratu, Allah
Sujanma : orang baik, manusia terpelajar
Semedi : bertapa, berkhalwat
Badan : raga
Nabi : nabiyullah, pusar
Rupa : jenis
Maha : lebih, sangat,sengaja
Budha : sang Budha Gautama, Budi
Niyata : nyata, benar-benar
Luwih : lebih, luar biasa
Pamase : raja
Wong : orang, manusia
Buweng : bulatan, lingkaran
Rat : dunia, alam semesta
Lek : hari pertama, bulan
Iku : itu, ekor
Surya : matahari
Candra : bulan
Kartika : bintang
Urip : hidup
Ron : daun
Eka : Satu
Prabu : raja, bertanggungjawab, pantas
Kenya : gadis
Nekung : bertapa
Raja : raja
Putra : anak
Sasa : bintang, cepat
Dhara : bintang, gadis, perut.
Peksi : burung
Dara : merpati, perut
Tyas : hati, perasaan
Wungkul : utuh, lengkap
Sudira : berani
Wani : mau, berani
Hyang : dewa, Allah, Tuhan
Budi : pikiran, pemikiran
Jagat : alam semesta, dunia, bumi
Nata : raja.
Kata Yang Memiliki Watak 2 (Dua).
Asta : tangan, memegang
Kalih, ro : dua
Nembah : menyembah
Ngabekti : berbakti
Netra : mata
Kembar : sama sepasang, rangkap
Myat, : melihat
Mandeng : memandang, menatap, mulat
Nayana : air muka, mata
Swiwi : sayap
Lar : bulu, sayap
Sikara : pengacauan, tangan, campur tangan.
Dresthi : alis, khianat, ingkar janji
Dwi : dua
Kanthi : dengan, rangkai, teman
Buja : makanan
Bujana : hidangan, suguhan.
Gandheng : rangkai, sambung
Paksa : harus
Apasang : memasang, sepasang
Sungu : tandhuk
Athi-athi : bulu/rambut pada pelipis
Talingan : telinga
Kata Yang Memiliki Watak 3 (Tiga).
Bahni : api
Ujwala : sinar, nyala, cahaya
Kaeksi : tampak, kelihatan,terlihat
Katon : tampak, kelihatan,terlihat
Murub : berkobar
Dahana : api
Payudan : peperangan
Katingalan : tampak, kelihatan
Kaya : seperti, penghasilan
Benter : panas
Nala : hati, api
Uninga : mengetahui, obor
Kawruh : pengetahuan
Lir : seperti
Wrin : mengetahui
Weda : pegangan pokok, ajaran,ilmu
Naut : menyahut, menjawab
Nauti : cacing, menjawab, mengulangi
Teken : tongkat
Siking : upet ( pematik ), tongkat
Pawaka : api
Kukus : asap, uap
Api : api
Apyu : api
Brama : api
Rana : perang, tirai, penyekat, perempuan
Rananggana : peperangan, medan perang
Utawaka : api
Uta : lintah
Ujel : belut
Kobar : terbakar, menyala
Agni : api
Wignya : dapat, pandai
Guna : luar biasa, dapat, manfaat, tipu.
Tri : tiga
Jatha : rambut lengket, taring, wadah.
Kata Yang Memiliki Watak 4 (Empat).
Catur : bicara, pembicaraan, empat
Warna : gubahan puisi, syair, air, bangsa,
Wahana : kendaraan, uraian, arti, makna
Pat : empat
Warih : air
Waudadi : laut
Dadya : menjadi, jadi, jadilah
Keblat : kiblat, penjuru mata angin.
Papat : empat
Toya : air
Suci : bersih, suci, jernih
Udaka : air
We : air
Woh : buah, hujan
Nadi : sungai, laut
Jaladri : laut
Sindu : air
Yoga : anak, sebaiknya, jaman
Gawe : buat, membuat, perbuatan.
Tlaga : danau, telaga
Her : air
Wening : jernih
Udan : hujan
Bun : embun, kabut tipis
Tirta : air
Marta : jernih, dingin
Karya : membuat, perbuatan, buatan
Sumber : sumur, mata air, asal sesuatu
Sumur : sumur, perigi
Masuh : membasuh
Marna : berkata, menggubah puisi
Karti : membuat, perbuatan, buatan
Karta : makmur, sejahtera, kecukupan.
