TULUS IKLAS
Tulus dan ikhlas. Dua kata yang memiliki makna sama.
Menyimpan makna jernih, murni, dan bersih. Beramal tulus dan ikhlas, berarti berbuat dengan tanpa ber cam pur dengan yang lain. Ia bersih, murni, dan jernih se mata karena Allah. Tulus ikhlas me n jadi penentu amal dan semua ibadah serta amal saleh kita diterima atau tidak. "Dan tidaklah mereka diperintah kan sesuatu, melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT dengan ikhlas ..." (QS al-Bayyinah: 5).
Tulus ikhlas tidaklah mudah. Selalu ada setan yang masuk untuk mengotori kejernihan niat dan amal. Menyelinap dengan terang, sebuah hasrat dunia yang memesona dan menggoda.
Andai kuat dari hasrat dunia yang selain Allah, siap-siap di racun sifat dengan riya, ingin dilihat, sum'ah, ingin didengar, ujub, bangga diri dengan merasa paling saleh, baik dan ikhlas.
Bahkan kita dihimpit takabur, sombong.
Ya Tuhanku karena Engkau telah menakdirkan aku makhluk sesat ma ka aku akan menggoda (anak-cucu Adam) dengan keindahan dunia dan akan aku bawa mereka ke jalan yang sesat semuanya. Kecuali hamba-hamba Mu yang ikhlas di antara mereka. (QS al-Hijr: 39-40).
Yang paling tahu kita tulus dan ikhlas hanya Allah (QS an-Najm [53]: 32).
Karena itu, serahkan seluruh penilaian hanya kepada Allah. Tu gas kita terus menjernihkan se mangat dalam ibadah dan amal saleh.
Cerita dari Imam al-Ghazali ini sangat menginspirasi. Ada seorang abid (ahli ibadah) yang dikenal sangat kuat ibadahnya. Sampai satu hari seseorang berkabar tentang kemusyrikan yang masif. Satu kam pung menyembah pepohonan besar. Murkalah sang abid ini. Sebilah kapak pun ditentengnya.
Di tengah jalan ia dihalangi oleh iblis. Namun, musuh abadi manusia itu kalah.
Hari kedua, pohon lain hendak ditebangnya. Kali ini iblis menjerat rayuan.
Aku akan menjamin hidup mu dengan meletakkan uang setiap hari di bawah bantalmu asalkan engkau tidak menebang pohon ini. Terjeratlah si abid. Pohon kemusyrikan tetap ber diri tegak. Si abid pun mendulang ma teri luar biasa. Namun di hari ketiga, macet. Iblis ingkar janji. Di bawah bantalnya sama sekali tidak ditemukan uang.
Sang abid pun bergerak cepat. Dalam amarah yang membuncah, didatangilah pohon kemusyrikan itu. Saat kapak hendak diayunkan, si iblis datang dan mengajaknya duel ulang. Sang abid kalah memalukan dan terhina. "Kenapa engkau bisa menga lahkan aku ?" Dijawab tegas oleh si iblis, Keikhlasan telah sirna di hati mu. Kamu datang dengan amarah karena uang yang di bawah bantal, bukan karena Tuhanmu.
Perbuatan baik tak akan sia-sia di mata Tuhan selama dilakukan dengan tulus ikhlas. Misalnya, memberikan sumbangan atau bantuan kepada orang miskin. Ikhlas memiliki makna bersih hati, tulus hati. Sementara itu, tulus mempunyai arti sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci), jujur, tidak pura-pura, tidak serong, tulus hati, tulus ikhlas.
Menurut Ali Fudhail bin Iyadh dalam kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan makna ikhlas. Yakni, meninggalkan amal karena manusia adalah riya dan beramal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas ialah apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya.
Ulama terkemuka yang wafat di Makkah pada 186 Hijriah itu menambahkan, ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah. Jadi, ikhlas adalah melakukan sesuatu dengan motivasinya hanya karena Allah. Idealnya, memang kita harus tulus sekaligus ikhlas dalam beramal. Namun, tidak semua orang bisa melakukan itu dan memang ada perbuatan yang keduanya tidak bisa dilakukan sekaligus.
