MANEMBAH
Manembah adalah selalu sadar diri dengan iklas, sabar syukur, bahwa kita tidak bisa apa-apa, tidak punya apa- apa, tidak kuasa apa- apa. yang bisa, yang punya dan yang kuasa hanya Tuhan (Gusti Allah SWT).
Jadi
kalau mau melakukan apapun mengunakan titipan-Nya, baik dalam diri maupun di
luar diri kita, termasuk dalam menjalankan :
1.
Syari’at.
2.
Tareqat.
3.
Hakikat.
4.
Makrifat.
Dalam
urusan keluarga, bisnis, jabatan, perekonomian, asmara dan lain lain, harus
dengan petunjuk-petunjuk Nya, sambil dzikrullah mengingat nama-Nya , menyebut
nama-nama Nya, mengagungkan Nya dengan petunjuk-petunjuk Nya.
Dzikiranya
harus dengan petunjuk-petunjuk Nya baik bacaan maupun dalam jumlah Dzikiranya,
atau kita dapat memahami difinisi mudahnya dengan Manembah kita bisa hubungan langsung dengan hati nurani kapan saja, di mana saja, sehinga kalau ada apa- apa tidak
bingung lagi tingal bertanya kepada Beliau (Gusti Allah SWT) lewat Nurani.
Untuk
menjaga koneksitas tersebut adalah dengan Dzikrullah dengan Petunjuk Nya, hati
kita jangan di biarkan kosong, harus terus komonikasi ,karena inti hidup adalah
keakraban denya- Nya.
Untuk
mengetahui ciri- ciri akrab adalah kita tidak bertanya sudah di kasih petunjuk,
langsung lewat nurani hati kita seiring seirama dengan- Nya. Untuk mencampai
proses Manembah awal adalah dibuka nuraninya agar bisa mendengar petunjuk-petunjukNya.
Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Ma'rifat
Secara
umum ada tiga prinsip dalam beragama Islam yang pokok yaitu Islam, Iman dan
Ihsan berdasarkan pada hadis sahih riwayat Muslim dari Umar bin Khattab yang
dikenal dengan hadits Jibril dimana menurut Sayyid Bakari, trilogi itu
merupakan kumpulan tahapan dan tingkatan yang saling terkait dalam mengamalkan
islam, lebih-lebih oleh seorang salik. Hal itu dikaitkan dengan percakapan
antara malaikat Jibril dan Rasulullah yang ringkasannya sebagai berikut :
Hai
Muhammad. Beritahukan kepadaku apa itu Islam.
Rasulullah
Saw berkata : Islam adalah Anda bersaksi tiada Tuhan yang disembah kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, tegakkan shalat, bayarkan zakat, puasa
di bulan Ramadhan, laksanakan haji jika Anda mampu berjalan ke sana.
Ia
berkata : Anda benar. Kami heran, ia bertanya kemudian ia membenarkan. Ia
berkata lagi : Beritahukan kepadaku apa itu Iman.
Rasul
menjawab : Anda percaya kepada Allah, MalaikatNya, kitan-kitabNya,
Rasul-rasulNya, hari Akhir, dan anda beriman kepada qadar baik dan buruk. Ia
menjawab : Anda benar.
Ia
berkata lagi : Beritahu aku apa itu Ihsan! Rasul berkata : Anda sembah Allah
seolah-olah melihatnya, dan jika Anda tidak dapat melihatnya, maka Ia pasti
melihatmu. (Fath al-Bari li Ibn Hajr, (125/1).
Sayyid
Bakari seperti ingin mengatakan, bahwa islam yang dimaksud dalam hadis tersebut
adalah syariat, iman adalah hakikat dan ihsan itu serupa ma'rifat, ketiga
jenjang ini pada dasarnya adalah pengejewantahan dari makna takwa. Maka untuk
mengamalkannya butuh tarikat dari seorang pembimbing (mursyid). Agar tidak
terjadi ketimpangan, maka ketiganya harus diterapkan secara keseluruhan, yakni
syariat, tarekat, dan hakikat untuk mencapai puncak makrifat (pengetahuan).
Syariat tanpa hakikat adalah kosong dan hakikat tanpa syariat adalah batal
serta tak berdasar.
Jika
dianalogikan, maka syariat itu ibarat perahu, tarekat adalah nahkodanya,
hakikat adalah pulau yang hendak dituju dari perjalanan itu, sementara ma'rifat
adalah tujuan akhir, yaitu bertemu dengan Sang Pemilik Pulau. Dengan demikian,
hakikat dan ma'rifat tak akan mampu dituju oleh salik, tanpa menggunakan perahu
dan melalui nahkoda. Karena itu menurut Sayyid Bakri, umat Islam tidak boleh
terkecoh untuk mudah meninggalkan syariat atas nama hakikat atau ma'rifat.
والمعنى
أن الطريقة والحقيقة كلاهما متوقف على الشريعة فلا يستقيمان ولا يحصلان إلا بها فالمؤمن
وإن علت درجته وارتفعت منزلته وصار من جملة الأولياء لا تسقط عنه العبادات المفروضة
في القرآن والسنة
Artinya
:
Maknanya,
tarekat dan hakikat bergantung pada (pengamalan) syariat. Keduanya takkan tegak
dan hasil tanpa syariat. Sekalipun derajat dan kedudukan seseorang sudah
mencapai level yang sangat tinggi dan ia termasuk salah satu wali Allah, ibadah
yang wajib sebagaimana diamanahkan dalam Al-Qur’an dan sunnah tidak gugur
darinya, (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya
wa Minhajul Ashfiya, Al-Haramain: tt, h. 12).
Sayyid
Bakri mencontohkan shalat tahajud Rasulullah SAW sehingga kedua kakinya
bengkak, karena aktivitas shalat malamnya semalam suntuk. Ketika ditanya,
“Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan mendatang?” Rasulullah
menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur ? Maksudnya
adalah kewajiban ibadah berlaku untuk memenuhi hak kehambaan dan hak syukur
atas nikmat. Para wali dengan derajat kewalian mereka tidak pernah keluar dari
batas kehambaan dan pihak yang menerima nikmat Allah, (Sayyid Bakri: 12). Jadi
shalatnya Rasullah ini adalah bagian ibadah yang bisa dilihat dari sisi
syariat.
