MOMONG AMONG NGEMONG
Momong itu kalau dalam bahasa Indonesia mungkin berarti mengasuh, seperti momong anak yang berarti mengasuh anak. Kalau ngêmong saya kira itu berupa kata sifat, mungkin yang paling dekat bisa diartikan sebagai kepengasuhan, namun menurut saya lebih luas dari itu, tidak hanya kepengasuhan tetapi juga bersifat menampung. Kalau sudah menampung berarti memberi ruang yang luas untuk segala macam isi yang termungkinkan akan berada di dalamnya.
Ngêmong, itulah sifat dasar seorang ibu dalam konteks keluarga, yang kemudian bisa diperluas dalam semua skala interaksi sosial yang mana pun.
Momong sebuah arti kata dari bahasa jawa yang artinya merawat, seperti momong anak yang berarti mengasuh anak, dan ngemong menurut saya bersal dari kata yang paling dekat untuk para orang tua kepada anaknya yang artinya kepengasuhan. Momong adalah suatu kegiatan atau cara yang wajib di lakukan oleh setiap orang tua untuk mengasuh dan menjaga anak dengan sepenuh hati yang bertujuan agar anak bisa lebih dekat dengan orang tuanya sendiri. Momong tidak harus dilakukan dengan cara menggendong si anak saja tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti mengawasi setiap aktifitas yang di lakukan oleh anak dengan cara itu anak akan selalu merasa aman, dengan cara ini pula dapat menjadikan anak kreatif pemberani dan tidak selalu mengandalkan orang tuanya, dan degan cara ini pula orang tua dapat mengetahui semua perkembangan yang timbul dalam diri seorang anak. Jadi dengan cara ini sangatlah penting apabila yang melakukan adalah orang tuanya sendiri dari pada orang lain seperti baby sister. Karena seharusnya yang paling penting ketika saat anak mulai menunujukkan perkembangan pada diri anak yang seharusnya lebih dahulu tau adalah orang tuanya sendiri bukanlah orang lain. Karena apabila menyerahkan hak momong anak sepenuhnya kepada orang lain, itu perbuatan yang salah dan tidak baik untuk perkembangan anak kedepannya. Jadi sesibuk apapun orang tua dalam pekerjaannya maka sempatkanlah waktu sejenak untuk anak agar anak tidak merasa jauh dan hubungan seorang anak kepada orang tuanya akan tetap terjalin dengan baik. Jadi jangan pernah memberikan kepercayaan langsung pada orang lain, karena tidak semua orang dapat di percaya dan mengasuh anak sesuai dengan yang di harapkan oleh orang tua. Terkadang kepercayaan orang tua anak yang di berikan kepada orang lain tidaklah seperti yang di harapkan dan disalah gunakan oleh orang lain. Menyebabkan perkembangan anak akan menjadi kurang baik, hal ini banyak terjadi di dalam kehidupan masyarakat di luar sana. Jadi untuk para orang tua sesibuk apa pun bila memilih orang lain untuk mengasuh anaknya berhati-hatilah jangan asal memilih karena demi kebaikan seorang anak. Selanjutnya “ngemong” merupakan sifat dasar seorang ibu, dalam konteks keluarga yang kemudian di perluas dalam segala skala interaksi sosial manapun seperti sifat ngemong untuk figur laki-laki atau seorang ayah dalam keluarga bahwa ia haruslah super sabar, peka, siaga, cekatan dan tegas.
1. SABAR dalam menghadapi semua karakter dari masing-masing keluarga dan memiliki cara pendekatan yang pas untuk masing-masing karakter.
2. PEKA kemampuan merasakan sesuatu dan menindak lanjuti sebelum hal buruk terjadi.
3. SIAGA selalu siap dalam segala hal dan sikap yang di butuhkan dalan keadaan tersebut.
4. CEKATAN terampil dalam segala hal pekerjaan dalam rumah tangga.
5. TEGAS dalam menghadapi segala masalah yang timbul dalam keluarga.
Jadi ngemong adalah sifat kedewasaan atau kematangan dan itu bukan hanya untuk soal usia saja sebab dewasa itu kesanggupan untuk ngemong yaitu menampung dan menerima apapun yang di tuang sekaligus mengelolahnya untuk menjadi lebih baik dan semakin baik.
