LEGENDA RADEN KAMANDAKA
(Lutung Kasarung)
Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah Kerajaan Pajajaran, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya. Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra yaitu:
1. Banyak Cotro.
2. Banyak Ngampar.
Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal.
Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran. Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu :
1. Banyak Blabur.
2. Dewi Pamungkas.
Pada suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia.
Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah :
1. Untuk memerintahkan Kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu.
2. Untuk memerintahkan Kerajaan seorang raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya, sedangkan Banyak Cotro belum kawin.
Banyak Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu dengan seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencaari putri yang menjadi idamannya. Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana. Pendeta itu ialah Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai.
Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu harus melepas dan menanggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran Raden Kamandaka. Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu ke arah Timur, maka sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir Luhur. Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua tidak mempuunyai anak, maka Radenn Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat Patih Reksonoto merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksonoto saangat mencintainya.
Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah Adi Pati Kanandoho. Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka, dan Putri inilah yng sedang dicari oeh Raden Kamandaka. Suatu kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa.
Pada waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di kali Logawa, tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah mengikutinya dari belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat bertemu dengan Dewi Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta. Atas permintaan dari Dewi Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam harinya untuk dating menjumpai Dewi Ciptoroso di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur tempat Dewi Ciptoroso berada. Benarlah pada malam harinya Raden Kamandaka dengan diam-diam tanpa ijin patih Resonoto, ia pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang sudah rindu menanti kedatangan Raden Kamandaka.
Namun keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren Bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa di daalam taman adaa pencuri yang masuk. Hal ini kemu kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho. Menanggapi laporan ini, maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan praajuritnya untuk menangkap peencuri tersebut. Karena kesaktian daan ilmu ketangkasan yang dimiliki oleh Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur.
Sebelum Raden Kamandaka lolos dari Taman Kaputren, ia sempat mengatakan identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari Patih Reksonoto. Hal ini di dengar oleh prajurit, dan melaporkan kepada Adipatih Kandandoho. Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil dan harus menyerahkan putranya . Perintah ini dilaksanakan oleh Patih Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehingga dengan siasat dari Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari daan selamat daaripengejaran para prajurit. Raden Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit yang mengejar dilaporkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah mati didalam sungai. Mendengar berita ini Adipatih Kandandoho merasa lega dan puas.
Namun sebaliknya Dewi Ciptoroso yang setelah mendengar berita itu sangatlah muram dan sedih. Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah dengan seorang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya, Raden Kamandaka dan Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang janda miskin di desa tersebut. Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Reksonoto mempunyai ayam jago yang bernama Mercu. Pada setiap penyabungan ayam Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam.
Hal ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho menjadi marah dan murka. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menagkap hidup atau mati Raden Kamandaka . Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku dirinya bernama Silihwarni yang akan mengabdikan diri kepada Pasir Luhur, maka ia permohonannya diterima, tetapi asalkan ia harus dapat membunuh Raden Kamandaka. Untuk membuktikannya ia harus membawa darah dan hati Raden Kamandaka. Sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah Banyak Ngampar Putra dari kejajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari Raden Kamandaka.
Ia oleh ayahnya Prabu Silihwarni ditugaskan untuk mencari saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian seperti rakyat biasa. Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur, maka ia pun pergi ke sana. Setelah Silihwarni menerima perintah dari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam.
Ditempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwarni berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kerinduan kepada kekasihnya. Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwrni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka , iapun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya. Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka iapun istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu di berinya nama desa Karang Anjing.
Raden Kamandaka terus lari ke arah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini ia memberi nama desa buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah disebuah Goa. Di dalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaran Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka. Setelah mendengar tantangan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro. Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah purta pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk goa Jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpelukan dan saling memaafkan.
Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya. Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian Lutung dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden. Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup. Sewaktu akan dibawa pulang , tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.
Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seoraang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara lutung tersebut. Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka Lutung Kasarung itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung. Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.
Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciptoroso. Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas. Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung. Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kejajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro.
Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi raja di Pajajaran. Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.