Syariat dan Hakikat
Syariat
adalah wujud ketaatan salik kepada agama Allah dengan melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Syariah adalah sisi praktis dari ibadah dan muamalah dan
perkara-perkara ubudiyah. Tempatnya adalah anggota luar dari tubuh. Yang
mengkaji khusus ilmu syariah disebut fuqaha (ahli fiqih).
Menurut
Syekh Tajudin as-Subki, syariat adalah segala sesuatu yang ditanggungkan kepada
seorang hamba. Sedangkan hakikat adalah inti dan makna dari perkara tertentu.
Syariat berbasis fiqih, sementara hakikat berbasis iman. Dengan kata lain,
syariat adalah pengejawantahan dari perbuatan-perbuatan fiqih, yang digali dari
dalil-dalil secara terperinci (Tajudin as-Subki, kitab jam’u al-jawami’ 1/42)
Relasi
keduanya tak terpisahkan. Karena syariat harus diperkuat dengan hakikat dan
hakikat dibatasi oleh ketentuan hukum syariat. Sehingga, keberadaan syariat
seharusnya mampu mendorong komunikasi langsung syuhud antara seorang hamba dan
khalik tanpa perantara apa pun.
Ma'rifat dan Tarekat
Makrifat
adalah anugerah Allah pada kalangan Al-Arif (orang yang mencapai makrifat)
berupa ilmu, rahasia (asrar) dan lataif (kelembutan). Untuk mendapatkan
anugerah arifbillah ini, seorang salik tidak dapat begitu saja, tetapi, ia
harus menempuh jalan panjang yang berisi tingkatan-tingkatan. Jumlah maqam yang
harus dilalui oleh seorang sufi ternyata bersifat relatif. Artinya, antara satu
sufi dengan yang lain mempunyai jumlah maqam yang berbeda karena maqāmāt itu
terkait erat dengan pengalaman spiritual itu sendiri.
Yang
dimaksud maqam di sini ialah puncak pencapaian spiritual yang dapat dicapai
seseorang. Ibarat tangga yang mempunyai beberapa anak tangga, harus didaki para
pencari Tuhan (salik) melalui berbagai usaha. Dari anak tangga pertama hingga
puncak memerlukan perjuangan dan upaya spiritual, mujahadah dan riyadhah.
Anak-anak tangga (maqamat) tidak sama pada setiap orang atau setiap tarekat.
(Huda Darwis, At Tasawwuf wa Rasail an-Nur Li an Nursi, hal. 220).
Pencapaian maqam tertinggi yang di idamkan bagi seorang salik adalah ma'rifat, konsep ma'rifat ini bagi Abu Yazid al-Bustami dikenal dengan istilah Ittihad, bagi al-Hallaj dikenal dengan istilah hulul, bagi Al-Jilli disebut Insan al-Kamil, bagi Al-Ghazali disebut wushul dan bagi lbnu Arabi menyebutnya dengan istilah wahdat al-wujud.
Makrifat bisa dicapai dengan lamanya bermuamalah dengan Allah. Makrifat merupakan hasil dari sikap zuhud dan penyucian diri dan
ia tidak dapat dicapai kecuali dengan dzauq (rasa) dan wijdan (kekuatan batin)
(Lihat, Kamal Ja'far dalam Al-Tashawwuf, hlm. 200).
Sementara
tarekat adalah kesungguhan hati (mujahadah al-nafs) dan meningkatkan kualitas
karakter hati yang kurang menuju kesempurnaan dan naik dalam posisi
kesempurnaan dengan sebab ditemani oleh para mursyid. Tarikat adalah jembatan
yang menjadi perantara dari syariah menuju hakikat (As-Sayyid, Takrifat, hal.
94).
Sementara
bagi Imam Nawawi pokok-pokok tarikat adalah :
أصول
طريق التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية، واتباع السنة في الأقوال والأفعال،
الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار، الرضى عن الله في القليل والكثير، والرجوع
إِلى الله في السراء والضراء
Artinya
:
Pokok
tarekat tasawuf ada lima: takwa pada Allah dalam rahasia atau terang, mengikuti
sunnah dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk dari depan dan
belakang, rela pada pemberian Allah dalam sedikit atau banyak, kembali pada
Allah kala senang dan susah. (Imam Nawawi, Al-Maqashid fi Al-Tauhid wal Ibadah
wa Ushul Al-Tashawuf, hal. 20).
Menurutnya,
ulama salaf tidak keberatan dengan keberadaan tasawuf/tarekat terorganisir
dengan syarat tidak ada hal-hal yang berlawanan dengan 4 sumber syariah yaitu
Quran, Sunnah, ijmak dan qiyas. Imam Nawawi dalam Al-Maqashid fi Bayan Al-Aqaid
wa Ushul Al-Ahkam, hlm. 92, menjelaskan soal ini :
أصول
الدِّين أربعة : الكتابُ والسنُّة والإجماع والقياس المعتبران . وما خالف هذه الأربعة
فهو بدعةُ ومرتكبُه مُبتدع , يتَعَيَّنُ اجتنابه وزجرهُ . ومن المطلوب اعتقاد من علم
وعمل ولازم أدب الشريعة , وصحب الصّالحين . وأمّا من كان مسلوباً عقلهُ أو مغلوباً
عليه , كالمجاذيب , فنسلّم لهم ونفوّض إلى الله شأنهم , مع وجوب إنكار ما يقع منهم
مخالفا لظاهر الأمر , حفظاً لقوانين الشَّرع
Artinya
:
Pokok
agama ada empat : Al-Quran, hadits, ijmak dan qiyas yang muktabar. Adapun
sesuatu yang berlawanan dengan sumber yang empat ini maka bid'ah (yang sesat)
dan pelakunya adalah mubtadi' (ahli bid'ah) yang harus dijauhi. Dituntut untuk
meyakini ulama yang mengerti dan mengamalkan ilmunya dan komitmen pada aturan
syariah dan bersama kalangan orang soleh. Adapun orang yang rusak akalnya atau
gila, seperti orang yang jadzab, maka kami serahkan tingkah mereka pada Allah
serta wajib mengingkari pada yang terjadi pada mereka yang berlawanan dengan
zhahirnya guna menjaga aturan syariah.
