KIDUNG RUMEKSO ING WENGI
(Kidung Sunan Kalijaga untuk tolak bala Rumekso Ing Wengi)
Sunan Kalijaga masuk dalam salah satu walisanga yang membantu persebaran agama Islam di Indonesia. Dalam menyebarkan ajaran Islam, sunan yang satu ini memiliki banyak cara kreatif yang berkaitan dengan dunia seni.
Menggunakan seni untuk menyebarkan agama Islam pada masa itu jauh lebih mudah mengena di hati masyarakat. Salah satu hasil karyanya adalah Kidung Sunan Kalijaga.
Alhasil, mayoritas masyarakat yang beragam Hindhu dan Budha pada saat itu banyak yang berbondong-bondong pindah ke agama Islam.
Menggunakan seni dianggap sebagai cara menyebarkan Islam yang penuh dengan kedamaian dan tidak dilakukan secara radikal. Penyebaran agama Islam yang dilakukan secara terang-terangan pada saat itu dapat menimbulkan penolakan keras dari banyak masyarakat.
SARAT MAKNA FILSAFAT
Filsafat Jawa adalah ilmu yang mempelajari tentang filsafat yang bertumpu pada pemikiran-pemikiran yang berakar pada budaya Jawa. Filsafat Jawa sebenarnya juga tergolong pada filsafat Timur, yang umumnya berdasarkan pada pemikiran para filsuf di India dan Tiongkok, meskipun saat ini filsafat Jawa belum diakui sebagai bagian dari filsafat Timur tetapi pada dasarnya filsafat Jawa memiliki kesamaan dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam filsafat India.
Filsafat Jawa seperti halnya filsafat lainnya, pada dasarnya bersifat universal. Jadi filsafat Jawa meskipun dilahirkan dari hasil kebudayaan Jawa tetapi sebenarnya bisa berguna bagi orang-orang di luar Jawa juga. Meski bersifat universal, filsafat Jawa atau filsafat Timur pada umumnya memiliki perbedaan dengan filsafat Barat. Dalam filsafat Timur, termasuk juga filsafat Jawa tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan, sementara filsafat Barat tujuannya adalah kebijaksanaan.
PENGERTIAN KIDUNG
Kidung adalah bentuk puisi lama yang berkembang menjadi nyanyian pujian, atau religius. Masyarakat jawa sudah memiliki kebiasaan ngidung sejak jaman dahulu kala. Kidung biasanya memakai bahasa jawa pertengahan, namun seiring berkembangnya zaman kidung juga bisa memakai bahasa jawa modern.
KIDUNG SUNAN KALIJAGA
Dahulu, Raden Mas Said atau yang dikenal dengan nama Sunan Kalijaga pernah menciptakan kidung yang sering dinyanyikan oleh masyarakat jawa. Kidung ini biasanya dinyanyikan pada saat malam hari, baik untuk menidurkan anak, ataupun dinyanyikan setelah salat malam.
Kidung Sunan Kalijaga ini dikenal dengan nama Kidung Rumekso Ing Wengi. Makna dari kidung ini adalah mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yang bertujuan agar manusia terhindar dari kemalangan, dan kutukan yang menyengsarakan hidup.
Kidung yang juga dikenal dengan nama Mantra Wedha ini mengingatkan manusia untuk selalu berbakti, dan beriman kepada Sang Maha Kuasa.
Namun, beberapa orang mengatakan bahwa ada baiknya sebelum menyanyikan kidung ini, orang tersebut harus berpuasa mutih selama 40 hari terlebih dahulu.
Kidung Kalijaga kembali terkenal, karena sebagai bentuk lantunan doa kepada Allah SWT untuk terhindar dari Virus Corona. Dalam kidung ini terdapat bagian doa di mana pelantunnya berharap untuk bisa terhindar dari penyakit corona. Tentunya sebagai seorang Muslim yang baik juga perlu untuk berusaha dengan sungguh-sungguh menjalankan protokol kesehatan.
Orang Islam harus memahami bahwa berdoa harus juga diiringi dengan usaha. Sebetulnya kidungi ini bisa saja dilantunkan dalam berbagai kondisi lainnya, selain dari untuk menghindarkan diri dari bahaya penyakit.
Ada sebuah ketenangan batin yang dirasakan setiap kali bait demi bait dinyanyikan. Demikian pula dengan sebuah tembang atau kekidungan, yang diberi judul Kidung Rumekso Ing Wengi. Kidung ini juga dikenal dengan nama Mantra Wedha. Berdasarkan cerita tutur, kidung ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Kidung ini biasa dinyanyikan pada malam hari, atau selepas shalat malam. Sebagaimana maknanya, Kidung Rumekso Ing Wengi bertujuan menyingkirkan diri dari balak atau gangguan, baik yang nampak maupun tidak. Kidung ini juga mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Beginilah bunyi Kidung Rumekso ing Wngi yang diciptakan Sunan Kalijaga :
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman
Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal
Kidung Rumekso Ing Wengi, Mantra Tolak Bala Warisan Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga dipercaya menciptakan Kidung Rumekso Ing Wengi. Kidung ini diberi nama 'Rumekso Ing Wengi' dan dipercaya diciptakan Sunan Kalijaga. Dengan menyanyikan kidunng tersebut, konon manusia akan terhindar dari bala, baik yang bisa dilihat dengan mata telanjang atau nggak.
Bagi orang Jawa, tembang atau kidung dapat menjadi sarana refleksi hidup. Ada semacam kedamaian ketika nembang atau ngidung selepas bekerja pada sore hari. Biasanya, orang-orang akan memilih tembang Macapat untuk disenandungkan.
Selain tembang Macapat, ada kidung lain yang juga cocok dinyanyikan pada malam hari. Nama kidung ini adalah Mantra Wedha atau Kidung Rumekso Ing Wengi. Konon, kidung ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang Wali Sanga.
Kidung ini bertujuan untuk menyingkirkan segala gangguan, baik yang tampak maupun nggak kasatmata. Rumekso ing Wengi juga mengingatkan manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka.
TEKS KIDUNG RUMEKSO ING WENGI :
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Artinya : Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setan pun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Artinya : Semua penyakit pulang ke tempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh di besi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Artinya : Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua selamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku Nabi Sis. Ucapanku adalah Nabi Musa.
Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman
Artinya : Nafasku Nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakub pendengaranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi rupaku. Ali sebagai kulitku. Abu Bakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.
Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal
Artinya : Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai kekuatan badanku. Nanti Nabi Ayub ada di dalam ususku. Nabi Nuh di dalam jantungku. Nabi Yunus di dalam otakku. Mataku ialah Nabi Muhammad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.