SITUS KAMANDAKA
Cerita legenda Bahasa Jawa ini memuat tentang kisah Raden Kamandaka yang sudah sangat dekat di hati masyarakat Banyumas. Cerita legenda Bahasa Jawa memang menarik untuk disimak, karena ada muatan moral yang tersisip dari cerita. Cerita legenda ini menceritakan mengenai Raden Kamandaka yang merupakan anak seorang Raja Pajajaran. Raden Kamandaka memiliki nama asli Raden Banyak Catra, ia memutuskan mengembara sampai Kadipaten Pasirluhur. Tujuannya mengembara adalah untuk mencari seorang istri dengan menyamar.
Keberadaan dan kehidupan cerita rakyat tersebut didukung dengan adanya situs dan petilasan di beberapa daerah di Kabupaten Banyumas.
Beberapa situs legenda yang ada di Banyumas adalah :
1. Ditus Batur Agung.
2. Watu Sinom.
3. Kabunan, serta beberapa nama daerah yang dilewati dan digunakan sebagai persinggahan dalam pengembaraan Raden Kamandaka.
Adapun nama-nama tempat yang masih digunakan sampai sekarang seperti desa Tamansari, Kober, Bobosan, Karanganjing, Keniten, dan sungai Logawa.
Cerita ini tergolong mitos menurut konsep anthropology Claude Levi Strauss dan sekaligus bisa disebut naratif menurut Seymour Chatman.
CERITA KAMANDAKA ADU JAGO
Prabu Siliwangi memanggil kedua putranya, yaitu Banyak Catra dan Banyak Blabur dengan maksud untuk segera dijadikan raja Pajajaran. Namun kedua putranya tersebut merasa belum siap untuk menjadi raja. Banyak Catra mengatakan bahwa ia belum memiliki cukup ilmu untuk memerintah sebuah kerajaan yang megah dan kuat, disamping itu ia juga belum menikah. Ia baru mau menikah hanya dengan putri yang paras wajahnya mirip dengan ibunya. Oleh karena itu Banyak Catra pergi meminta ijin untuk mengembara dan mencari putri yang menjadi idamannya.
Ketika Banyak Catra sampai di gunung Tangkuban Perahu, ia bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Ki Ajar Winarong. Ki Ajar Winarong merupakan seorang pendeta yang sakti dan mengetahui bagaimana cara untuk mempersunting putri yang di idam-idamkan dapat tercapai. Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuh oleh Banyak Catra, yaitu harus melepas dan menanggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan. Ia harus menyamar dengan memakai pakaian seperti rakyat biasa, dan memakai nama samaran dengan nama Raden Kamandaka.
Setelah Raden Kamandaka melanjutkan perjalanan menuju ke arah timur dari gunung Tangkuban perahu, maka sampailah Raden Kamandaka di wilayah Kadipaten Pasir Luhur. Di situ Raden Kamandaka tidak sengaja bertemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksanata. Karena Patih Reksanata sudah tua dan tidak mempuunyai anak, maka Raden Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat. Patih Reksanata merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksanata sangat mencintainya.
Kadipaten Pasir Luhur dipimpin oleh seorang bupati yang bernama Adipati Kanandaha. Beliau mempunyai beberapa orang putri yang sudah bersuami, kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptarasa. Selain itu Dewi Ciptarasa inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip dengan Ibu Raden Kamandaka. Dewi Ciptarasa inilah yang selama ini dicari oleh Raden Kamandaka.
Suatu kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para pembesar dan pejabat pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa. Termasuk Patih Reksanata datang menghadiri upacara tersebut.
Raden Kamandaka pergi secara diam-diam mengikuti Patih Reksanata dari belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka bertemu dengan Dewi Ciptarasa dan mereka berdua saling jatuh cinta. Atas permintaan Dewi Ciptarasa kepada Raden Kamandaka untuk datang menjumpai Dewi Ciptarasa di taman Keputren Kadipaten Pasir Luhur pada malam hari, akhirnya Kamandaka pun datang dengan tanpa sepengetahuan dari Patih Reksanata. Namun pertemuan itu tidaklah lama, karena para prajurit Kadipaten Pasir Luhur mengetahuinya. Hal ini kemudian dilaporkan oleh Adipati Kanandaha. Mengetahui hal tersebut Adipati Kanandaha sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap prajurit tersebut. Namun karena kesaktian dan ilmu ketangkasan, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Kadipaten Pasir Luhur. Celakanya sebelum Raden Kamandaka lolos dari Taman Keputren, para prajurit sempat mendengar mengenai identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari Patih Reksanata. Kemudian para prajurit melaporakan hal tersebut kepada Adipati Kanandaha. Patih Reksanatapun dipanggil dan disuruh untuk menyerahkan putranya. Perintah tersebut dilaksanakan oleh Patih Reksanata dengan hati sangat terpaksa.