Mursyid dalam Tarekat
Tujuan
tarekat adalah untuk mengenal Allah, sedangkan mursyid bertujuan untuk
membimbing atau mengarahkan orang untuk mengenalkan ilmu hakikat dan ma'rifat.
Mereaka tidak saja akan menjelaskan pentingnya ilmu ini dengan pemisalan yang
tinggi, tapi sekaligus sebagai teladan. Sandaran dalam bertarikat harus berguru
atau belajar secara langsung kepada orang yang telah ma'rifat, sebagaimana
Hadits Nabi Saw :
عن
دود عن ابن مسعود قال رسول الله ص م : كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ
فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ
Artinya
:
Sertakan
dirimu kepada Allah, jika kamu belum dapat menyertakan dirimu kepada Allah,
maka sertakanlah dirimu kepada orang yang telah beserta Allah, maka ia akan
menyampaikan kepada kamu pengenalan kepada Allah.” (H.R. Abu Dawud).
Berdasarkan
keterangan Hadits di atas bahwa kita harus menyertakan diri kepada orang yang
beserta Allah, artinya kita harus belajar secara langsung kepada orang yang
telah dapat serta Allah yang lazim disebut mursyid atau guru atau Syekh. Maka
tidaklah berlebihan jika Abu Yazid al-Busthami berpendapat bahwa : Barang siapa
yang menuntut ilmu tanpa berguru, maka syetan gurunya, pendapat tersebut
didasarkan pada Hadits Nabi Saw :
مَنْ
لاَشَيْخٌ مُرْشِدٌ لَهُ فَمُرْشِدُهُ الشَّيْطَانُ
Artinya
:
Barangsiapa
yang tiada Syekh Mursyid (guru) yang memimpinnya ke jalan Allah, maka syetanlah
yang menjadi gurunya.
Karena
pentingnya mursyid ini, seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin rahimahullah
mnengatakan :
إِنَّ
هَذَا العِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ
Artinya
:
Sesungguhnya
ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah dari siapa kalian mengambil
agama kalian.” (Riwayat Muslim).
Maka
wajar jika seluruh syekh tarekat tasawuf sepakat bahwa tak seorang pun boleh
mengajarkan dan memberikan bimbingan tentang hakikat, kecuali telah menguasai
syariat secara benar dan mendalam. Langkah ini pulalah yang ditekankan oleh
sejumlah tokoh tarekat terkemuka lainnya. Seperti Syekh Abu al-Hasan
as-Syadzlili, pendiri tarekat as-Syadziliyah. Barangsiapa yang kehilangan akar
tak akan berhasil mencapai puncak, kata imam as-Sya’rani sebagaimana dinukil
Sayid Bakari. (As-Sayid, Takrifat, hal. 95). Wallahu'lam bishawab.
MANEMBAH
KEJAWEN
Masyarakat
Kejawen memiliki cara panembah (menyembah Gusti Allah) bermacam-macam. Bagi
masyarakat Kejawen, tidak ada ketentuan ataupun cara tertentu dalam melakukan
Panembah marang Gusti Allah. Dalam melakukan Panembah, ada empat tataran
panembah yang ada. Hal itu bisa kita simak dari penggalan Kitab Wedhatama
sebagai berikut :
Samengko
ingsun tutur,
Sembah
catur supaya lumuntur,
Dhihin
raga cipta jiwa rasa karsa,
Ingkono
lamun ketemu,
Tandha
nugrahaning Manon.
Maknanya
:
Sekarang
aku jelaskan tentang empat macam sembah. Yaitu Sembah Raga, Sembah Cipta,
Sembah Jiwa dan Sembah Rasa. Disitu akan ketemu, tanda rahmatnya Gusti Allah.
Panembah
adalah berasal dari kata Sembah yang berarti kita mempersembahkan sesuatu.
Tetapi
yang terjadi sekarang ini justru kita melakukan sembahyang atau shalat memiliki
arti yang berbeda.
Apa
perbedaannya ?
Ketika
kita melakukan sembahyang atau shalat, maka kita bukan mempersembahkan sesuatu
pada Gusti Allah, tetapi kita justru meminta.
Tidak
ada persembahan.
Sembah Raga.
Sembah
raga bisa juga disebut dengan sembah sarengat (syariat) yang mengutamakan
gerakan raga dengan cara yang sudah ditentukan, disertai dengan doa baik dengan
suara yang dapat didengar orang lain maupun ucapan di dalam batin yang tidak
terdengar.
Dalam
serat Wedhatama dijelaskan :
Sembah
Raga puniku
Pakartining
wong amagang laku
sesucine
asarana saking warih
Kang
wus lumrah limang wektu
Wantu
wataking wawaton
Maknanya
:
Sembah
raga itu, pengertiannya orang yang sedang laku, caranya mensucikan diri dengan
air, yang lumrah adalah lima waktu, cara-caranya sudah ditentukan)
Sembah
raga ini dimaksudkan untuk membersihkan diri dengan latihan tertentu khususnya
latihan jasmani. Semua itu merupakan tahap awal yang harus dilewati oleh seorang
pencari kebenaran.
Sembah Cipta
Panembah
dengan cara ini adalah mendekatkan diri dengan menggunakan sarana ciptanya.
Yang dimaksud dengan sembah cipta adalah menghentikan ciptanya supaya menjadi
tenang. Caranya adalah dengan berdiam diri, dan berusaha menghentikan ciptanya.
Berhentinya cipta seorang manusia itu disebut heneng yang memiliki arti meneng
(diam dan tenang).
Mengapa
gerakan cipta harus dihentikan? Karena daya cipta manusia merupakan aling-aling
(tabir penyekat yang menghalangi manusia dengan dunia ghaib). Dengan
menghentikan cipta maka akan terbukalah tabir penyekat tersebut yang
memungkinkan manusia masuk ke alam ghaib untuk mendekat pada Gusti Allah.
Sembah Rasa
Sembah
rasa biasa juga disebut sembah kalbu. Rasa manusia itu ada tiga yaitu rasa
luar, rasa dalam, dan rasa sejati. Rasa luar adalah rasa yang terdapat pada
kulit kita. Misalnya, rasa sakit, rasa panas yang kita rasakan pada kulit kita.
