TENTANG KEMENYAN & DUPA
(NGEBONG MENYAN/DUPO KOK ORA OLEH, SING ORAH OLEH KUWI NGEBONG NDHASMU)
Kemenyan adalah getah pohon yang termasuk dalam species Stryraz. Nama lain untuk kemenyan adalah benzoin. Di Indonesia, kemenyan kerap digunakan sebagai dupa atau campuran rokok kemenyan. Di samping itu, kemenyan juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum, obat-obatan, kosmetik, serta farmasi.
Kemenyan adalah getah (eksudat) kering, yang dibuat dengan menoreh batang pohon kemenyan (Styrax spp., suku Styracaceae; terutama S. benzoin Dryand. dan S. paralelloneurus Perkins). Resin yang kering berupa keping-keping putih atau keputihan, yang terbenam dalam massa coklat bening keabuan atau kemerahan, keras namun rapuh, dan berbau harum enak. Kemenyan ini dalam perdagangan internasional dikenal bagi kemenyan sumatra; yang lainnya adalah kemenyan siam, yang semakin harum dan dibuat oleh S. tonkinensis dari Siam dan Tonkin.
PEMAPARAN TENTANG KEMENYAN
Kemenyan, sering juga disebut Olibanum, adalah aroma wewangian berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan diperoleh dari pohon jenis Boswellia dalam keluarga tumbuh-tumbuhan Burseraceae, Boswellia sacra (Sinonim B. carteri, B. thurifera, B. bhaw-dajiana), B. frereana dan B. serrata (kemenyan India).
Kemenyan ini juga termasuk dalam ordo Ebenales, familia Styracaceae dan genus Styrax. Selain itu terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu Kemenyan Sumatra (Styrax benzoin), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus), Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.Sm) dan Kemenyan Siam (Styrax tokinensis)
Tetapi jenis kemenyan yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatra Utara adalah jenis kemenyan toba dan kemenyan durame. Styrax sumatrana J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal dengan nama daerah Haminjon atau kemenyan toba. Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan Styrax Paralleloneurum.
Ada empat spesies utama Boswellia yang menghasilkan kemenyan asli dan getahnya (Resin), masing-masing empat spesies tersedia dalam berbagai kelas. Kualitas tergantung pada waktu panen dan juga keterampilan tangan pengolahnya.
Pohon kemenyan memiliki ukuran sedang sampai besar dengan diameter antara 20–30 cm dengan tinggi mencapai 20 hingga 30 meter. Mempunyai batang yang lurus dengan percabangan yang sedikit dan kulit batang berwarna kemerahan. Kemenyan berdaun tunggal yang tersusun spiral dan berbentuk oval, bulat memanjang dengan ujung daun meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat dan lonjong dengan ukuran yang agak kecil. Biji berwarna cokelat terbungkus dalam daging buah yang tebal dan keras). Tempat bertumbuhnya tanaman kemenyan ini bervariasi yaitu mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 60 hingga 2100 meter di atas permukaan laut. Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah. Dapat tumbuh pada tanah Podsolik, Andosol, Latosol, Regosol, dan berbagai asosiasi lainnya mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Jenis tanaman ini tumbuh pada tanah yang mempunyai Porositas tinggi sehingga mudah meresapkan air.
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa populasi pohon kemenyan telah menurun, sebagian karena eksploitasi yang berlebihan. Contohnya Penyadapan sangat tinggi pada Pohon kemenyan akan menghasilkan biji yang dapat tumbuh hanya 16% sedangkan biji pohon yang belum disadap mempunyai persentase berkecambah lebih dari 80%. Selain itu, pembakaran, penggembalaan, dan serangan oleh kumbang Longhorn telah mengurangi populasi pohon. Perubahan (Pembukaan Hutan) dari hutan kemenyan untuk pertanian dapat juga merupakan ancaman besar.
Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 M dengan diameter 60–100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3–7 mm), kulit berwarna merah anggur, kulit luar halus sampai retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus, Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan, kayu gubalnya berwarna putih.
DAUN KEMENYAN
Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang (elips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing.Panjang daun dapat mencapai 4–15 cm, lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5–13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis kemenyan Toba lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame.
BUNGA KEMENYAN
Bunga kemenyan berkelamin dua di mana bunganya bertangkai panjang antara 6–11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm.Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga dimulai pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Bunga majemuk, berbentuk tandan atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm.
BUAH DAN BIJI KEMENYAN
Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5–3 cm. Biji kemenyan berukuran 15–19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tidak rusak walaupun sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan Toba berwarna coklat tua dan lebih gelap dibandingkan jenis Durame maupun Bulu. Bentuk buah dan biji dapat digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya).Tanaman kemenyan diperbanyak dengan biji. Musim berbunga dan berbuah jenis Styrax Benzoin pada bulan Desember – Januari. Buah yang masak disukai oleh tupai, rusa dan babi hutan. Biji kemenyan berjumlah 366 butir/Kg atau 245 butir/Liter. Daya kecambah biji relatif kecil, yakni ± 35%. Kulit biji keras yang menghambat perkecambahan oleh karena itu perlakuan yang biasa diberikan waktu mengecambahkan biji adalah menyiram dengan air panas dan merendam sebelum disemaikan.