Namun dengan siasat dari Patih Reksanata, Raden Kamandaka dapat lari dan selamat dari pengejaran prajurit. Raden Kamandaka terjun masuk ke dalam sungai dan menyelam mengikuti arus air sungai. Para prajurit yang mengejar kemudian melapor kepada Adipati Kanandaha bahwa Raden Kamandaka sudah mati di dalam sungai. Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai ia bertemu dengan orang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya. Raden Kamandaka kemudian berteman baik dengan Rekajaya dan menetap di desa Panagih. Di desa ini kemudian Raden Kamandaka diangkat menjadi anak angkat oleh Mbok Kertasura, seorang janda miskin di desa tersebut. Dari sinilah kemudian Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Kertasura mempunyai ayam jago yang bernama Mercu. Setiap penyambungan ayam Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam.
Hal tersebut tersiar sampai ke kerajaan Pasir Luhur, Adipati Kanandaha menjadi sangat marah dan murka mengetahui Raden Kamandaka masih hidup. Ia menginginkan agar para prajurit menangkap hidup atau mati Raden Kamandaka. Datanglah Silihwarni yang sebenarnya adalah Banyak Ngampar dari kerajaan Pajajaran, adik kandung Raden Kamandaka. Sebenarnya Banyak Ngampar ditugasi oleh ayahnya untuk mencari saudara kandungnya yang sudah lama pergi dan belum kembali. Banyak ngampar menyamar seperti rakyat biasa dengan berbekal pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya.
Ia mendengar bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur, maka pergilah ia ke sana. Kebetulan di sebuah tempat penyambungan ayam, mereka berdua bertemu, namun mereka tidak saling mengenal. Hal itu dikarenakan Silihwarni memakai pakaian seperti rakyat biasa sedangkan Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya begitu pucat karena menahan kerinduan kepada kekasihnya.
Terjadilah persambungan ayam antara Raden Kamandaka dan Silihwarni. Tanpa disadari Raden Kamandaka, Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu menyebabkan darah keluar dengan deras, maka Raden Kamandaka memilih lari untuk menyelamatkan diri dengan bersembunyi di sebuah Goa. Silihwarni mengejar Raden Kamandaka hingga ia menjumpai sebuah goa, di situ ia kehilangan jejak Raden Kamandaka.
Dari luar goa, Silihwarni berseru menantang Raden Kamandaka. Raden Kamandaka pun menjawab, ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Catra. Setelah itu Silihwarni mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Setelah mereka berdua mengetahui bahwa mereka berdua adalah saudara, kemudian mereka berdua berpelukan dan saling memaafkan. Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.
Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa. Ia mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptarasa akan tercapai kalau ia memakai pakaian lutung dan supaya mendekat ke Kadipaten Luhur, yaitu dengan menetap di hutan Batur Agung.
Ketika Adipati dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba mereka bertemu dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Akhirnya lutung tersebut ditangkap hidup-hidup. Sewaktu akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya. Rekajaya juga mengatakan ia bersedia membantu merawat lutung tersebut, jika lutung itu dipelihara di Kadipaten. Permohonan tersebut disetujui.
Setelah sampai di kadipaten, para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten, lutung tersebut tidak mau diberi makan. Kemudian Adipati mengadakan sayembara yaitu jika ada salah seorang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia yang akan dapat kesempatan untuk memelihara lutung tersebut. Ternyata makanan yang diterima oleh lutung, hanyalah makanan pemberian dari Dewi Ciptarasa. Maka Lutung Kasarung itu akhirnya menjadi peliharaan Dewi Ciptarasa. Pada malam hari lutung tersebut berubah menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptarasa yang mengetahui hal tersebut. Ketika siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi Ciptarasa kini menjadi sangat gembira dan bahagia karena selalu ditemani oleh lutung kasarung.