Sedangkan rasa dalam, adalah rasa yang ada dalam diri kita. Misalnya, rasa
marah, rasa senang dan lain-lain. Sementara rasa sejati adalah rasa yang dapat
menerima dan mengerti aneka macam keghaiban.
Apa
saja yang bisa terjadi dalam tataran sembah rasa tersebut? Hal itu bisa disimak
dari serat :
Keleme
mawa emut,
Lalamatan,
Jroning
alam kanyut,
Sanyatane
iku kenyataan kaki,
Sejatine
yen tan emut
Sayekti
tan bisa amor.
(Tenggelamnya
dengan selalu ingat, sayup-sayup, berada dalam alam hanyut, kebenarannya itulah
kenyataannya, Sejatinya kalau tidak ingat, maka tidak akan bisa bertemu (dengan
Gusti Allah)
Panembah
rasa ini bisa disebut berhasil jika berada pada tingkat heneng-hening dan dapat
mempertahankan kesadaran untuk masuk ke alam ghaib Gusti Allah. Jika sudah
begitu, maka juga bisa disebut sumusuping rasa jati (menyusupnya rasa sejati).
Hal
itu bisa disimak dari tembang pangkur berikut ini:
Tan
Samar Pamoring Suksma,
Sinuksmaya
winahyua ingasepi,
sinimpen,
telenging kalbu,
Pambukaning
warana,
Tarlen
saking liyep-layaping ngaluyup,
Pindha
pesathing supena,
Sumusuping
rasa jati.
(Bisa
melihat pamornya suksma, yang terlihat maya dan bisa dilihat di dalam sepi,
tersimpan dalam dasar kalbu, Pembukaannya lantaran rasa yang liyep yang mirip
mengantuk, seperti melesatnya rasa, menyatu dengan rasa sejati)
Namun
dalam tataran sembah rasa tersebut, apabila sudah muncul rasa kantuk yang amat
sangat maka hendaknya si pelaku spiritual tetap “eling lan waspada”. Artinya,
jika rasa ngantuk tersebut dibiarkan, maka kita akan langsung tertidur pulas
dan gagallah upaya untuk mendekat pada Gusti Allah.
Sembah Jiwa
Bagi
siapa saja yang sudah bisa melakukan sembah jiwa maka jiwa/suksma manusia
tersebut dapat lepas dari raga atau jasmaninya. Peristiwa ini di kalangan
masyarakat Kejawen disebut “Ngrogoh Sukmo” atau “Mati Sakjroning urip”. Dalam
tataran tersebut maka kedekatan hamba dengan Gusti Allah sudah boleh dikatakan
dekat. Yang ada hanya rasa nikmat yang tiada taranya. Seperti diungkapkan Syech
Siti Jenar bahwa rasa nikmatnya melebihi rasa bersenggama.
Apa si manfaat yang dapat di peroleh dengan
manembah, manfaatnya banyak sekali di antaranya :
1.
Kenyamanan,
ketenangan akan mudah di capai. Dalam nyaman dan tenang tersebut akan mudah
mendapat jalan keluar, ide ,solusi akan suatu masalah, percerahan hidup dan
lainnya.
2.
Kemudahan
dalam beribadah (hubungan bervertikal dengan sang Pencipta ) dan berhorisoltal
atau (Hablum Minannas).
3.
Dibuka
Rejeki dari arah yang tidak disangka- sangka dan di cukupkan rejekinya. Dengan
kita lebih akrab dengan-Nya otomatis dimudahkan dengan segala ciptaan dan
pengatura-Nya dan manfaat yang tidak kalah menariknya adalah mendapatkan ilmu
laduni (ilmu yang langsung di berikan oleh-Nya.
Sembahyang
memasrahkan diri kita pada Yang Maha Esa ( bukan Shalat karena Kejawen lahir
sebelum Islam, Islam mengggunakan kejawen untuk persebaran agamanya artinya
dioleah oleh para wali itu untuk kepentingan syiar. Apa perbedaannya? Ketika
kita melakukan sembahyang atau shalat, maka kita bukan mempersembahkan sesuatu
pada Allah , tetapi kita justru meminta melulu. Tidak ada persembahan)
(Menyembang
kepada Gusti (Tuhan) yang membuat Dunia seisinya)
Masyarakat
Kejawen memiliki cara panembah (menyembah Gusti Akaryo Jagad) bermacam-macam.
Bagi masyarakat Kejawen, tidak ada ketentuan ataupun cara tertentu dalam
melakukan Panembah marang Gusti Akaryo Jagad. Dalam melakukan Panembah, ada
empat macam panembah yang ada.
Hal
itu bisa kita simak dari penggalan Kitab Wedhatama sebagai berikut :
Samengko
ingsun tutur,
Sembah
catur supaya lumuntur,
Dhihin
raga cipta jiwa rasa karsa,
Ingkono
lamun ketemu,
Tandha
nugrahaning Manon.
(Sekarang
aku jelaskan tentang empat macam sembah. Yaitu Sembah Raga, Sembah Cipta, Sembah
Jiwa dan Sembah Rasa. Disitu akan ketemu, tanda rahmatnya GustiAkaryo Jagad,Gusti
Ingkang Moho Kuwoso dudu Rojo nanging gusti kang maringin urip lan Mati)
Panembah
adalah berasal dari kata Sembah yang berarti kita mempersembahkan sesuatu.
Tetapi yang terjadi sekarang ini justru kita melakukan sembahyang.Sembahyang
artinya mepersembahkan kehidupan kita jiwa raga kita dipasrahkan kepada Gusti
Akaryo Jagad lan saisine(seisinya) bukan meminta minta layaknya anak kecil jadi
Sembahyang memasrahkan diri kita pada Yang Maha Esa ( bukan Shalat karena
Kejawen lahir sebelum Islam, Islam mengggunakan kejawen untuk persebaran
agamanya artinya diolah oleh para wali itu untuk kepentingan syiar. Apa
perbedaannya? Ketika kita melakukan sembahyang atau shalat, maka kita bukan
mempersembahkan sesuatu pada Gsti Akaryo Jagad , tetapi kita justru meminta
melulu. Tidak ada persembahan.)
TATA
CARA MANEMBAHPUN SANGAT SEDERHANA
1.