Contoh tulus tetapi tidak ikhlas: Ada sejoli, sepasang muda mudi, yang karena sudah lama berpacaran melakukan hubungan seksual di luar nikah. Mereka tulus melakukan itu. Tidak ada paksaan. Rela. Senang sama senang. Namun, Allah tidak suka, tidak rida, dengan perbuatan mereka.
Contoh ikhlas tetapi tidak tulus: Ketika hendak melaksanakan salat Subuh, kita merasa berat karena mungkin malamnya begadang nonton Piala Dunia sepak bola. Ada semacam keengganan. Akibatnya, bingung menentukan antara tidur dan salat. Namun, karena ingat bahwa salat adalah perintah wajib dari Tuhan, dengan berat hati akhirnya kita bangun dan mengerjakan salat Subuh.
KEISTIMEWAAN MEMILIKI RASA IKLAS
Pastinya, tidak ada yang lebih indah dan mengesankan dibandingkan dengan hati yang ikhlas.
Sayangnya, sebagian orang mungkin belum menerima segala sesuatu dengan hati ikhlas.
Meski menjadi pribadi yang senantiasa ikhlas bukan perkara mudah, namun setiap muslim perlu menjalankan segala urusan dengan niat ikhlas dalam kehidupan sehari harinya.
Sedangkan menurut pandangan Islam, inilah 5 kesitimewaan memiliki rasa ikhlas.
1. Memiliki rasa ikhlas adalah perintah langsung dari Allah. Sebenarnya, ikhlas memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam.
Meski ikhlas sangat sulit untuk diterapkan, sebenarnya ikhlas adalah sesuatu yang berharga dan akan disayangi oleh Allah SWT.
Di mana sifat istimewa ini termasuk perintah langsung dari Allah SWT. Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menjalankan ibadah dengan ikhlas yang tidak mengharap imbalan atau hal bersifat duniawi.
Sebagaimana Allah SWT pun banyak menyebut ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan :
Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada Nya. (QS Az-Zumar:2).
2. Sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.
Ikhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan dilakukan secara terus-menerus bukan, Ini sebagaimana rasa ikhlas memiliki keistimewaan, yaitu sebuah perkara paling mendasar dan terpenting sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.
Itu artinya, rasa ikhlas sangat istimewa dan menjadi sangat bernilai di hadapan Allah.
Berikut surat yang mendasarinya QS. Al-A’raf 29 :
Katakanlah: Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.
3. Menjadi sebuah amalan yang bernilai besar.
Belajar ikhlas dalam menghadapi musibah apapun memang sangat tidak mudah bukan, Namun di dalam Islam, memiliki rasa ikhlas dapat sebagai sebuah amalan dan pengharapan yang bernilai besar di mata Allah SWT.
Sebagaimana rasa ikhlas terhadap sesuatu yang dialami tercantum pada hadits berikut ini :
Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat (ikhlas karena Allah) dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat (bukan karena Allah). (HR Imam Muslim).
4. Sifat dasar Nabi Muhammad.
Dengan menerapkan rasa ikhlas, itu berarti ia punya hati yang tulus dan bersih tanpa dikuasai oleh nafsu duniawi.
Sebagaimana sifat ikhlas yang tidak memaksakan menjadi sebuah amalan, ini selalu dilakukan oleh nabi Muhammad.
Di mana para nabi dan rasul berdakwah dan menjalankan segala perintah Allah dengan penuh keikhlasan.
Jadi sebagai umat muslim, maka sudah selayaknya mencontoh sifat ikhlas yang merupakan teladan para nabi.
Rasulullah bersabda :
Allah tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata. (HR Abu Daud dan Nasa'i).
5. Akan memiliki perasaan yang lebih tenang.
Secara perlahan dan bertahap, dengan rasa ikhlas bisa dipastikan bahwa kamu dapat senantiasa berpikir positif.
Bahkan dengan rasa ikhlas, kamu akan memiliki perasaan yang lebih tenang dan sebagai salah satu cara meningkatkan suatu kebaikan.
Sebagaimana keistimewaan dari rasa ikhlas ini terdapat di dalam sebuah hadits :
Barang siapa menjadikan akherat sebagai tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya. (HRAtTirmidzi).