Prabu Bule Bahas, Raden Nusa Kambangan menyuruh Patihnya untuk meminang Dewi Ciptarasa dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Akhirnya atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas diterima dengan syarat yang harus dipenuhi oleh Raja Pule Bahas, salah satunya adalah dalam waktu pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciptarasa. Raja Pule Bahas menyetujuinya.
Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptarasa. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Lutung Kasarung akhirnya berkelahi melawan Raja Pule Bahas. Namun karena kesaktian Lutung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur akibat digigit dan dicekik oleh Lutung Kasarung.
Ketika Raja Pule Bahas gugur, Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenakan pakaian kebesaran Kerajaan Pajajaran. Ia mengaku namanya adalah Banyak Catra. Sekrang Adipati Pasir Luhur mengetahui bahwa sebenarnya Raden Kamandaka adalah Banya Catra, Banyak Catra adalah Lutung Kasarung. Akhirnya ia dinikahkan dengan Dewi Ciptarasa.
Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni. Raden Kamandaka terkena keris Kujang Pamungkas, maka ia tidak dapat menggantikan ayahnya menjadi raja di Pajajaran. Karena tradisi Kerajaan Pajajaran adalah putra mahkota yang akan menggantikan menjadi seorang raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas, maka setelah Raden Kamandaka menikah dengan Dewi Ciptarasa ia hanya dapat menjadi Adipati di Pasir Luhur, menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.
KAMANDAKA / LUTUNG KASARUNG
(BOSO JOWO)
Dongeng saking Kedu
Ing Jawa Barat, abad 14 taun 1482-1579 Prabu Siliwangi dadi panguwasa Keraton Pajajaran Sri Baduga Raja, gelare. Keraton Pajajaran kagolong keraton Hindhu sing kuwat banget, saengga Patih Gajah sing saka Keraton Majapait angel nguwasani keraton Pajajaran. Keroton Majapait bisa ngembangake tlatahe nganthi tekan Malaka. Saengga tlatah keraton Majapait lan keraton Pajajaran wawatesan karo Kebumen yakuwi kali Luk Ulo sing dadi watese. Kuwi kabeh dadikake guwa Jatijajar mlebu tlatah keraton Pajajaran.
Prabu Siliwangi duwe anak lanang telu lan anak wadon siji, saka praweswari loro yakuwi Banyak Cotro, Banyak Ngampar, Banyak Blabar lan Dewi Pamungkas. Amarga wis tuwa, Prabu Siliwangi duwe maksud ngangkat Banyak Cotro dadi raja Ing Pajajaran. Nanging yen Banyak Cotro ngrasa yen dheweke durung akeh duwe kapinteran lan durung duwe bojo, saengga dheweke njaluk wektu kanggo nggoleki bocah wadon sing bakal dadi calon bojone. Banyak Cotro gelem omah – omah yen karo bocah wadon sing ayune padha karo ibune, banjur dheweke lunga saka Keraton Pajajaran awit nggoleki bocah wadon sing bakal dadi bojone. Banyak Cotro entuk welingan saka Resi Ki Ajar Wirangrong ing gunung Tangkuban Perahu yaiku supaya lunga menyang kadipaten Pasirluhur sisih wetan.
Banyak Cotro kudu nyamar lan ngaganti jenenge dadi R. Kamandaka sarta kudu nganggo klambine wong cilik. Banyak Cotro tekan ing Pasirluhur, dumadakan papasan karo Ki Reksonoto. Amarga wis tuwa lan ora duwe anak dheweke tresna banget marang R. Kamandaka awit kapinterane lan rupane sing bagus banget.
Nalika Pasirluhur diparentah karo Adipati Kandadoho sing duwe anak wadon, kabehe wis padha omah–omah. Nanging sing ragil durung omah–omah Dewi Ciptoroso, jenenge. Dumadakan R. Kamandaka karo Dewi Ciptoroso lan tresna banget marang dheweke. R. Kamandaka lan Dewi Ciptoroso ngumpetake sesambungan kuwi marang sapa bae.