Yakin
dan percaya adanya Sang Hyang Maha Kuasa serta bersikap sopan ketika
manembahNya.
2.
Pakaian
tidak menjadi persoalan asal bersih dan sopan serta dapat membuat raga yaman
untuk manembah. Kecuali pada saat-saat upacara kita mengikuti perintahNya.
3.
Suasana
manembah dalam keadaan hening lahir maupun batin.
4.
Manembah
tidak ditentukan arah, karena Sang Hyang Maha Kuasa ada dimana-mana. Muka atau
wajah menyentuh tanah, ubin, rumput dan tanpa alas.
Alas
mengurangi rasa bakti kita kepada Sang Hyang Maha Kuasa, sebaiknya waktu
manembah disaat kita menjelang tidur karena disaat-saat itulah manusia rilek
dan punya waktu yang terbaik untuk manembah, tetapi jika punya waktu lain
selain menjelang tidur apabila mau dipakai manembah juga tidak ada persoalan.
ATURAN
MANEMBAH
Kosongkan
pikiran, pasrahkan segala-galanya kepada Sang Hyang Maha Kuasa, hilangkan
segala prasangka baik yang baik, maupun yang buruk dan yang ada adalah rasa
pasrah, tenang, terang dan tidak ada beban apapun juga.
Waktu
manembah jangan diikuti dengan permohonan sesuatu kepada Sang Hyang Maha Kuasa,
karena pada hakekatnya memohon sama artinya dengan memerintah Sang Hyang Maha
Kuasa.
Permohonan
dapat dilakukan disetiap saat diluar waktu manembah, karena itu janganlah waktu
manembah dikotori dengan permohonan apapun.
ARAH
MANEMBAH
Sang
Hyang Maha Kuasa berada dimana-mana, maka kemanapun kita menghadap disitu
pulalah Sang Hyang Maha Kuasa berada.
Kita
tidak perlu ragu menghadap Sang Hyang Maha Kuasa dan dalam keadaan bagaimanapun
juga, karena Sang Hyang Maha Kuasa dimana saja tetap melindungi kita, karena
itu mendekatlah kepada Sang Hyang Maha Kuasa, kemanapun arah menghadap.
Kita
dapat manembah karena Sang Hyang Maha Kuasa ada dimana-mana tanpa mengenal
batas waktu dan tempat, tetapi meskipun demikian kita dapat menentukan tempat
yang layak dan pantas menurut akal pikiran sehat kita untuk digunakan sebagai
tempat manembah.
Banyak
titah manusia memohon dengan cara yang keliru aturannya dan bahkan terbalik,
bukannya memohon tetapi justru memerintah Sang Hyang Maha Kuasa.
TATA
CARA MANEMBAH
Dibaca
dalam hati/batin dan menghadap kemana saja tidak ada masalah :
Sukma,
Jiwa, Raga, Dunia (Saudara empat) dan Tanah, Air, Api, Angin, Matahari (Lima
Pancer), menyatulah dalam kehidupan saya, marilah kita bersama-sama menghadap
kepada Sang Hyang Maha Kuasa.
Sang
Hyang Maha Kuasa, Sukma, Jiwa Raga, Dunia, saya haturkan kembali.
(dibaca
sekali saja saat manembah dan dapat juga dibaca sekali lagi sebagai tambahan
sebelum tidur, cukup didalam hati saja).
SIKAP
MANEMBAH
Sikap
manembah, duduk bersila kedua tangan ditaruh didepan hidung (sebagaimana orang
sikap orang menyembah), dalam sikap manembah tersebut kemudian baca ,
Sukma,
Jiwa, Raga, Dunia (Saudara empat) dan Tanah, Air, Api, Angin, Matahari (Lima
Saudara Pancer), menyatulah dalam kehidupan saya, marilah kita bersama-sama
menghadap kepada Sang Hyang Maha Kuasa.
Sang
Hyang Maha Kuasa, Sukma, Jiwa, Raga, Dunia, saya haturkan kembali.
(Dibaca
sekali didalam hati,bacaan ini juga dapat dibaca sekali lagi sebagai tambahan
sebelum tidur, cukup didalam hati dan sekali saja).
SIKAP
BENAFAS
Semula
bernafas sebagaimana layaknya orang bernafas
Setelah
tenang, baru tarik nafas kemudian ditahan sekuat mungkin tetapi tidak
memaksakan diri
Sikap
menahan nafas diulang kembali untuk beberapa kali, dan tetap tidak boleh
memaksakan diri
Setelah
tenang dan longgar lepaskan nafas kemudian ditahan sekuat mungkin tetapi tidak
boleh memaksakan diri, sikap ini diulang-ulang minimal 5 kali dan boleh lebih
asalkan tidak memaksakan diri
Setelah
itu kembali bernafas sebagaimana sikapnya orang bernafas pada umumnya dengan
sikap tetap hening.
WAKTU
ATAU SAAT MANEMBAH
Waktu
atau saat manembah, dapat dilakukan sewaktu-waktu, tetapi meskipun waktunya
tidak ditentukan, sebaiknya waktu atau saat manembah yaitu menjelang tidur,
karena disaat itulah waktu terbaik bagi manusia untuk berserah dan manembah pada
Sang Hyang Maha Kuasa, meskipun demikian anda dapat memilih waktu sendiri yang
anda anggap paling baik dan paling tenang.
LAMANYA
WAKTU MANEMBAH
Manembah
bukan pamer adu kekuatan atau pamer kebaikan, karena itu secukupnya sajalah,
janganlah manembah seperti orang mabuk, karena “Sang Hyang Maha Kuasa tidak
gila hormat”.
PERLU
SAYA ULANGI
Jangan
memohon apapun waktu manembah, memohonlah apa saja setelah menembah,tapi ingat
kita hanya memohon bukan memerintah Sang Hyang Maha Kuasa.
MENGAPA
HANYA DALAM HATI SAJA
Yang
pasti, badan atau raga kita termasuk bibir tidak ikut menghadap Sang Hyang Maha
Kuasa. Sukma kita telah terisi oleh rekaman-rekaman yang kita baca dalam hati
tersebut sewaktu manembah.