ASAL USUL KEMENYAN
Kemenyan telah diperdagangkan di Semenanjung Arab dan Afrika Utara selama lebih dari 5.000 tahun. Sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM.
Barus yang sejak abad abad dini (sejak kira-kira abad 5) sudah disinggahi oleh perahu-perahu layar antar benua sebagai pelabuhan pengekspor kemenyan dan Kamper (Kapur barus). Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Di berbagai daerah penyebutannya berbeda yaitu Kemenjen dalam bahasa Pakpak Dairi, Keminjen dalam bahasa Karo dan Menyan dalam bahasa Jawa. Menurut catatan sejarah, salah satu pusat perdagangan Kemenyan di wilayah ini pada masa lampau adalah pantai Barus (Fansyur), sebuah pelabuhan penting ketika itu di pantai Barat pulau Sumatra. Secara sporadis dalam beberapa buku yang ditulis oleh Heyne disebutkan bahwa pelaut-pelaut Timur Tengah melihat dan mengatakan tanaman Kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 900 - 1200 meter di atas permukaan laut, sementara Pinyopusarerk menyebut Kemenyan Laos tumbuh baik pada 800 - 1600 meter dpl. Cina dan India sejak abad pertama telah membawa Kapur Barus dan Kemenyan dari Tapanuli. Kegunaannya adalah untuk bahan pengawet Mummi para raja di Romawi dan Fira'un di Mesir. Disebutkan pada masa itu hingga beberapa abad kemudian, Kemenyan dan Kapur Barus asal Tapanuli ini tergolong barang mahal yang nilainya lebih tinggi daripada emas.
Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada suatu hari seorang gadis miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki kaya melarikan diri ke dalam hutan untuk menghindar. Ketika menengadahkan tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar petir dan menjadi sebuah pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis tersebut, katanya diperuntukkan bagi orang miskin. Sebelum ke kebun juga biasanya petani mempersiapkan nditak, yaitu beras yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa. Mereka berdoa sebelum memakannya supaya pohon kemenyan dapat menghasilkan banyak getah. Jenis upacaranya adalah mekotas (makan bersama) dan meminta izin penguasa kebun / hutan yaitu persintabien. Kemenyan juga dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena pohon-pohon kemenyan tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk terhadap orang tua, isterinya atau jika, sewaktu dikebun mereka bicara kasar, berbohong, menipu atau mencuri. Ada juga para perkemenjen yang masih melakukan tradisi lain yaitu, menyanyikan odong-odong merkemenjen yaitu nyanyian para pencari getah kemenyan.
Kemenyan adalah salah satu ukupan yang disucikan (HaKetoret) dijelaskan dalam Alkitab Ibrani dan Talmud digunakan dalam upacara Ketoret. Kemenyan bagi orang Yahudi, serta orang-orang Yunani dan Romawi, juga disebut Olibanum (dari Arab Al-Lubbān). Referensi lihat Dalam Alkitab. Kemenyan diberikan pada dupa altar khusus di saat Kemah Suci terletak di kuil Pertama dan Kedua di Yerusalem. Ketoret adalah komponen penting dari layanan Bait Allah di Yerusalem. Hal ini disebutkan dalam buku Alkitab Ibrani Keluaran 30:34, di mana ia bernama Levonah (Lebona dalam Alkitab bahasa Ibrani), yang berarti putih dalam bahasa Ibrani. ada jenis kemenyan khusus yang murni yaitu lebhonah zakkah, disajikan dengan roti sajian. Membakar dupa diterima sebagai praktik dalam gereja Katolik Roma kemudian sementara gereja awal selama zaman Romawi melarang penggunaan dupa sehingga jasa di bidang perdagangan dupa mengakibatkan penurunan sangat cepat.
Kemenyan diperkenalkan kembali ke Eropa oleh Tentara Salib yang dinamakan Frankish, meskipun nama Frankish mengacu pada kualitas, tetapi bukan dengan para Frank itu sendiri. Meskipun lebih dikenal sebagai kemenyan bagi orang Barat, getah ini juga dikenal sebagai olibanum, dalam bahasa Arab al-Luban (kira-kira diterjemahkan: yang dihasilkan dari pemerahan),acuannya adalah getah susu yang disadap dari pohon Boswellia. Beberapa orang juga mendalilkan bahwa nama ini berasal dari istilah bahasa Arab yaitu Minyak Lebanon. Kota yang hilang dari kota Ubar, kadang-kadang dikenali dengan Irem di tempat yang sekarang kota Shisr di Oman berada, diyakini telah menjadi pusat perdagangan kemenyan karena kurang lebih baru-baru ini ditemukan kembali Jalan Kemenyan. Ubar ditemukan kembali pada awal 1990-an dan sekarang di bawah penggalian arkeologi.
