Rukun Agawe Santosa Crah Agawe Bubrah
Ungkapan
peribahasa Rukun Agawe Santosa berarti rukun membuat kuat sentosa. Ungkapan
Jawa ini adalah sebuah nasihat agar kita berusaha menciptakan situasi rukun
dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat serta bernegara. Hidup rukun akan
membuat sejahtera, hidup acuh akan membuat kita terpisah/berantakan.
Peribahasa
Rukun Agawe Santosa merupakan suatu ungkapan peribahasa Rukun Agawe Santosa
sering digabungkan dengan ungkapan Crah Agawe Bubrah sehingga menjadi Rukun
Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Arti dari ungkapan tersebut adalah Rukun
membuat kuat sentosa, bertengkar membuat rusak.
Rukun
bisa membuat kita kuat, Rukun agawe santoso, crah agawe bubrah, motto yang serupa berkaitan erat dengan ungkapan
Noto Roso, Among Karso, Ngijel Tresno, gawe guyub rukun lan sentoso.
Ungkapan
ini dapat dikatakan sebagai sebuah nasihat supaya kita berusaha menciptakan
kedamaian dan kerukunan dalam hidup keluarga, bermasyarakat dan bernegara
(Pardi, 2013). Budaya Jawa sangat menekankan kerukunan, bahkan, kerukunan
sebagai ciri dan kekhasan orang Jawa. Kerelaan untuk mengalah atau melepaskan
kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan agar tetap terjaga kerukunan hidup
bersama dan bermasyarakat. Dengan demikian semua orang diharapkan rela
mengorbankan kepentingan pribadinya demi terciptanya kerukunan dan kedamaian.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa, seseorang yang tidak berjiwa damai dan mampu menjaga
kerukunan disebut sebagai wong ora lumrah (manusia aneh).
Ungkapan
Rukun Agawe Santosa (rukun membuat sentosa) berlawanan dengan crah agawe bubrah
(berselisih membuat rusak). Di sini menjadi jelas bahwa kerukunan dapat
memudahkan penyelesaian setiap urusan dan dapat memberi kelegaan bagi semua
pihak.
Rukun,
bersahabat, bersatu akan membuat hidup menjadi sentosa (kuat), sedang bermusuhan akan membuat hidup menjadi
sengsara.
Tidak
terlalu sulit menjelaskan hal ini, karena setiap kita keseharian sudah
menyaksikan kenyataannya. Sapu lidi contoh kita. Bukankah sapu lidi berasal
dari bersatunya sekian banyak lidi. Meskipun namanya sapu tetapi dia lebih dari
sekedar alat pembersih. Dengan sapu lidi kita juga bisa menangkap lalat, kita
bisa memukul orang atau binatang bahkan sampai menyakitkan.
Dengan
sapu lidi kita bisa menjadikannya sebagai galah. Dan masih banyak lagi manfaat
yang bisa kita sebutkan, dan itu tidak akan terjadi dengan hanya sebuah lidi.
Begitu juga dengan kelima jari kita. Betapa banyak yang bisa kita lakukan
dengan bersatunya kelima jari kita, yang itu takkan terjadi bila dengan hanya
sebuah jari.
Itu
bukan ciptaan kita, tetapi ciptaan
Tuhan, pelajaran dari Tuhan bahkan itu perintah Tuhan. Artinya bila kita ingin
hidup sentosa, ingin hidup bahagia, apalagi ingin membahagiakan orang lain,
maka kita diperintah untuk bersatu. Sebaliknya crah agawe bubrah, bertengkar,
bermusuhan, berpecah belah, jangan berharap kita dapat berbuat sesuatu yang
mendatangkan manfaat.
Keseharian
kita mempergunakan kayu untuk menopang hidup kita. Kayu itu adalah bersatunya
jutaan atau miliaran bubuk atau serbuk kayu. Ada kohesi yang menyatukan mereka,
sehingga kayu memiliki daya topang yang dahsyat. Coba kita melihat orang
menggergaji kayu. Kita akan menyaksikan jutaan bahkan miliaran bubuk kayu yang
jatuh, lemah dan tak ada kekuatan.
Mereka
harus disatukan kembali agar menjadi kayu lapis atau bahan bangunan yang lain
bila akan dimanfaatkan.
Pertanyaannya
:
1.
Masihkah
kita ingin kehilangan kekuatan ?
2.
Masihkah
kita ingin bercerai-berai ?
3.
Masih
adakah yang ingin menjadi gergaji yang memecah dan meruntuhkan kita ?
Na'udzu
billahi min dzalik. Semoga Tuhan tetap mempersatukan kita da menjauhkan kita
dari berpecah belah. Amin.