Tanda-tanda
kedekatan kita dengan Sang Hyang Maha Kuasa
Apabila
kita rajin manembah dan olah pernafasan, maka Indra ke 6 kita akan dapat
merasakan atau menangkap Dhawuh/Wahyu dari Sang Hyang Maha Kuasa.
Indra
ke 6 kita akan dapat merasakan atau akan memperoleh wisik sebelum sesuatu kejadian
yang pada umumnya disebut waskito atau weruh sadurunge winarah, artinya
mengetahui sebelum kejadian.
Perlu
diperhatikan untuk manembah dan olah pernafasan sebaiknya jangan
berlebih-lebihan atau ingin segera memperoleh kelebihan indra ke 6.
Berlakulah
wajar-wajar saja artinya tidak memaksakan diri dan jangan memakan waktu yang
terlalu lama waktu manembah karena sikap yang berlebih-lebihan akan
mendatangkan kerugian dirinya sendiri.
Bersabarlah
dalam manembah dan olah pernafasan karena, Sang Hyang Maha Kuasa akan tahu
kapan waktu yang tepat dan baik untuk menganugrahi ketajaman indra ke 6 anda,
dan yang terpenting jangan memaksakan diri agar tidak mendatangkan kerugian
diri anda sendiri, dan jangan mengharap memperoleh ketajaman indra ke 6 anda. Karena
maksud manembah dan olah pernafasan adalah berserah diri pada Sang Hyang Maha
Kuasa, bukan untuk memperoleh kelebihan indra ke 6.
Ketajaman
indra ke 6 dengan sendirinya akan dianugrahkan pada titah yang berserah diri
dan tidak mengharapkan apapun kecuali berserah diri sewaktu manembah.
Ingat
tujuan manembah adalah untuk berserah diri, bukan untuk memperolah ketajaman
indra ke 6 / mengharapkan menjadi waskito (Tahu sebelum kejadian).
Kulup Kinasihingsun
Ing
Aran Manembah Kuwi Kudu Meruhi Kang Sinembah,
Tanpo
Guno Lamun Siro Manembah Ning Tan Meruhi Kang Siro Sembah.
Kang
Mengkono Kuwi Kang Aran Nyembah Angen Angen.
(Anaku
Yang Kusayangi,
Yang
Menyembah Itu Harus
Harus
Mengetahui Yang
Disembah,
Tiada
Berguna Sama Sekali,
Jika
Engkau Menyembah Tapi
Tidak
Tahu Yang Engkau
Sembah.
Yang
Seperti Itu Yang Disebut
Nyembah
Angen Angen.)
Ngertenono
Sejatining Gusti Dzat Maula Kuwi Adoh Tanpo Jarak, Cedak Tanpo Sesenggolan.
Mung
Gusti Kang Ngliputi Sakabehing Kahanan, Alam
Kabeh.
(Pahami
Dengan Sebenar
Benarnya,
Sesungguhnya
Gusti
AllohbTa'ala/ Gusti
Pengeran
Dzat Maula/
Sanghyang
Widhi/ Disebut
Dengan
Sebutan Apapun, Itu
Jauh
Namun Tidak Berjarak,
Dekat
Namun Tidak
Bersentuhan.
Hanya
Dia Yang Meliputi
Segala
Sesuatu, Seluruh
Semesta
Alam).
Kata Bijak Bahasa Jawa Berhubungan dengan Tuhan
1.
Gusti
iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan.
(Tuhan itu dekat meski tubuh kita tidak
dapat menyentuhnya, jauh tiada batasan).
2.
Mohon,
mangesthi, mangastuti, marem.
(Selalu meminta petunjuk Tuhan untuk meyelaraskan
antara ucapan dan perbuatan agar dapat berguna bagi sesama).
3.
Ala
lan becik iku gegandhengan, Kabeh kuwi saka kersaning Pangeran.
(Kebaikan dan kejahatan ada
bersama-sama, itu semua adalah kehendak Tuhan).
4.
Golek
sampurnaning urip lahir batin lan golek kusumpurnaning pati.
(Kita bertanggung jawab untuk mencari
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat).
5.
Urip
kang utama, mateni kang sempurna.
(Selama hidup kita melakukan perbuatan
baik maka kita akan menemukan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya).
6.
Tresna
kanggo manungsa mung amerga katresnane marang Gusti Allah sing Nyipta'aken
manungsa,
(Cinta kepada seorang manusia hanya
dikarenakan kecintaan kepada Allah Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan
manusia).
7.
Gusti
Allah paring pitedah bisa lewat bungah, bisa lewat susah. (Allah memberikan
petunjuk bisa melalui bahagia, bisa melalui derita)
8.
Gusti
paring dalan kanggo uwong sing gelam ndalan.
(Tuhan memberi jalan untuk manusia yang
mau mengikuti jalan kebenaran).
9.
Natas,
nitis, netes.
(Dari Tuhan kita ada, bersama Tuhan kita
hidup, dan bersatu dengan Tuhan kita kembali).
10. Kawula
mung saderma, mobah-mosik kersaning hyang sukmo.
(Lakukan yang kita bisa, setelahnya
serahkan kepada Tuhan).
Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Kehidupan
1.
Sak
apik-apike wong yen awehi pitulung kanthi cara dedemitan.
(Sebaik-baiknya orang adalah yang memberi
pertolongan secara sembunyi-sembunyi).
2.
Sabar
iku ingaran mustikaning laku.
(Bertingkah laku dengan mengedepankan
kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam sebuah kehidupan).
3.
Yen
urip mung isine isih nuruti napsu, sing jenenge mulya mesti soyo angel ketemu.
(Jika hidup masih dipenuhi dengan nafsu untuk
bersenang-senang, yang namanya kemulyaan hidup akan semakin sulit ditemukan).
4.
Ngapusi
kui hakmu. Kewajibanku mung etok-etok ora ngerti yen mbok apusi.
(Berbohong itu hakmu. Kewajibanku hanya
pura-pura tidak tahu kalau kamu berbohong).
5.
Witing
tresno jalaran soko kulino. Witing mulyo jalaran wani rekoso.
(Bahwa cinta itu tumbuh lantaran ada
kebiasaan, kemakmuran itu timbul karena berani bersusah dahulu).
6.
Manungsa
mung ngunduh wohing pakarti.