MENURUT SEJARAWAN YUNANI bernama Herodotus yang akrab dengan kemenyan dan mengetahui bahwa kemenyan dipanen dari pohonnya di Arab Saudi bagian selatan. Dia juga melaporkan bahwa getah berbahaya untuk di panen karena ular berbisa juga hidup di pohon-pohon tersebut. Dia juga menjelaskan metode yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan membakar getah dari pohon kemenyan sehingga asap akan mengusir ular tersebut pergi. Getah ini juga disebutkan oleh Theophrastus dan Pliny the Elder dalam bukunya Naturalis Historia. Arab Saudi bagian Selatan adalah eksportir utama kemenyan pada zaman kuno, dengan beberapa hal yang diperdagangkan sampai ke Cina.Penulis dan adat orang Cina yang bernama Inspektur Zhao Rugua juga menulis tentang asal usul kemenyan, dan eksistensinya diperdagangkan ke China :
Ruxiang atau xunluxiang berasal dari tiga negara Dashi dari Murbat (Maloba), Shihr (Shihe), dan Dhofar (Nufa), dari kedalaman gunung terpencil. Pohon yang menghasilkan obat ini secara umum dapat dibandingkan dengan pohon Pinus. Batangnya yang berlekuk seperti kapak, di mana getahnya mengalir keluar, dan ketika mengeras berubah menjadi kemanyan yang dikumpulkan dan dibuat menjadi gumpalan. Kemenyan ini diangkut oleh gajah ke Dashi (melalui pantai), yang kemudian dimuat di atas kapal mereka dan menukarnya dengan komoditas lainnya di Sanfoqi. ini adalah alasan mengapa umumnya dikumpulkan dan dikenal sebagai produk Sanfoqi.
PEMBIBITAN
Dalam pembibitan, benih kemenyan yang dipilih dikumpulkan dari pohon induk yang diseleksi dan telah diketahui kualitasnya. Pohon induk yang dipilih adalah pohon yang memiliki getah kemenyan yang banyak dan baik, bebas hama dan penyakit, berbatang lurus dan silindris, tajuk harus normal dan bagus, cabangnya harus sedikit dan memiliki tinggi yang optimal. Buah yang dipilih sebagai sumber benih adalah buah yang sudah masak dengan warna coklat tua. Sebaiknya buah yang dipilih adalah buah yang sudah jatuh dengan kondisi tentunya masih baik dan tidak diserang serangga misalnya ulat sehingga menjadi rusak. Pengadaan bibit dapat dilakukan melalui persemaian, pencabutan dan anakan alam, stump, stek serta kultur jaringan. Persemaian merupakan cara yang mudah dan umum dilakukan yaitu dengan menabur benih / biji yang sudah dibersihkan di bedeng tabur. Jika sudah tumbuh dapat dipindahkan ke dalam polybag sebelum ditanam. Bibit yang diperoleh dari anakan, biasanya didapatkan dari buah yang jatuh di sekitar pohon induk yang kemudian tumbuh secara alami. Anakan ini dapat menjadi sumber bibit dengan memilih tanaman yang tumbuh sehat dan normal. Sedangkan pembibitan dengan stump, stek dan kultur jaringan belum umum dilakukan oleh masyarakat. Saat ini sistem itu (stump, stek dan kultur jaringan) masih dalam penelitian untuk dikembangkan.
Penanaman dan Pemeliharaan
Melakukan penanaman, hal yang harus diperhatikan adalah tanaman kemenyan harus ditanam menggunakan naungan, karena tanaman kemenyan mempunyai sifat toleran yaitu tumbuh di bawah tegakan pohon. Penanaman dilakukan pada musim hujan dengan sistem campuran dengan tanaman lain seperti Pinus, Durian atau Kaliandra. Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan persiapan lapangan seperti pembersihan jalur tanam dan membuat lubang tanam dengan jarak tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan kemiringan lokasi tumbuh. Setelah dilakukan penanaman perlu dilakukan upaya pemeliharaan yang biasa dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal adalah penyiangan, pendangiran, penyulaman, pemupukan, penjarangan dan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Pemeliharaan ini dilakukan pada tahun pertama, kedua dan ketiga. Penjarangan perlu dilakukan khususnya untuk tanaman pelindung dengan tujuan memberi ruang tumbuh kepada tanaman kemenyan karena pada saat tanaman kemenyan sudah tumbuh membesar tanaman ini membutuhkan banyak sinar matahari.