Pertama yaitu momong, dalam bahasa jawa berarti merawat, sedangkan among yang berarti memberi contoh dan yang terakhir adalah ngemong yang berarti proses untuk mengamati. Dilihat dari pengertian ketiga kata di atas adalah semuanya berkesinambungan yaitu membahas tentang dunia anak, lebih tepatnya lagi tentang pola asuh anak. Jadi, ketika pengertian ketiga kata di atas digabung, jadilah merawat anak dengan kasih sayang yang tulus dan memberikan contoh yang baik kepada anak serta mengawasi dan mengamati setiap perilaku anak. Dari pengantar tulisan saya ini, tujuan saya menulis tentang momong adalah agar para orang tua dan pendidik yang akan memiliki anak maupun yang telah memiliki anak agar tahu tentang apa itu momong, momong yang baik itu seperti apa akan saya bahas dalam tulisan saya.
Pada era sekarang ini, momong dikenal dengan sebutan parenting. Kata parentingsendiri berasal dari bahasa inggris Parent yang artinya orang tua. Asal katanya aja parent (orang tua), maka yang wajib dan harus menjadi pengasuh sebenarnya ya orang tua anak itu sendiri. Biasanya anak zaman sekarang yang memiliki orang tua yang sibuk kebanyakan diasuh oleh kakek neneknya, ataupun di titipkan ke TPA (Tempat Penitipan Anak).
MOMONG AMONG NGEMONG
Dalam pengasuhan anak terdapat istilah arti tersebut yakni :
1. Momong.
2. Among.
3. Ngemong.
Didalam istilah tersebut di jelaskan bahwa semua istilah tersebut menimbulkan istilah pengasuhan anak, pengasuhan anak tersebut di jelaskan bahwa pengasuhan anak itu adalah dengan perhatian secara konferensif dari orang tua itu sendiri terhadap anak.
Konferensif baik secara fisik atau mental spiritual, intelektual dan terpenting secara pergaulan anak serta lingkungannya.
Dalam potensi pengembangan diri yang terkait dengan lingkungan dan sosial baik itu orang tua secara berdekatan dengan anak dan secara berjauhan orang tua adalah panutan yang pertama bagi anak.
Orang tua perlu membimbing, membina dan mengajarkan lebih dekat dengan menyayangi dengan penuh kasih sayang.
Rasa tanggung jawab orang tua terhadap anak sangatlah penting, baik orang tua yang sibuk ataupun tidak.
Peran kedua orang tua sangat penting untuk perkembangan anak.
Dengan penjelasan di atas kami akan sedikit membahas tenang istilah momong.
Mong (O dalam Mong bahasa Jawa dibaca seperti bunyi O dalam bahasa Indonesia dorong, kosong, tong, yang terdiri dari Momong, Among, dan Ngemong (E dalam bahasa Jawa dibaca seperti E dalam bahasa Indonesia pada kata senang, menang, tenang).
3 Mong (Momong, Among, dan Ngemong) diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran seiring dengan perjalanan proses pendidikan siswa dari mulai tahap paling awal hingga sudah dewasa dan siap masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Dalam bahasa jawa momong berarti merawat dengan tulus, penuh kasih sayang serta mengaplikasikan kebiasaannya atau membiasakan hal hal dengan disertai berdoa, diharapkan anak bisa mendapatkan kasih sayang dan menjadi anak yang penurut terhadap orang tua, menjadi anak baik dan lebih terpentingnya menjadi anak sholeh sholehah.
Among dalam bahasa Jawa berarti memberi contoh tentang baik buruk tanpa harus mengambil hak anak agar anak bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang bahagia.
Dan yang terakhir adalah ngemong. Ngemong dalam bahasa Jawa berarti proses untuk mengamati, merawat, dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya, bertanggungjawab dan disiplin berdasar nilai-nilai yang telah diperolehnya sesuai dengan kodratnya. Dan menghantarkan
Dalam sikap yang Momong, Among, dan Ngemong terkandung nilai yang sangat mendasar yaitu pendidik tidak memaksa namun demikian tidak berarti membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah.