(Kehidupan manusia baik dan buruk adalah
akibat dari perbuatan manusia itu sendiri).
7.
Urip
iku terus mlaku, bebarengan karo wektu, sing bisa gawa lakumu, supaya apik
nasibmu.
(Hidup itu terus berjalan, bersamaan
dengan waktu, yang bisa membawa tingkah lakumu, biar nasibmu baik).
8.
Aja
dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing
bisa lan pinter rumangsa.
(Jangan jadi orang yang merasa bisa dan merasa
pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa).
9.
Aja
mbedakake marang sak sapadha-pada.
(Hargai perbedaan, jangan
membeda-bedakan sesama manusia).
10.
Ambeg
utomo, andhap asor.
(Selalu menjadi yang utama tetapi selalu
rendah hati).
Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Arti Kehidupan
1.
Memayu
hayuning bawana.
(Menghiasi alam semesta).
2.
Gusti
Allah mboten sare.
(Tuhan tidak pernah tidur).
3.
Nek
Wes Onok Sukurono, Nek Durung Teko Entenono, Nek Wes Lungo Lalekno, Nek Ilang
Iklasno.
(Kalau sudah punya itu disyukuri, kalau
belum datang ya dinanti, kalau sudah ditinggal pergi lupakan, kalau hilang
ikhlas kan).
4.
Kudu
semangat masio gak ono sing nyemangati.
(Harus Semangat Walau Tidak Ada yang
Kasih Semangat).
5.
Meneng
widara uleran.
(Terlihat baik namun sebenarnya buruk).
6.
Nek
wes niat kerjo iku, ojo golek perkoro, nek wes diniati golek rejeki iku ora
usah golek rai.
(Kalau sudah mendapatkan pekerjaan itu
jangan cari perkara, kalau sudah diniati cari rezeki itu tidak usah cari muka).
7.
Urip
iku koyo kopi, yen ndak iso nikmati rasane panggah pait.
(Hidup itu bagaikan secangkir kopi, Jika
kalian tidak bisa menikmatinya yang dirasakan hanyalah pahit).
Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Cinta
1.
Gusti
yen arek iku jodohku tulung cedakaken, yen mboten jodohku tulung jodohaken.
(Tuhan jika orang itu adalah jodohku
tolong dekatkanlah, dan jika bukan tolong jodohkanlah).
2.
Uwong
duwe pacar iku kudu sabar ambek pasangane. Opo meneh sing gak duwe.
(Orang yang punya pacar itu harus
bersabar dengan pasangan yang dimilikinya. Apalagi yang tidak punya).
3.
Arek
lanang iku kuoso milih, arek wadon kuoso nolak.
(Anak laki-laku bebas memilih, anak
perempuan bebas menolak).
4.
Move
on kuwi dudu berusaha nglalekke ya, tapi ngikhlaske lan berusaha ngentukke sing
luwih apik luwih seko sing mbiyen-mbiyen.
(Move on itu bukan berusaha melupakan
ya, tetapi mengikhlaskan dan berusaha mendapatkan yang lebih baik dari
sebelum-sebelumnya).
5.
Mbangun
kromo ingkang satuhu, boten cekap bilih ngagem sepisan roso katresnan.
Hananging butuh pirang pirang katresnan lumeber ning pasangan uripmu siji kui.
(Pernikahan yang sukses tidak membutuhkan
sekali jatuh cinta, tetapi berkali-kali jatuh cinta pada orang yang sama).
6.
Akeh
manungsa ngrasakaken tresna, tapi lalai lan ora kenal opo kui hakekate atresna.
(Banyak manusia merasakan cinta, namun
mereka lupa tidak mengenal hakikat cinta sebenarnya).
7.
Iso
nembang gak iso nyuling, iso nyawang gak iso nyanding.
(Bisa bernyanyi tidak bisa bermain
seruling, bisa melihat tidak bisa mendampingi).
8.
Ben
akhire ora kecewa, dewe kudu ngerti kapan wektune berharap lan kapan wektune
kudu mandeg.
(Agar akhirnya tidak kecewa, kita harus
mengerti kapan waktunya berharap dan kapan waktunya harus berhenti).
9.
Jarene
wes ikhlas de'e karo sing liyo, kok iseh ngomong 'Nek Tuhan ra bakal mbales,
karma sing mbales.' Mbok wes meneng wae luwih apik.
(Katanya sudah ikhlas dia dengan yang
lain, kok masih bilang 'Kalau Tuhan enggak akan membalas, karma yang balas.'
Sudah diam saja lebih baik).
10.
Nek
jenenge sayang kuwi kudune ra nuntut pasangane dinggo 'dadi wong liyo' mung
mergo kekurangane." (Kalau namanya sayang itu harusnya enggak menuntut
pasangannya dipakai 'milik orang lain' hanya karena kekuranngannya).
Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Sahabat
1.
Dudu
sanak, dudu kadang, yen mati melu kalangan.
(Bukan keluarga, bukan saudara, jika
meninggal ikut kehilangan).
2.
Guyon
ora popo, sing penting ojo jotos-jotosan, yo!
(Bercanda tidak apa-apa, yang penting jangan
hantam-hantaman, ya!).
3.
Teman
Jadi Cinta. Sampek kegowo turu, ngimpi ngusap pipimu. Tansah nyoto keroso konco
dadi tresno.
(Teman jadi cinta sampai terbawa tidur,
mimpi mengusap pipimu. Seperti kenyataan terasa seperti teman jadi cinta).
4.
Kadang
lathi iso gawe loroning ati.
(Kadang lidah bisa membuat sakit hati).
5.
Gak
usah macak sok polos ndek ngarepku. Lek kenyataane sikapmu koyok asu.
(Tidak perlu pura-pura polos di depanku.
Kalau kenyataannya sikapmu seperti anjing).
6.
Nek
ngomong ojo dhuwur-dhuwur. Ngko lambemu kesampluk pesawat.
(Kalau berbicara jangan tinggi-tinggi,
nanti mulutmu tersambar pesawat).
7.
Ngaku
konco kok gur pengen nunut mulyo. Pas konco ciloko malah lungo.
(Mengaku teman tapi hanya ingin numpang
tenar. Ketika teman ada masalah malah pergi).
8.