PENGOLAHAN KOMODITI KEMENYAN
Kemenyan diolah dengan cara disadap atau dipotong kulitnya secara tidak rata tetapi kuat dari pohonnya, cara ini memungkinkan getahnya keluar dan mengeras. Getahnya ini jika sudah mengeras akan berbentuk seperti air mata. Pembudidayaan tanaman kemenyan tidaklah sulit. Ada beberapa spesies dan varietas pohon kemenyan, masing-masing memproduksi jenis dari getahnya sedikit berbeda. Perbedaan tanah dan iklim menciptakan getahnya beraneka ragam dari sedikit, banyak dan bahkan lebihwalaupun dalam spesies yang sama. Pohon Boswellia sacra dianggap biasa karena kemampuan mereka untuk tumbuh dalam lingkungan yang sangat mustahil sekalipun bahkan kadang-kadang tumbuh dari batuan padat. Awal tumbuhnya kemenyan ini pada batu tidak diketahui, tetapi kemungkinan dilakukan dengan pembengkakan akar dan menonjol dari batang pohon tersebut. Pertumbuhan ini mencegah tercabiknya dari batu selama musim badai. Keistimewaan pohon ini ialah sangat sedikit atau tidak ada sama sekali yang dapat ditanam di tanah yang berbatu atau kerikil. Pohon kemenyan ini mulai memproduksi getahnya ketika mereka berusia sekitar 8-10 tahun. Penyadapan getahnya dilakukan dua sampai tiga kali setahun dengan penyadapan akhir dapat menghasilkan "getah air mata" terbaik karena terpene aromatik yang lebih bagus kualitasnya, Sesquiterpen dan kadar dari Diterpen. Secara umum, getah yang lebih pekat adalah kualitas terbaik.
DAERAH PENGHASIL KEMENYAN DI NUSANTARA
Getah terbaik diproduksi di Somalia, di mana Gereja Katolik Roma membeli sebagian sahamnya.
Sumatra Utara yaitu di 7 Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, dan Toba Samosir. Tanaman ini Menurut Thomson Silaban, staf bidang rehabilitasi hutan Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan, jika sebelum tahun 1980 kemenyan mampu menyumbang 60 persen ekonomi rumah tangga, kini turun menjadi sekitar 20 persen. Kemenyan (Stryrax sp) yang termasuk famili Styracaceae dari ordo Ebeneles diusahakan oleh rakyat Sumatra Utara di tujuh kabupaten, terutama juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.
KWALITAS KEMENYAN NUSANTARA
Kualitas kemenyan diamati melalui penelitian kemenyan yang ada di pasaran. Kemenyan tersebut dikumpulkan dari pedagang besar (antara lain, di kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara). Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan secara visual dan analisis sifat fisiko-kimia kemenyan serta identifikasi asam balsamat. Tetapi dilihat dari penjual kemenyan mereka membagi tiga kualitasnya yaitu: Pertama, kemenyan super yang dijual dengan harga Rp 160.000-Rp 170.000 per kilogram (kg). Kedua, kemenyan kualitas di bawah super dengan harga Rp 130.000 per kg. Terakhir adalah abu kemenyan dengan harga Rp 50.000 per kg. Dalam Batak Toba juga ada 4 kualitas dengan pembagian sebagai berikut yaitu kualitas tingkat tinggi disebut Sidungkapi, kualitas tingkat menengah ada 2 yaitu Barbar dan Barbar kedua dan terkahir kualitas rendah yaitu disebut Tahir (Kikisan).
Diperkirakan harga komoditas kemenyan kwalitas export meningkatkan hingga lipat 100% bahkan lebih mengingat kelangkaan komoditas dan kwalitas kemenyan Nusantara super baik dan istimewa.
KEGUNAAN KEMENYAN
Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia terutama sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industri rokok, batik dan upacara ritual. Lebih dari itu tanaman kemenyan sebagai golongan styrax mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan obat-obatan. Tanaman kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi, sekat baker, penghara industri pulp, maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida.
Kemenyan digunakan dalam aroma parfum dan aroma terapi, selain itu juga merupakan bahan yang kadang-kadang digunakan dalam perawatan kulit. Minyak esensial ini diperoleh dengan destilasi (penyulingan) uap dari getah kering. Beberapa bau asap kemenyan adalah produk dari pirolisis. Kemenyan juga digunakan di banyak gereja Kristen termasuk Ortodoks Timur, Oriental Ortodoks dan Katolik. Kristen dan Islam memiliki kemenyan untuk digunakan dengan cara dicampur dengan minyak untuk mengurapi bayi baru lahir, inisiasi, dan anggota memasuki fase baru kehidupan spiritual mereka.