Nalika R. Kamandaka arep nemuni Dewi Ciptoroso malah ora sida awit Jagasura kaputren ngerti yen ana wong mlebu kaputren, saengga kaputren dikepung lan R. Kamandaka kacekel. R. Kamandaka ora wedi lan bisa lolos saka Jagasura Pasirluhur awit kasaktiane lan katangkasane. Sadurunge ninggalake kaputren, R. Kamandaka ngenalake awake dhewe yen dheweke kuwi anake Ki Reksonoto. Kadadeyan kuwi gawe abang kupinge Sang Adapati, banjur Patih Reksonoto digoleki supaya bisa nangkep R. Kamandaka lan njelasake nganthi cetha prekara sing digawe putrane. Jagasura gage nggoleki Ki Reksonoto lan dicekel. Kajaba katresnane Ki Reksonoto marang putra angkate, R. Kamandaka diculake. Kanggo ngindari sujane Adipati, Ki Reksonoto ngapusi yen R. Kamandaka wis mati. Kosok baline Dewi Ciptoroso kuciwa lan sedhih banget krungu kabar sing mangkono kuwi.
Neng lakune R. Kamandaka ketemu karo wong sing gaweane mancing iwak Reka Jaya, jenenge. Wong loro mau kekonconan apik lan mutusake netep ing desa Paniagih. Neng kana R. Kamandaka urip karo Mbok Kertosura, wong sing gelem ngopeni lan ngangkat dadi anake. Kanggo nambani larane, R. Kamandaka nglakokake adu pitik. Asile adu pitik mau digunakake R. Kamandaka kanggo mbangun desa Paniagih lan desa Paniagih diganti jenenge dadi desa Sugihan.
Nalika R. Kamandaka menang adu pitik dadikake dheweke diwanuhi wong – wong. Saengga Adipati Pasirluhur ngerti yen kasunyatane R. Kamandaka isih urip. Banjur Adipati Pasirluhur mrentahake supaya R. Kamandaka dicekel. Dumadakan ana pemudha bagus Silihwarni, jenenge sing arep ngabdi marang Adipati Pasirluhur lan Adipati ngabulake panjalukane Silihwarni mau. Silihwarni langsung dikongkon nyekel R. Kamandaka urip-urip utawa mati.
Kasunyatane Silihwarni kuwi Banyak Ngampar putrane Prabu Siliwangi sing ke loro. Banyak Ngampar utawa Silihwarni lagi duwe kuwajiban nggoleki kakange yakuwi Banyak Cotro. Kanggo ngadhepi mutawir neng dalan, dheweke diwenehi pusaka Pajajaran. Kujang Pamungkas. Silihwarni nggoleki R. Kamandaka karo ditutake Jagasura nganthi tekan desa Karangluas, panggonan kanggo adu pitik. Neng kana dheweke ketemu karo R. Kamandaka. Kasunyatane R. Kamandaka nganthi ora eling lan metingake Silihwarni yen awake arep ana mutawir sing wigati. Dheweke lena saengga keris Kujang Pamungkas kena lambunge sisih kiwa. Nanging R. Kamandaka bisa nrobos lan lolos saengga desane kuwi dijenengi desa Brobosan. Ing desa liyane R. Kamandaka leren sedhela, amarga getihe saya nrocos banter saengga desa kuwi dijenengi desa Bancaran.
Ora kenyana R. Kamandaka ngadhepi dalan sing buntu lan panggonan kuwi diwenehi jeneng desa Buntu (mangkana sing dadi simpangane Kroya-Maos-Purwokerto-Kebumen ).
Silihwarni tetep ngoyak R. Kamandaka nganthi R. Kamandaka nemukake guwa lan banjur mlebu umpetan ana jerone. Neng ngarep guwa kuwi Silihwarni nantang R. Kamandaka tanding.