Ra
sah ngaku konco kenthel nek pas awor aku atimu isih grundel.
(Tidak perlu mengaku teman kalau ketika
bertemu hatimu masih mengganjal).
9.
Ampun
mbedakakekn marang lintune.
(Jangan membeda-bedakan sesama, hargai
perbedaan).
10.
Ojo
dadi kacang kang lali karo kulite.
(Janganlah jadi orang yang melupakan
pengorbanan dan bantuan orang lain).
Kata Bijak Bahasa Jawa Lucu
1.
Uripmu
koyo wit gedhang duwe jantung tapi ora duwe ati.
(Hidupmu seperti pohon pisang, punya jantung
tetapi tak punya hati).
2.
Nek
ngomong ojo manis-manis, mundak cangkeme dirubung semut.
(Kalau bicara jangan manis-manis, nanti
mulutnya diserbu semut).
3.
Sing
wis lunga lalekno, sing durung teko entenono, sing wis ono syukurono.
(Yang sudah pergi lupakanlah, yang belum
datang tunggulah dan yang sudah ada syukurilah).
4.
Niat
kerjo, ora golek perkoro. Niat golek rejeki, ora golek rai. Ora balapan, opo
maneh ugal-ugalan.
(Niat bekerja, bukan cari perkara. Niat
mencari rejeki, bukan cari perhatian belaka. Bukan balapan, apalagi
ugal-ugalan).
5.
Kacang
iku gurih, tapi nek dikacangin iku perih.
(Kacang itu gurih, tapi kalau dikacangin
itu perih).
6.
Waktu
adalah uang. Yen kancamu mbok jak dolan raono wektu, brarti wonge lagi ra duwe
duit.
(Waktu adalah uang. Kalau temanmu tidak
ada waktu untuk diajak jalan, artinya dia sedang tidak punya uang).
7.
Kadang
mripat iso salah ndelok, kuping iso salah krungu, lambe iso salah ngomong, tapi
ati ora bakal iso diapusi.
(Terkadang mata bisa salah melihat,
telinga bisa salah mendengar, mulut bisa salah mengucap, tetapi hati tak bisa
dibohongi dan membohongi).
8.
Nek
dipikir suwi suwi iku loro, nek dirasake yo tambah loro, loro tambah loro,
papat.
(Kalau dipikir lama-lama sakit, kalau
dirasakan tambah sakit, dua tambah dua, empat).
9.
Dosa
sing paling menyedihkan iku dosambat ora duwe duit.
(Dosa yang paling menyedihkan adalah
pada sambat tidak punya duit)
Kata Bijak Bahasa Jawa Bikin Tertawa
1.
O,
kowe ngiri karo aku? Yowes nek ngono aku ngalah. Aku tak nganan.
(Oh, kamu iri sama aku? Kalau begitu aku
mengalah saja. Aku tak ke kanan).
2.
Nek
pacarmu ora gelem masang fotomu, mungkin wonge isin karo raimu.
(Kalau pacarmu tidak mau pasang fotomu,
mungkin dia malu terhadap wajahmu).
3.
Truk
wae duwe gandengan, mosok kowe ora duwe gandengan?
(Truk saja punya pasangan, masak kamu
enggak punya pasangan?).
4.
Mending
alon-alon tapi seng penting move on.
(Mending pelan-pelan tetapi yang penting
bisa move on).
5.
Mergo
seng gaene ngekeki cokelat bakal kalah karo seng ngekeki seperangkat alat
sholat.
(Karena yang memberi cokelat akan kalah
dengan orang yang memberikan seperangkat alat salat).
6.
Yen
tak sawang sorote mripatmu, ketoke kowe arep nembung utang karo aku.
(Kalau aku lihat sorot matamu,
sepertinya kamu akan berhutang padaku).
MOVE ON
Move on adalah serapan dari bahasa
inggris yang bengartikan pindah, tapi banyak orang yang mengasumsikan kata move
ini dengan arti yang berbeda, seperti pindah kelain hati,pindah ke lingkungan
lain, melupakan kenangan yang buruk dari masa lalunya. Tergantung siapa yang
menggunakan kata ini.Move on ini bersifat general, tidak selalu tentang masalah
percintaan tergantung orang mengartikannya.
Biasanya yang mengartikan move on ini
kedalam masalah percintaan adalah kalangan remaja, remaja SMP sampai kuliah. Karena
dalam usia ini remaja terbilang masih ababil kalau bahasa jaman sekarang. Sudah
banyak cerminan yang ada, ya contohnya sudah putus dengan pacarnya tapi masih
belum bisa melupakannya. Ini memang kejadian yang sering terjadi pada usia ini.
Biasanya temannya menyarankan utuk move on atau pindah kelain hati atau membuka
diri untuk menerima cinta dari pasangan yang lain.
Disamping itu, banyak sekali kasus yang
lain, seperti anak SMA yang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baru di
universitas. Nah arti dari move on ini bisa dengan adaptasi.
Move on ini bisa di artikan dengan
banyak kata. Tapi yang paling penting adalah bagaimana cara move on.
Berikut ini adalah cara bagaimana kita
bisa move on :
1.
Yang
paling utama adalah ikhlas atau menerima kenyataan.
2.
Membuka
diri dengan situasi atau status yang baru.
3.
Terakhir
enjoy your life, karena hidup itu hanya sekali. Manfaatkanlah waktu sebaik
mungkin.
Ada banyak cara bisa digunakan selain
cara diatas ini. Tapi yang pasti untuk bisa move on itu harus berasal dari diri
sendiri. Karena kita adalah pemain utama dari kehidupan.Biasanya yang menyuruh
untuk move on adalah orang terdekat.Percuma mereka menggembor-gemborkan atau
menyuruh kita untuk move on tapi dari dalam diri sendiri tidak ada niat dan
tekad yang kuat untuk melakukannya.
Tapi berbeda dengan kasus yang satu ini.
bila anda tidak bisa melupakan kenangan buruk dalam hidupnya. Itu hal yang
sangat sulit. Karena orang tersebut akan dihantui terus menerus, mungkin selama
hidupnya.
Cara yang paling ampuh adalah meyakinkan
diri sendiri untuk selalu berfikir positif dan mendoktrin pada pikiran kita,
bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi lagi.