MENURUT ALKITAB
Di Alkitab Kristen kata kemenyan dipergunakan sebanyak 17 kali dalam Alkitab versi King James Version tercatat dengan kata kunci "Frankincense" sebanyak 17 kali sedangkan Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI ada sebanyak 23 kali disebabkan penambahan penerjemahan kata Incense sebanyak 6 kali, yaitu :
1. Perjanjian Lama sebanyak 15 kali (versi KJV):
2. Mengenai ukupan yang kudus: Keluaran 30:34,
3. Korban sajian: Imamat 2:1, Imamat 2:2, Imamat 2:15, Imamat 2:16,
4. Korban Penghapusan Dosa: Imamat 5:11,
5. Korban Bakaran: Imamat 6:15,
6. Roti Sajian: Imamat 24:7,
7. Hukum mengenai perkara cemburuan Bilangan 5:15,
8. Daftar Penduduk Yerusalem: 1 Tawarikh 9:29,
9. Kesetiaan Nehemia kepada hukum: Nehemia 13:5, Nehemia 13:9,
10. Impian mempelai perempuan: Kidung_Agung 3:6,
11. Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan : Kidung Agung 4:6, Kidung Agung 4:14.
13. Perjanjian Lama ada tambahan versi LAI sebanyak 6 kali:
13. Dosa Israel diampuni: Yesaya 43:23.
14. Kemuliaan Sion yang akan datang: Yesaya 60:6.
15. Keselamatan sesudah hukuman: Yesaya 66:3.
16. Malapetaka yang akan menimpa Yerusalem dan Yehuda: Yeremia 6:20.
17. Hari Sabat harus dikuduskan: Yeremia 17:26.
18. Masa Gedalya menjadi gubernur dan pembunuhannya: Yeremia 41:5.
19. Perjanjian Baru sebanyak 2 kali yaitu : Salah satu dari tiga jenis hadiah "orang-orang Majus dari Timur" yang diberikan kepada anak bayi Yesus pada Matius 2:11
20. Jatuhnya Babel: Wahyu 18:3.
21. Perjanjian Baru versi LAI ada tambahan 3 yaitu : Kitab yang dimeterai dan Anak Domba: Wahyu 5:8.
22. Meterai yang ketujuh: Wahyu 8:3, Wahyu 8:4.
MENURUT AL QUR'AN
Kemenyan pada zaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan di dalam berbagai hadits. Kemenyan termasuk benda mubah karena tidak ada dalil yg mengharamkan. Ketika dikatakan bahwa membakar kemenyan untuk memanggil jin hukumnya haram, maka yang haram bukan Kemenyan itu sendiri tetapi aktifitas syiriknya. Ingat hukan kemenyannya tapi aktivitas niat seseorang yang menggunakan kemenyan.
Kemenyan termasuk benda mubah karena tidak ada dalil yg mengharamkan sehingga termasuk keumumam ayat dalam Al-Baqoroh-29. Ketika dikatakan bahwa membakar kemenyan untuk memanggil jin hukumnya haram, maka yang haram bukan Kemenyan itu sendiri tetapi aktifitas syiriknya.
Rasulullah sendiri menyukai wewangian tanpa terikat jenis parfum tertentu. Ahmad meriwayatkan; dari Anas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dari hal duniawi, saya dibuat senang terhadap wanita dan wewangian, dan yang menyejukkan hatiku adalah Shalat”. (H.R. Ahmad)
Imam Muslim juga meriwayatkan; dari Nafi’ dia berkata; “Jika Ibnu Umar ingin menggunakan wewangian, ia memakai Al aluwwah (kayu wangi yang dibakar) tanpa campuran, terkadang juga memakai kapur yang dicampur dengan Al aluwwah. Lalu ia berkata, “Beginilah kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat memakai minyak wangi.” (H.R. Muslim)
Demikian pula penggunaan Kemenyan untuk bahan pengawet dan campuran obat batuk dalam farmasi, campuran bahan pengeras dan antibotika untuk mengobati dan menambal gigi, obat semacam anti racun, disinfektan dan anestasi lokal, mengobati pilek bronkhitis dan asma, bahan baku kosmetika, penguat bahan yang digunakan untuk pembuatan keramik, campuran pemanas ruangan, dan lain-lain. Semuanya mubah karena Kemenyan dalam hal ini termasuk keumuman Mubahnya benda di bumi yang dinyatakan Allah dalam firmanNya; Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu (Al-Baqoroh; 29)
Jadi, dalam persoalan membakar kemenyan, masalahnya bukan dari kemenyannya itu sendiri tetapi dari sisi penggunaannya. Kemenyan termasuk benda mubah karena tidak ada dalil yg mengharamkan sehingga termasuk keumumam ayat dalam Al-Baqoroh-29. Ketika dikatakan bahwa membakar kemenyan untuk memanggil jin hukumnya haram, maka yang haram bukan Kemenyan itu sendiri tetapi aktifitas syiriknya. Hal ini tak ubahnya seperti orang yang menyembelih sapi untuk dipersembahkan berhala. Sapinya halal, syiriknya haram.