Quran,
Ali Imran ayat 103 yang artinya :
Dan
berpeganglah kalian pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai
berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan maka
Allah mempersatukan hati kalian , lalu karena nikmat Allah itu menjadilah
kalian bersaudara.
Rukun
agawe santosa tegese. Pepatah ini menunjukkan bahwa orang Jawa tidak menyukai
pertengkaran atau pertukaran. Harmoni dan kerukunan membuat kekuatan konflik mengarah pada
kehancuran.
Pilar
membangun gotong royong yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Jika mereka
bersatu mereka akan kuat jika mereka cong-krah akan rusak atau rusak. Pepatah
ini merupakan salah satu ajaran yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat Jawa
yang ingin hidup rukun dan damai dalam masyarakat.
Pilar
membuat perselisihan yang kuat membuatnya pecah. Pilar menjadikan ayah yang
kuat dari seorang putri wredha muda tanpa perbedaan.
Tiang-tiang
kokoh dan perselisihan dipatahkan. Pilar kuat Bhineka Tunggal Ika terwujud.
Hal-hal yang diinginkannya tidak dapat dipenuhi.
Rukun
Agawe Santosa Crah Agawe Bubrah Artinya. Bangsa dan negara harus tunduk pada
ideologi Pancasila. Memenuhi keinginan dan cita-cita bersama sama seperti
menjaga perdamaian.
Dengan
adanya kerukunan membuktikan bahwa setiap warga masyarakat memiliki kesamaan
sikap dan. Kalau dewasa ini kita menjadi pragmatis maka berarti bangsa ini
dididik untuk menjadi bangsa yang tidak berfalsafah atau tidak mempunyai
idiologi.
Dalam
kesatuan ukuran hidup sentosa dalam perselisihan hidup sengsararusak Saat
terjadi diskusi politik di media televisi para politikus berteriak-teriak
sambil menunjuk lawan bicaranya dan yang lain ikut mensoroki terkesan memang
inilah yang patut di pertontonkan akan moral sebenarnya manusia Nusantara.
Tugas-tugas
berat akan menjadi ringan karena dikerjakan dan diselesaikan bersama-sama dalam
sukacita dan kerukunan Untuk mencapai tujuan bersama yang diharapkan seperti keamanan
lingkungan, pembuatan fasilitas umum, mencapai kemerdekaan, mengusir penjajah,
melumpuhkan penjahat yang mengganggu lingkungan bersama dan lainlain perlu melibatkan
semua warga dengan dilandasi oleh semangat hidup rukun.
Persoalan
bersama harus dipikul bersamasama. Dengan mengusahakan kerukunan akan
menciptakan persatuan dan kesatuan yang kokoh kuat demi terwujudnya masyarakat
yang adil, makmur dan sentosa. Budaya yang telah menjiwai hidup masyarakat Jawa
adalah wujud semangat gotong royong yang masih sangat kuat dan kental. Hingga
sekarang dapat terlihat bahwa semangat gotong royong masih sangat kuat dan
kental dalam kehidupan masyarakat desa, baik dalam pelaksanaan pembangunan
fisik ataupun pembangunan mental. Oleh sebab itu dalam kehidupan masyarakat
desa dikenal adanya kerja bakti yang disebut gugur gunung sebagai ekspresi
semangat kebersamaan warga.
Ungkapan
crah agawe bubrah (berselisih membuat rusak) tidak dapat
disangkal.
Perselisihan pasti menimbulkan keretakan hubungan atau mengganggu persatuan,
baik dalam lingkup lingkungan kita, kampung, desa, ataupun negara. Oleh sebab
itu semua orang perlu menyadari bahwa perbedaan memang tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupan bersama.
Akan
tetapi yang terpenting adalah mengelola perbedaan itu agar tidak menimbulkan
keretakan dan mengganggu kerukunan. Sejarah telah membuktikan kepada kita,
bangsa Nusantara. Secara logika tidaklah mungkin bangsa Belanda yang kecil dan
jaraknya sangat jauh dari Nusantara dapat menguasai dan menjajah bangsa kita
yang besar dan sangat luas.
Akan
tetapi, karena ketika itu bangsa Nusantara tidak bersatu, tidak rukun, akibatnya
dengan leluasa bangsa Belanda dapat menjajah Nusantara dalam waktu yang sangat
lama. Namun dalam perjalanan sejarah, nasib yang menimpa bangsa kita sebagai
bangsa terjajah yang menderita telah menumbuhkan semangat kesatuan yang sangat
amat kokoh. Bangsa Nusantara telah bertekad hidup bersatu padu menjalin hidup
rukun demi mampu mengusir penjajah dari bumi pertiwi Nusantara. Akhirnya,
dengan semangat perstuan dan kerukunan yang selalu menggelora di dada setiap
anak bangsa,
Nusantara
berhasil hidup merdeka setelah melakukan perjuangan bersama yang sangat panjang
dan melelahkan. Jadi rukun merupakan senjata yang sangat ampuh dalam mencapai
tujuan yang menyangkut kepentingan bersama. Tidak ada pekerjaan berat jika kita
melaksanakan secara bersama-sama dalam semangat rukun.
