SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA
(Sak apik-apike manungso)
Ing ngendi bae, marang sapa bae, tetep sumunar pindha baskara.
Artinya, di mana saja, kapan saja tetap bermanfaat bagi orang lain seperti sinar matahari.
Kamu baik aku akan baik, Kamu tak baik aku akan tetap baik. Itulah yang di ajarkan semesta. Orang yang berbudi pekerti luhur dengan sendirinya akan bijak dalam hidup (mbabar jati diri).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm. 84).
Hadist di atas menunjukan bahwa Rasullullah menganjurkan umat Islam selalu berbuat baik terhadap orang lain dan mahluk yang lain. Hal ini menjadi indikator bagaimana menjadi mukmin yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya.
Setiap perbuatan maka akan kembali kepada orang yang berbuat. Seperti kita memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga sebaliknya. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman :
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7).
Tentu saja manfaat dalam hadits ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa berupa :
1. Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia (pengetahuan dan teknologi).
Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama maupun ilmu umum (pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, dll). Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama kemudian diajarkannya kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang tersebut dengan datangnya hidayah kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan yang sangat besar, lebih besar dari unta merah yang menjadi simbol kekayaan orang Arab.
Ilmu umum yang diajarkan kepada orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya, lalu nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak bisa bekerja, menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi pahala jariyah baginya.
“Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu
yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).
2. Materi (Harta/Kekayaan).
Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian kepada orang yang paling membutuhkan.
3. Tenaga/Keahlian.
Bentuk kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan jalan kampung, kita bisa memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong-royong. Ketika ada pembangunan masjid kita bisa membantu dengan tenaga kita juga. Saat ada tetangga yang kesulitan dengan masalah kelistrikan sementara kita memiliki keahlian dalam hal itu, kita juga bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan keahlian kita.
Begitu pula misalnya, kalau kita menjumpai seorang tua di jalan yg sedang membawa barang yg berat, kita bisa membantunya. Membantu menyeberangkan orang tua atau anak2 juga, contohnya.
4. Sikap yang baik.
Sikap yang baik kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak langsung.
Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai shadaqah karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif serta menyenangkan. Karena senyum dapat membangkitkan aura positif dan menciptakan semangat bagi orang lain.
Semakin banyak seseorang memberikan ke-4 (keempat) hal di atas kepada orang lain, maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin tinggi kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi posisinya sebagai manusia menuju manusia terbaik. Dengan begitu, peluang untuk masuk ke surga kelak setelah meninggal dunia, semakin besar.
HEBATNYA ORANG BAIK
KENAPA ORANG BAIK SERING TERSAKITI ?
Karena orang baik selalu mendahulukan orang lain.Dalam semesta kebahagiaannya,ia tidak menyediakan untuk dirinya sendiri,kecuali hanya sedikit.
KENAPA ORANG BAIK SERING TERTIPU ?
Karena orang baik selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya.Ia tidak menyisakan sedikitpun prasangka bahwa orang yg ia pandang penyayang mampu mengkhianatinya.
KENAPA ORANG BAIK SERING DI HINA ?
Karena orang baik tak pernah diberi kesempatan membela dirinya.Ia hanya harus menerima,meski bukan ia yg memulai perkara.
KENAPA ORANG BAIK SERING MENETESKAN AIR MATA ?
Karena orang baik tidak ingin membagi kesedihan.Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya,Dan percaya bahwa suatu masa Allah akan mengganti kesedihannya dg kebahagiaan.
TAPI, KENAPA ORANG BAIK TAK PERNAH MEMBENCI YANG MELUKAINYA ?
Karena orang baik selalu memandang bahwa di atas semua, Allah-lah hakikatnya.Jika Allah yang mengarahkan gerak gerik hidupnya,bagaiman ia akan mendebat kehendak-Nya.Itulah sebabnya orang orang baik tidak memiliki dendam dalam kehidupannya.
Semoga Allah terus memudahkan & menguatkan kita semua dan anak keturunan kita,menjadi orang orang yg baik. Yang terus tekun belajar berbagi kebaikan dan mencoba menyinari semesta disekitar walaupun baru mampu dg cahaya yg kecil sekalipun.