Adapun riwayat yang menunjukkan sunnahnya membakar Kemenyan di rumah, misalnya riwayat berikut ini; “Dari Abdullah bin ja’far, bahwasanya Rasulullah bersabda; wangikan rumah kalian dengan kemenyan dan apsintus (H.R.Al-Baihaqi).
Sunan Kalijaga berkata, Kita ini hendak mengajak orang Jawa masuk Islam, hendaklah kita dapat mengadakan pendekatan pada mereka. Kita membakar kemenyan bukan untuk arwah orang mati, melainkan sekedar mengharumkan ruangan, karena orang Jawa itu kebanyakan hanya mengenal kemenyan, bukan wangi-wangian lainnya.
Menurut Habib Novel Alaydrus.
Kemenyan atau menyan merupakan bahan wewangian atau aroma terapi yang biasa digunakan oleh sebagian orang. Bahan wewangian atau aroma terapi ini apabila dibakar akan memiliki aroma yang bermacam-macam.
Seringkali orang bertanya-tanya bagaimana hukum membakar kemenyan, gaharu, dupa, buhur atau aroma terapi dalam Islam apabila dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Habib Novel Alaydrus, membakar menyan atau aroma terapi adalah sesuai dengan niatnya karena itu sebetulnya wewangian.
"Kalau niatnya dalam melaksanakan sunnah Nabi Muhammad SAW maka itu sesuatu yang sangat bagus.
Nabi Muhammad SAW mensunnahkan seorang muslim hendaknya dalam keadaan harum dan Islam mencintai keharuman serta kebersihan.
"Karena itu kalau Dia membakar menyan untuk mengharumkan ruangan dan mengharumkan dirinya sendiri maka itu sunnah.
Ketika berdoa di suatu majelis, Dia bakar menyan untuk mengharumkan ruangan sehingga orang lebih khusyuk dalam berdoa agar malaikat senang maka itu sunnah yang sangat dianjurkan.
Jangan dikatakan orang yang bakar menyan berbuat musyrik dan menyekutukan Allah SWT.
Karena di mana letaknya dan niatnya mengaggungkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Agar harum, wangi, lebih khusyuk dan hatipun merasakan kenyamanan.
FILOSOFI KEMENYAN BAGI KEPERCAYAAN BUDAYA DJAWA
Hong Awighnamastu Namo Sidham
Niat ingsun ngebong menyan
Kukuse dumugi angkasa
Kang anggada arum minangka tali rasaning ingsun manembah dumateng Gusti Kang Akarya Djagad
Talining rasa urubing cahya kumara kukuse ngambah swarga
Ingkang nampi Dzat Ingkang Maha Kuwaos.
Hamemayu Hayuning Budaya
Hamemayu Hayuning Bangsa
Hamemayu Hayuning Bawana
Rahayu Nir Ing Sambikala
Hampir sama dengan bunga, kemenyan juga merupakan simbol untuk menyampaikan sebuah pesan, sarana berdoa, dan memohon keselamatan. Kemudian, kemenyan yang dibakar dan mengeluarkan asap bermakna talining iman, urubing cahya kumara, kukuse ngambah swarga, ingkang nampi Dzat ingkang Maha Kuwaos.
Hal tersebut berarti bahwa setiap hajat, ritual, atau acara yang diselenggarakan, hendaknya selalu untuk meningkatkan keimanan manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemudian bara api yang menyala bermakna semangat dan harapan di hati manusia untuk mewujutkan cita-cita yang sangat diharapkan. Sedangkan kepulan asap kemenyan bermakna agar doa yang dipanjatkan didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Filosofi kemenyan artinya, bahwa hajat, ritual, atau acara yang diselenggarakan, hendaknya selalu untuk meningkatkan keimanan manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam arti tertentu, kemenyan yang dibakar dan asap yang mengepul seperti mengamini setiap harapan-harapan bersifat baik dari acara yang diselenggarakan.
Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa kemenyan merupakan sesuatu yang klenik, mistis, ataupun kerap dikaitkan dengan upacara penyembahan roh. Padahal, dahulu kemenyan kerap dijadikan wewangian yang dapat menenangkan pikiran.
Ternyata kemenyan memiliki filosofi tersendiri di mata para leluhur orang Jawa. Sama halnya dengan bunga, kemenyan juga disebut sebagai ubarampe (perlengkapan). Dahulu kemenyan dapat ditemukan di beberapa acara seperti ritual perkawinan, kelahiran, selametan dan masih banyak lagi. Namun seiring berkembangnya zaman, kemenyan jarang digunakan sebagai ubarampe lagi.
Hampir sama dengan bunga, kemenyan juga merupakan simbol untuk menyampaikan sebuah pesan, sarana berdoa, dan memohon keselamatan. Kemudian, kemenyan yang dibakar dan mengeluarkan asap bermakna talining iman, urubing cahya kumara, kukuse ngambah swarga, ingkang nampi Dzat ingkang Maha Kuwaos.