Jalanidhi : laut
Samodra : samudera
Udaya : laut
Tasik : bedak, laut
Tawa : tawar, tawar terhadap bisa, menawarkan
Segara : laut
Wedang : air yang telah mendidih.
Kata Yang Memiliki Watak 5 (Lima).
Pandhawa : anak-anak Pandudewanata
Lima : lima
Wisikan : bisikan, sebutan, terbaring
Gati : aturan, keperluan, perbuatan, ulah
Indri : angin yang bertiup lembut. Indriya : hati, perasaan, pancaindera. Warastra : barang tajam, panah Wrayang : panah
Astra : senjata, panah.
Lungid : tajam, runcing
Sara : senjata, panah
Sare : tidur
Guling : tidur, berguling
Raseksa : raksasa
Diyu : diyu
Buta : raksasa
Galak : galak, ganas
Wil : anak raksasa
Yaksa : raksasa
Yaksi : raksasa betina
Saya : makin, tipuan, alat, perkakas
Bana : hutan, panah
Jemparing : panah
Cakra : panah bermata roda, renung
Hru : panah
Tata : atur, angin, cara
Nata : mengatur, memuat
Bayu : urat, otot, angin.
Bajra : senjata, angin
Samirana : angin
Pawaka : angin
Maruta : angin
Angin : angin
Panca : lima
Marga : jalan
Margana : panah, Arjuna.
Kata Yang Memiliki Watak 6 (Enam).
Rasa : rasa, perasaan
Nenem : enam
Rinaras : mapantas-pantaskan, dirasakan, diselaraskan
Artati : manis, syair lagu Dandanggula.
Lona : pedhas
Tikta : pahit
Madura : manis
Sarkara : gula, manis.
Amla : masam
Kayasa : rasa sepet
Karaseng : terasa oleh (terasa pada)
Hoyag : bergerak, gerak, goyang
Obah : bergerak
Nem : enam
Kayu : kayu, batang pohon.
Wreksa : kayu, batang kayu, pohon.
Glinggang : tebangan pohon
Prabatang : kayu rebah, pohon tumbang
Oyig : bergerak, bergoyang
Sad : enam
Anggas : belalang, tebangan pohon
Anggang-anggang: serangga mengapung di atas air.
Mangsa : waktu, makan (untuk binatang buas).
Naya : air muka, musim keenam.
Retu : pahit, huru-hara, kekacauan
Wayang : wayang, bergerak, gerak
Winayang : digerakkan
Anggana : sendiri, lebah
Ilat : lidah
Kilatan : kilat
Lidhah : lidah, kilat
Lindhu : gempa
Carem : puas, senggama
Manis : manis, bagus, baik, perempuan
Tahen : kayu, menahan, menderita
Osik : bergerak, tergerak hatinya
Karengnya : terdengar, didengarkan.
Kata Yang Memiliki Watak 7 (Tujuh).
Sapta : tujuh
Prawata : gunung
Acala : gunung
Giri : gunung, luar biasa, sangat
Ardi : gunung
Gora : lebah, gunung
Prabata : gunung
Himawan : gunung
Pandhita : pendeta, pertapa
Pitu : tujuh
Kaswareng : terkenal, tersebut
Resi : pendeta, orang suci
Sogata : hidangan, guru, pendeta
Wiku : pendeta
Yogi : sebaiknya, baik, pendeta.
Swara : suara, bunyi
Dwija : guru, pendeta
Suyati : pendeta sakti, pendeta pandai.
Wulang : nasihat, petunjuk, pelajaran
Weling : pesan
Wasita : nasihat, petunjuk, pelajaran
Tunggang : naik, menaiki, menunggang
Turangga : kuda
Gung : besar
Swa : kuda
Aswa : kuda
Titihan : kuda, kendaraan, tunggangan
Kuda : kuda
Ajar : pendeta, pelajaran, ajaran
Arga : gunung, harga
Sabda : berbicara, suara, bersabda
Nabda : berbicara, bersuara, bertitah
Angsa : angsa, keturunan, terlanjur
Muni : berbunyi, berbicara, pendeta
Suka : Gembira, memberi
Biksu : sapi, pendeta
Biksuka : sapi, pendeta
Kata Yang Memiliki Watak 8 (Delapan).