Amarga kuwi kabeh R. Kamandaka dadi ngenalake awake dhewe lan Silihwarni ngerthi yen R. Kamandaka kakange sing lagi digoleki. Banjur Silihwarni mateni asu lan dijupuk getihe. Getihe kuwi diwenehake Sang Adipati Pasirluhur kanggo bukti yen R. Kamandaka wis mati neng tangane. Sadurunge R. Kamandaka lan Silihwarni ninggalake guwa kuwi, sempet nandur wit jati jejer-jejer pas neng ngarep guwa, saengga guwa kuwi diwenehi jeneng guwa Jitijajar.
R. Kamandaka bali ing Pajajaran karo ngajak Reka Jaya, kancane. Nanging sawise tekan Pajajaran dheweke njaluk restu ngembara maneh kanggo nggoleki bocah wadon sing ditresnani. R. Kamandaka lunga maneh neng Pasirluhur lan sadurunge mangkat R. Kamandaka tapa neng guwa panggonane ngumpet sawektu digoleki Silihwarni biyen. R. Kamandaka entuk kanugrahan saka Resi supaya nggoleki klambi lutung supaya bisa ketemu karo Dewi Ciptoroso. R. Kamandaka diutus tapa neng alas Batur Agung. Banjur R. Kamandaka dadi lutung lan urip neng alas kuwi. Karo Reka Jaya dheweke aweh klambi keblak (lawa gedhe ). Keblak kuwi diparentah supaya bapake mlebu ing alas lan yen mengko ketemu lutung supaya dicekel banjur diopeni. Awit lutung kuwi sing bakal bisa nemukake Dewi Ciptoroso karo R. Kamandaka.
Krungu sing mangkono kuwi atine Dewi Ciptoroso ngrasa seneng lan dheweke nglakokake wejangane kuwi kabeh. Dewi Ciptoroso ngomong marang bapake yen panjaluke mau kuwi kudu dituruti. Adipati langsung mlebu ing alas Batur Agung banjur ketemu karo lutung sing manutan. Dumadakan Reka Jaya ngaku-ngaku yen lutung kuwi duweke. Reka Jaya njaluk supaya bisa melu ngopeni lutung kuwi. Adipati ngabulake panjaluke Reka Jaya mau nanging ana wewaton, yen lutung kuwi entuk di krangkeng nanging kudu bisa bebas obah. Wewaton kuwi disepakati, banjur lutung digawa lan diopeni marang Dewi Ciptoroso. Kasunyatane lutung kuwi yaiku R. Kamandaka yen wengine bisa njelma dadi wong nanging yen awane bisa njelma dadi lutung maneh.
Sasuwene kuwi akeh putra-putra Raja sing tresna marang Dewi Ciptoroso, nanging dheweke ora gelem. Ana salah sawijining putra raja Prabu Pulebahas, jenenge tresna banget lan kudu entuk Dewi Ciptoroso. Dewi Ciptoroso krungu lan tetep ora gelem, nanging lutunge nyetujuni yen Dewi Ciptoroso kudu nrima Prabu Pulebahas. Ora segampang kuwi, Prabu Pulebahas kudu ngentuke yen lutung entuk melu terus ana sisihe Dewi Ciptoroso. Amarga Prabu Pulebahas ngancem, yen ora ditampa arep ngrubuhake kadipaten Pasirluhur. Krungu mangkono, Dewi Ciptoroso nyetujuni kekarepane Prabu Pulebahas.
Wektu sing dikarepake Prabu Pulebahas wis teka. Banjur Dewi Ciptoroso ketemu karo Prabu Pulebahas, suasanane ora ngenaki banget. Amarga lutunge malah ngribeti lan langsung gawe abang kupinge. Lutung kuwi digebug lan ora kenyana lutung malah luwih pinter. Prabu Pulebahas kalah lan langsung ambruk neng lemah. Prabu Pulebahas mati banjur lutung kasarung njelma maneh dadi R. Kamandaka lan nggunakake klambi keraton Pajajaran. Saengga Adipati Pasirluhur ngerti mangkono yen lutung kasarung yakuwi Putra Mahkota keraton Pajajaran. Banjur Adipati Pasirluhur sarujuk marang sesambungane Dewi Ciptoroso karo R. Kamandaka sarta ngangkat dadi Adipati Pasirluhur.