MENURUT KI HAJAR DEWANTARA
Untuk mengawali impiannya, ia menggunakan media pendidikan. Baginya pendidikan bukanlah tujuan, melainkan media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin. Merdeka lahiriah berarti tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan lain-lain, sedangkan merdeka batiniah berarti mampu mengendalikan diri dan mandiri dengan tanpa melanggar kemerdekaan orang atau golongan lain.
Selain ranah politik Ki Hajar Dewantara mencuat menjadi sosok pejuang lewat dunia pendidikan. Ia, antara lain mengembangkan konsep pendidikan alternatif dengan metode Among. Ada dua warisan Ki Hajar Dewantara yang sangat berarti, yaitu Tamansiswa dan tulisan-tulisannya dalam berbagai media. Namun demikian, Ki Hajar tetaplah sosok yang berprinsip satu kata dan perbuatan, sederhana, hidup teratur, rendah hati, demokratis, nasionalis, dan pemberani.
Dalam sikap Momong, Among, dan Ngemong, terkandung nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanp arah. Metode Among mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksanaan Among (Momong) disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Guru atau dosen di Tamansiswa disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu.
Tujuan sistem among adalah untuk membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani ruhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya. Sistem among mengharamkan hukuman disiplin dengan paksaan atau kekerasan karena itu akan menghilangkan jiwa merdeka anak.
Dalam konsepsi dasar Tamansiswa untuk mencapai cita-citanya dalam kebudayaan, kebangsaan, pendidikan, sistem kemasyarakatan, dan sistem ekonomi kerakyatan. Intinya ialah, bangsa ini tidak boleh kehilangan jati diri, menjaga keutuhan dalam berbangsa, menjalankan pendidikan yang baik untuk mencapai tujuan, terjadinya harmonisasi sosial di dalam bermasyarakat, serta menghindari terjadinya kesenjangan ekonomi yang terlalu tajam antar warga negara.
Kebudayaan Tamansiswa mengembangkan Konsep Trikon yang terdiri dari :
1. Kontinuitas.
2. Konvergensitas.
3. Konsentrisitas.
Maksudnya, hendaknya kita mampu melestarikan budaya adi luhur para pendahulu dengan tetap memberikan ruang kepada budaya manca untuk saling berkolaborasi. Meski demikian, dalam kolaborasi antara budaya kita dengan budaya manca tersebut hendaknya menghasilkan budaya baru yang lebih bermakna.
Konsep budaya ala Tamansiswa juga mengembangkan Konsep Trisakti Jiwa yang terdiri dari :
1. Cipta.
2. Rasa.
3. Karsa.
Maksudnya, untuk melaksanakan segala sesuatu maka harus ada kombinasi yang sinergis antara hasil olah pikir, hasil olah rasa, serta motivasi yang kuat di dalam dirinya. kalau untuk melaksanakan segala sesuatu itu hanya mengandalkan salah satu diantaranya saja maka kemungkinan akan tidak berhasil.
Selain itu, Tamansiswan juga mengembangkan Konsep Trihayu yang terdiri dari :
1. Mamayu hayuning sarira.
2. Mamayu hayuning bangsa.
3. Mamayu hayuning bawana.
Maksudnya, apapun yang diperbuat oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsa, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Kalau perbuatan seseorang hanya menguntungkan dirinya saja maka akan terjadi sesuatu yang sangat individualistik.
Untuk menjadi pemimpin di tingkat manapun, konsepsi kebudayaan Tamansiswa mengajarkan Konsep Trilogi Kepemimpinan yang terdiri dari :
1. Ing Ngarsa Sung Taladha.
2. Ing Madya Mangun Karsa.
3. Tut Wuri Handayani.
Maksudnya, ketika berada di depan harus mampu menjadi teladan, ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat, dan ketika berada di belakang harus mampu mendorong orang-orang dan pihak-pihak yang dipimpinya.
Selain itu konsepsi kebudayaan Tamansiswa bahkan mengembangkan Konsep Tripantang yang terdiri dari :
1. Pantang harta.
2. Praja, dan.
3. Wanita.
Maksudnya, kita dilarang menggunakan harta orang lain secara tidak benar (misal korupsi), menyalakangunakan jabatan (misal kolusi), dan bermain wanita (misal menyeleweng).
Ketiga pantangan ini hendaknya tidak dilanggar.