Astha : delapan
Basu : kokek, ular, delapan dewa
Anggusti : membicarakan, merundingkan
Basuki : selamat, raja ular
Slira : tubuh
Murti : sangat
Bujangga : pujangga, ular besar
Manggala : pemuka, pemimpin, pembesar, gajah.
Taksaka : ular besar, naga
Menyawak : biawak
Tekek : tokek
Dwipa : gajah
Dwipangga : gajah
Bajul : buaya
Gajah : gajah
Liman : gajah
Dwirada : gajah
Dirada : gajah
Esthi : gajah, pemikiran, kehendak, perasaan
Estha : kehendak
Matengga : menunggu, menantikan, gajah
Brahma : api, brahmana
Brahmana : brahmana
Wewolu : delapan, sebanyak delapan
Baya : halangan, buaya, barangkali, janji
Bebaya : halangan, bahaya
Kunjara : penjara, gajah
Tanu : bunglon
Sarpa : ular
Samaja : gajah
Madya : tengah, sedang, cukup, pinggang
Mangesti : berniat, memikirkan, merenungkan
Panagan : sarang naga, hitungan jalan naga
Ula : ular
Naga : ular besar.
Kata yang Memiliki Watak 9 (Sembilan).
Bolong : berlubang, tembus
Nawa : sembilan, menawar
Dwara : pintu, gerbang
Pintu : pintu
Kori : pintu
Bedah : terbelah
Lawang : pintu
Wiwara : liang, pintu
Gapura : gerbang
Rong : berlubang, liang sarang binatang, rongga
Song : lubang, liang sarang binatang
Wilasita : liang, liang kumbang
Angleng : jelas pada pendengaran, masuk liang.
Trustha : gembira, puas, berlubang tembus
Trusthi : berlubang tembus
Trus : terpenuhi, bocor, langsung tembus
Butul : berlubang, tembus
Dewa : dewa
Sanga : sembilan
Wadana : muka, wajah
Jawata : dewa-dewa
Manjing : masuk
Arum : harum, cantik, perempuan
Ganda : bau
Kusuma : bunga, perempuan, terhormat
Muka : wajah, depan
Rudra : galak, marah
Masuk : memasuki
Rago : gua, halangan
Angrong : masuk ke dalam liang
Guwa : gua
Menga : terbuka
Babahan : lubang, galian jalan pencuri
Leng : liang
Ambuka : membuka, menyingkap
Gatra : macam, warna, gambar, tiruan
Anggangsir : membuat lubang untuk mencuri.
Nanda : bicara, bersuara, musim kesembilan
Wangi : harum
Kata Yang Memiliki Watak 0 ( Nol )
Byoma : langit
Musna : hilang, lenyap
Nis : hilang, pergi
Mletik : terpercik, meloncat, melesat
Langit : langit
Sirna : hilang, habis
Ilang : hilang
Kombul : terangkat, terapung, terkenal
Awang-awang : angkasa
Mesat : pergi, menghindar, melesat
Muluk : melambung, terangkat, naik
Gegana : angkasa, langit
Ngles : menghindar, pergi menjauh
Tumenga : menengadah, melihat ke atas
Nenga : menengadah, melihat ke atas
Luhur : tinggi, di atas, agung, mulia
Suwung : kosong
Sonya : sepi, pertapaan
Muksa : moksa, hilang, menghilang
Doh : jauh
Tebih : jauh
Swarga : surga, kahyangan
Tanpa : tanpa
Barakan : ternak curian, berkata, sebaya
Tan : tidak
Rusak : rusak
Brastha : rusak, lenyap, lebur, hancur
Swuh : rusak, lenyap, lebur, hancur, sepi
Walang : belalang, khawatir
Kos : angkasa, bersinar
Pejah : mati
Akasa : langit, angkasa
Tawang : langit, angkasa
Wiyat : langit, angkasa
Oncat : pergi, naik, menghindar, lari
Windu : basi, sangat, hitungan delapan tahu
Widik-widik : langit, angkasa, segan-segan
Nir : hilang, rusak, habis, tiada
Wuk : rusak, busuk, tak jadi, urung
Sat : kering, kering air
Surud : berkurang, tinggal, meninggal
Sempal : terbabat, patah.