Hal tersebut berarti bahwa setiap hajat, ritual, atau acara yang diselenggarakan, hendaknya selalu untuk meningkatkan keimanan manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemudian bara api yang menyala bermakna semangat dan harapan di hati manusia untuk mewujutkan cita-cita yang sangat diharapkan. Sedangkan kepulan asap kemenyan bermakna agar doa yang dipanjatkan didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
DUPA
Dupa atau hio adalah sebuah bahan yang mengeluarkan bau wangi aroma terapi. Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Biasanya dupa digunakan untuk upacara keagamaan, aromaterapi, atau meditasi. Selain itu, dupa juga dapat digunakan sebagai deodoran sederhana atau pengusir serangga.
Dupa terbuat dari bahan tanaman aromatik, yang sering kali dikombinasikan dengan minyak esensial. Bentuk dupa sering digunakan saat ini, sebenarnya berbeda dengan budaya aslinya, dan telah berubah seiring dengan kemajuan teknologi serta sesuai kebutuhan.
Jenis pada umumnya dupa dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu pembakaran tidak langsung dan pembakaran langsung. Jenis dupa yang dibakar tidak langsung (atau dupa yang tidak mudah terbakar) merupakan dupa yang tidak dapat terbakar dengan sendirinya dan membutuhkan sumber panas yang terpisah. Sedangkan dupa yang dibakar langsung (atau dupa yang mudah terbakar) biasanya dinyalakan langsung dengan nyala api yang kemudian dikipasi atau ditiup. Dupa jenis ini biasanya meninggalkan bara api yang membara dan mengeluarkan bau berasap. Suatu bentuk dupa tergantung dari budaya, tradisi dan rasa seseorang.
NIAT NGOBONG DUPO
Dalam penggunaan dupa dalam sebuah ritual yang terdapat dalam praktik ritual Kejawen. Semoga bermanfaat.
Niyat ingsun ngobong dupo, kukuse dumugi angkoso, kang anggondo arum pinongko tali rasaningsun manembah dumateng Gusti Kang Akaryo Jagad.
(Aku berniat membakar dupa, asapnya yang membubung ke angkasa, berasa harum sebagai tali yang mengikat rasaku untuk menyembah kepada Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta).
Kalimat pembuka tersebut diatas, biasanya diucapkan oleh praktisi Kejawen atau aliran kepercayaan terhadap Tuhan YME, pada awal menyalakan dupa atau hio sebelum praktik ritual dimulai. Setelah itu, dupa yang menyala lalu digerakkan dengan cepat agar api yang menyala dipucuknya padam, tinggal nyala diujung dupa dan membiarkannya terus menyala dan mengeluarkan bau harum. Kemudian dupa tersebut, biasanya berjumlah ganji, bisa 3, 5 atau 9 sekaligus, ditancapkan ke media (bisa gelas atau tempat khusus) yang berisi beras atau pasir yang bersih.
Dupa harus dibakar. Dengan membakar dupa atau hio dan juga biasanya ditambah membakar kemenyan di tungku perapian, sebenarnya merupakan sebagai sebuah tindakan untuk menciptakan suasana yang hening dan sakral. Tentu saja juga untuk menciptakan ruangan atau tempat yang harum. Dengan demikian proses berjalannya acara ritual dapat lebih terkonsentrasi, tidak terganggu oleh kebisingan dan bau yang tak sedap.
SIMBOL API DUPA
Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berasap dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya merupakan simbol Dewa Agni.
Sebagian orang menganggap dupa atau kemenyan adalah sesuatu yang syirik. Padahal belum terbukti benar. Sebagian ulama bahkan menyebut bahwa dupa atau hio swa dan kemenyan adalah sunah nabi.
Salah satu sumber referensi bahwa informasi pabrik hio swa di Demak, ternyata mereka membuat bukan untuk orang Tionghoa saja. Namun ternyata nggak demikian. Muhammad Khundhori, pemilik pabrik hio swa di Demak memberi saya pemahaman baru.
Khundhori mengungkapkan siapa saja yang jadi pelanggan hio swanya. Bukan cuma orang Tionghoa, orang Islam termasuk anggota ormas juga membeli hio swa darinya.
Ini buktinya, Habib Luthfi juga pakai, kata Khundori sambil menunjukkan video pengajian yang diisi Habib asal Pekalongan itu. Di video tersebut tampak seseorang sedang menyalakan dupa.
Menurut Khundhori, penggunaan hio swa ini belakangan juga mulai banyak digunakan oleh umat Islam. Para kiai dan ulama mulai menyerukan kalau menggunakan dupa atau hio swa ini nggak ada sifat syiriknya.
Ini kan juga untuk pewangi ruangan. Nggak ada hubungannya sama kemungkaran agama.
