MENGASAH MINGISING BUDI
MEMASUH MALANING BUMI
Wejangan Sultan Agung tersebut bermakna mengasah ketajaman akal budi membasuh malapetaka bumi. Kata kuncinya adalah kita harus meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, bersamaan dengan melestrikan lingkungan, juga hindari sifat-sifat serakah :
1. Menange dewe.
2. Butuhe dewe.
3. Benere dewe.
Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi merupakan saat yang tepat untuk mawas diri, apakah kita cuma mementingkan diri sendiri ataukah migunani tumraping liyan (berguna dan bermanfaat bagi kehidupan manusia di sekitar).
Islam mengajarkan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi sesama.
Maka, eratkanlah kembali budaya gotong royong tidak hanya di desa-desa tetapi juga di kota-kota, tidak hanya pada tradisi sambatan seperti di desa, tetapi juga wujudkanlah dalam mengatasi masalah bersama bangsa ini.
Tahapan pertama wejangan Sultan Menyapa Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi.
Maksudnya, memberikan pengertian bahwa masyarakat tidak boleh egois.
Ilmu yang tinggi akan sangat berarti jika dapat diterapkan dan berguna bagi masyarakat lain, dan gotong royong merupakan modal sosial terbesar rakyat dalam bermasyarakat terutama di lingkungan kita.
Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaning Bumi adalah sejatinya dwitunggal-relasional, yang menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, ilmu pengetahuan sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar.
Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja.
Sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa.
Seperti halnya saat ini, ketika wabah virus corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia.
Dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk, di sinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaking Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk saat ini.
Di dunia memang banyak para cerdik pandai, dan beberapa berupaya mencapai tataran Mangasah Mingising Budi.
Mangasah Mingising Budi mensyaratkan sebuah pitutur atau nasihat, bahwa setinggi apapun ilmu tak akan bermanfaat apabila bila tidak diamalkan.
Ilmu harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal ideal ilmu dan ngelmu.
Ngelmu adalah konsep bagaimana ilmu diamalkan, diterapkan dan pada akhirnya berguna bagi masyarakat di sekitarnya.
Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya.
Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong-royong sebagai pengejawantahan filosofi Rukun Agawe Santosa, crah agawe bubrah.
Sekali lagi, segala macam ujian dan pagebluk sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial.
Dengan bekal gotong royong, sabar lan narimo dan guyub rukun, manusia dapat menempuh segala coba, melalui berbagai fase yang memang haruslah dilalui.
Percayalah, Tuhan tidak akan pernah memberikan coba yang tidak bisa dilalui oleh mahluk-Nya. Caranya adalah dengan memperkuat kembali konsep Manunggaling Kawula lan Gusti.
Inilah saatnya pemerintah dan masyarakat bergotong-royong, memutus habis mata rantai wabah pagebluk.
Seluruh elemen harus bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya.
Saling percaya dengan rasa tulus, kerjasama, memberi tanpa ada tendensi, dan menghilangkan ego pribadi adalah modal mengembalikan kesejahteraan yang terenggut oleh Virus Corona ini.
Jadilah manusia yang berbekal cahaya atau nur, di mana manusia akan bermanfaat bagi orang lain. Lakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun, selaras dengan filosofi Urip Iku Urup.
Mari bersama-sama mencapai tataran hidup Hamemayu Hayuning Bawana, melalui laku Ambrasta dur Hangkara, melalui titian batin Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaning Bumi.
Intinya adalah :
Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah nasihat, bahwa setinggi apa pun ilmu tak akan bermanfaat apabila tidak diamalkan. Harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal ideal ilmu dan ngelmu atau berguna bagi sekitar hingga menjadikan manusia lebih waspada terhadap sesama juga alam sekitarnya.
Sehingga, terjalin konsep guyub rukun pengingat tradisi gotong royong, bahu-membahu antarmasyarakat, pemerintah, semua elemen, khususnya dalam memutus mata rantai persebaran pagebluk juga ujian bencana yang lain. Bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, saling percaya, tanpa tendensi dan ego pribadi dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya. Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong royong sebagai pengejawantahan filosofi rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Sekali lagi, virus corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan / care hati manusia sebagai mahluk sosial.