Sebaliknya,
perselisihan justru akan merusak persatuan dan kebersamaan. Oleh
sebab
itu, kita harus sadar bahwa perselisihan dan percekcokan dapat memberikan
peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan akan memanfaatkan
kelemahan itu demi tujuan pribadi.
Ungkapan
rukun agawe santosa dan crah agawe bubrah merupakan pusat dari salah satu sikap
hidup Jawa sehingga orang yang tidak mengindahkan nilai-nilai
kerukunan
disebut wong nyeleneh atau orang aneh dan biasanya akan disisihkan atau
dikucilkan dari kehidupan bersama dalam masyarakat. Wujud dari semangat hidup
rukun sebagai sumber ungkapan gotong royong, gugur gunung, dan saiyeg saeka
kapti (seia sekata dalam satu tujuan) untuk kepentingan bersama-sama dan sebagainya
Ungkapan peribahasa Rukun Agawe Santosa berarti rukun membuat kuat sentosa.
Ungkapan Jawa ini adalah sebuah nasihat agar kita berusaha menciptakan situasi
rukun dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat serta bernegara. Bagi orang
Jawa kerukunan merupakan satunya perasaan antar manusia dalam menjalankan visi bersama
dengan membuang berbagai pertengkaran dan pertentangan. Dalam Bahasa Jawa rukun
iku angedohi padu don yang artinya rukun itu menjauhkan pertengkaran. Rukun
menjadi syarat utama untuk membangun situasi masyarakat yang harmonis. Ada
sebuah ungkapan Jawa yang berkaitan dengan terminologi rukun, yakni crah agawe
bubrah rukun gawe santosa yang berarti pertikaian membuat
perceraian,
rukun membangun kekuatan.
Seperti
yang dijelaskan pada bagian pembahasan ungkapan di atas. Konsep tentang manusia
sebagai ada belum sungguh menjelaskan kodrat relasional. Manusia berelasi artinya
manusia memberi ruang supaya manusia lain dapat pula memenuhi dirinya. Dengan
demikian kehadiran orang lain menjadi berarti. Kehadiran orang lain melengkapi kekurangan
(Mohammad, 2015).
Dalam
pandangan budaya orang Jawa, orang hidup itu harus memiliki etika dan tolong
menolong. Ajaran ini berasal dari pandangan bahwa orang tidak dapat hidup
sendiri, kodrat manusia membutuhkan kehadiran orang lain dan disana dibutuhkan
usaha untuk selalu hidup rukun satu dengan yang lain. Kodrat manusia sebagai
manusia sosial membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain. Pandangan ini
sejalan dengan pemikiran yang disampaikan Levinas, bahwa etika selalu
berhubungan dengan pertemuan langsung dengan orang lain, bukan dengan pemikiran
yang bersifat abstrak mengenai relasi antar manusia.
Etika
adalah sebuah situasi atau ruang dimana kita merasa tergerak dan dituntut untuk
memberikan respon pada kehadiran orang lain bersama kita. Orang menjadi yang
utama dalam usaha membangun hidup rukun bersama dengan yang lain.
Dalam
struktur kehidupan di Jawa, masyarakat suatu desa nyaris terikat dalam
semangat
persaudaraan yang tinggi. Karena persaudaraan yang sangat tinggi itulah setiap
anggota masyarakat selalu menjaga kenyamanan dan kerukunan
bersama.
Banyak kegiatan dalam masyarakat yang membangun semangat persaudaraan dan
menjaga kenyamanan serta kerukunan dalam masyarakat (Iman, 2012). Semua
kegiatan-kegiatan yang dibuat dan dilaksanakan semata-mata agar dapat
menyatukan semua masyarakat dan menumbuhkan kerukunan dan sikap serta rasa
saling mengasihi satu sama lain. Disini kedekatan semakin terjalin satu dengan
yang lain. Ada ungkapan seorang imam yang mengatakan demikian dalam homili saat
Perayaan Ekaristi yang bagi saya menjadi real dalam mengusahakan kerukunan, ungkapannya
sebagai berikut.
Orang
yang ingin menciptakan hidup Rukun bersama orang lain, maka ia juga harus
berusaha bersikap Reken terhadap orang lain, Rukun Reken.