SUNAH NABI
Habib Novel Alaydrus dalam sebuah ceramah yang ditayangkan oleh akun Youtube Putra Indonesia menampik jika membakar kemenyan dikaitkan dengan hal musyrik. Menurutnya jika mendengar kemenyan pasti orang Indonesia akan menghubungkan ke hal-hal mistis atau perdukunan.
Hanya di Indonesia, membakar dupa dikaitkan dengan hal mistis.
Habib Novel menjelaskan jika membakar kemenyan atau dupa itu sunnah nabi. Nabi Muhammad senang dengan wewangian. Kalau di Arab sana, sebutannya adalah “Istijmar”.
Lafadz istijmar itu di ambil dari kalimat Al Majmar yang bermakna al bukhur "dupa" adapun Uluwah itu menurut Al Ashmu'i dan Abu Ubaid dan seluruh pakar bahasa Arab bermakna kayu dupa yang dibuat dupa.
IHabib Novel Alaydrus berpendapat jika membakar dupa bukan syirik sama sekali. (Istimewa)
Masih berkaitan dengan anggapan syirik, Habib Novel prihatin jika warga Indonesia ini mudah sekali mensyirik-syirikan sesuatu. Dia mencontohkan jika membakar kemenyan itu syriik, maka petugas di Masjidil Haram adalah ahli syirik.
Setiap bulan Ramadhan, sebelum masuk masjid itu petugas membakar dupa untuk wangi-wangian. Dan kita para jamaah diminta untuk menghirupnya.
WARNA JUMLAH DAN MAKNA DUPA DALAM BERSEMBAYANG HINDU BALI
Dalam persembahyangan Umat Hindu khususnya di Pulau Bali menggunakan unsur api yang diwujudkan dengan Dupa. Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berasap dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya merupakan lambang dari Dewa Agni, yang mana berfungsi sebagai berikut :
1. Sebagai Pendeta pemimpin upacara
2. Sebagai perantara menghubungkan pemuja dengan yang dipuja
3. Sebagai pembasmi segala kotoran dan pengusir roh jahat.
4. Sebagai saksi upacara.
Penggunaan Api dalam tradisi agama Hindu bersumber dari Kitab Suci Hindu. Dalam kelompok kitab suci Vedanga yang terdiri dari kitab :Siksa, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa.
Dalam Reg Weda dan Sama Weda api memiliki peranan :
1. Api adalah pengantar upacara, penghubung manusia dengan Brahman. (Regweda X, 80 : 4)
2. Api (Agni) adalah Dewa pengusir Raksasa dan membakar habis semua mala dan dijadikannya suci. (Regweda VII 15 : 10)
3. Hanya Agni (api) pimpinan upacara Yajna yang sejati menurut weda. (Regweda VIII 15 : 2)
Warna Dupa dan Jumlah Dupa Saat Sembahyang.
1. Dupa batang warna kuning [atau coklat muda alami] untuk sembahyang dan persembahan umum.
2. Dupa batang warna merah untuk sembahyang dan persembahan yang khusus memohon sesuatu.
3. Dupa batang warna hitam untuk menemani kita saat meditasi atau menjapakan mantra.
4. Dupa batang warna hijau untuk sembahyang dan persembahan (upacara) bagi orang meninggal.
Selain itu, terdapat simbol atau kode niskala berapa batang jumlah dupa yang kita haturkan dalam persembahan, yaitu :
1batang untuk persembahan umum di tempat suci atau palinggih di dalam lingkungan rumah, misalnya saat kita mebanten.
3 batang untuk persembahan umum di tempat suci di luar lingkungan rumah.
5 batang untuk persembahan di tempat usaha atau dagang.
7 batang untuk persembahan yang kita khusus memohon sesuatu secara spesifik.
9 batang untuk persembahan saat kita melakukan puja mantra kepada para Ista Dewata.
11 batang untuk persembahan ke seluruh penjuru alam semesta, agar semua makluk di alam semesta mendapatkan kebahagiaan.
Menghaturkan dupa batang usahakan berjajar seperti kipas.
Mantra saat meletakkan dupa batang
Ong Ang dupa dipa astra ya namah swaha”
Mantra saat ngayabang [menghaturkan] dupa batang
Om agnir agnir jyotir swaha, Om dupam samarpayami swaha”
Letakkan dan haturkan dupa batang dengan penuh rasa hormat.
Jadi dengan demikian kita bisa ketahui makna dari penggunaan dupa saat sembahyang adalah sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.
Makna Pengggunaan Dupa Saat Sembahyang
Tentu dalam persembahyangan selalu kita jumpai Dupa sebagai salah satu saranya. Jika kita coba renungkan kembali akan arti dan fungsinya, tentu mempunyai makna yang dalam. Sehingga wajib ada dalam persembahyangan.
Dupa berasal dari “wisma” yaitu alam semesta menyala dan asapnya bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Ini dapat dikatakan sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.
Dengan demikian, dapat dikutip bahwa Dupa adalah lambang pertemuan antara umat dengan Tuhannya.