GUNDUL-GUNDUL PACUL
(Warisan Sunan Kalijaga Dalam Nyanyian)
Lagu Gundul-Gundul Pacul.
Gundul-gundul pacul cul, gembelengan... menjadi lagu yang kita pelajari saat kanak-kanak. Gundul-gundul pacul adalah sebuah nyanyian atau lagu berbahasa Jawa, namun ternyata memiliki makna yang sangat besar.
Gundul-gundul pacul ditulis oleh Sunan Kalijaga sekitar tahun 1.400.
Konon, lagu yang terkesan jenaka ini sebenarnya adalah nasihat dan sindiran bagi penguasa.
Untuk mengetahui makna dari lagu gundul-gundul pacul, simak penjelasannya berikut ini!
Gundul-gundul pacul-cul gembelengan.
Pernahkah kamu mendengar istilah rambut adalah mahkota? Berarti gundul adalah orang yang sudah tidak memiliki mahkota lagi. Sedangkan pacul atau cangkul adalah perkakas pertanian yang sering digunakan oleh rakyat jelata.
Syair Gundul-Gundul Pacul menjelaskan pacul juga melambangkan empat indera manusia yang tidak dipergunakan dengan baik yaitu mata, telinga, hidung, dan mulut.
Sehingga ia menjadi gembelengan atau congkak, sombong dan tidak hati-hati.
Maka kalimat tersebut bermakna bahwa pemimpin bukanlah seseorang yang memiliki mahkota tetapi orang yang matanya bisa melihat kesusahan rakyat, yang telinga mau mendengar nasihat, yang hidungnya dapat mencium kebaikan serta kesusahan, dan yang mulutnya memiliki tutur kata baik, bijaksana, dan adil.
Namun pemimpin yang kehilangan empat unsur tersebut akan berubah menjadi orang yang congkak dan sombong. Dia tidak lagi peka terhadap kesusahan rakyat, menjadi buta dan tuli akan keluhan rakyat, tidak lagi adil dan bijaksana, dan hanya sombong akan posisinya sediri.
Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul-kul artinya membawa bakul di atas kepala. Hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin membawa amanah rakyat sebagai beban dan tanggung jawabnya.
Namun setelah dia membawa amanah, bukannya bertanggung jawab namun kembali gembelengan (congkak, sombong dan tidak hati-hati) karena merasa dia adalah seorang pemimpin berkedudukan tinggi.
Wakul ngglimpang segone dadi sak latar
Wakul ngglimpang segone dadi sak latar berarti bakul terguling sehingga nasinya tumpah memenuhi halaman.
Hal ini bermakna karena saat memimpin pemimpin tersebut gembelengan (tidak hati-hati), amanah rakyat (bakul) menjadi jatuh dan sia-sia.
Sikap congkak, sombong, dan tidak berhati-hati pada seorang pemimpin akan berakhir dengan kegagalan memikul amanah rakyat. Membuat kepemimpinannya gagal dan tidak dapat mensejahterakan rakyat, bahkan tidak menghasilkan apa-apa yang bermanfaat bagi rakyat, semuanya sia-sia.
Sehingga makna dari lagu gundul-gundul pacul adalah suatu nasehat bagi para pemimpin dalam mengemban amanah yang diberikan oleh rakyat. Seorang pemimpin tidaklah boleh sombong, congkak, bermain-main, dan juga tidak hati-hati dalam mengemban amanah.
Seorang pemimpin harulah pribadi yang dapat melihat kesusahan rakyat dan masalah di daerahnya, dapat melindungi rakyat dan daerahnya, yang mau mendengarkan nasihat orang-orang bijak, yang mendahulukan amanah rakyat banyak dibanding dirinya sendiri, dan yang adil serta bijaksana dalam menjalani kepemimpinan.
Pemimpin bukanlah posisi yang tinggi dan membuat orang menjadi congkak, sebaliknya pemimpin adalah orang yang mengutamakan kepentingan khalayak banyak di atas kepalanya sendiri, menjaga amanah dengan sangat hati-hati dan sepenuh hati.
Ternyata lagu Gundul-Gundul Pacul mempunyai filosofi yang dalam. Lagu Gundul-Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia.
Gundul adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat, jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.
Gundul pacul artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa mengatakan pacul adalah Papat Kang Ucul (4 yg lepas).
Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya yaitu :
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil. Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
Arti harafiahnya jika orang yang kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan :
GEMBELENGAN (congkak/sombong)
NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyAk)
GEMBELENGAN ( sombong hati), akhirnya
WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan)
SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia2, gak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)
Gundhul Pacul
Gundhul Pacul adalah sebuah lagu anak-anak berbahasa Jawa. Terdapat dua sumber yang menyebut pengarang lagu ini, yaitu Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an dan R.C. Hardjosubroto.
Lirik lagu Bahasa Jawa.
Gundhul gundhul pacul cul
gembèlèngan
Nyunggi nyunggi wakul kul
gembèlèngan
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Terjemahan bahasa Indonesia
Gundul gundul cangkul, tidak hati hati
Membawa bakul (di atas kepala) dengan tidak hati hati
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Arti filosofis.
Lagu ini dianggap mengandung nilai filosofis yang dalam sebagai berikut :
Gundul gundul pacul, gembelengan
Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.
Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani.
Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan :
1. Mata
2. Jidung.
3. Telinga.
4. Mulutnya.
Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
Telinga digunakan untuk mendengar nasihat.
Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Gembelengan artinya besar kepala, sombong, dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).
Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan
Nyunggi wakul (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan).
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).
Hebatnya Makna dan Filosofi Gundul-gundul Pacul.
Dalam buku lagu-lagu daerah nama R. C. Hardjosubroto tercantum sebagai pencipta lagu Gundul-Gundul Pacul, namun konon lagu ini diciptakan pada tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya kala masih remaja. Wallahu a'lam. Orang-orang tua masa lalu, mengerti benar makna dan filosofinya.
Gundul gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Mari kita coba. Gundul, seperti yang kita tahu, adalah kepala yang rambutnya dicukur habis. Kepala adalah lambang kehormatan atau kemuliaan seseorang, sedangkan rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka, gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul sebagai salah satu alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat ini melambangkan kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. Jadi, gundul gundul pacul itu artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia pembawa pacul untuk mencangkul, menguapayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa sendiri memiliki filosofi tentang pacul, pacul itu katanya adalah papat kang ucul atau empat yang lepas. Maksudnya adalah kemuliaan seseorang akan sangat tergantung pada empat hal. Yakni, bagaimana seseorang menggunakan matanya, hidungnya, telinganya, dan mulutnya. Mata itu seharusnya digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, telinga digunakan untuk mendengar nasihat, hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan, dan mulut digunakan untuk berkata-kata adil. Jika, keempat hal tersebut lepas dari seorang pemimpin maka lepaslah sudah kehormatannya.
Kemudian arti gemblelengan yaitu besar kepala, sombong, dan suka bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat, tetapi dia malah menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya, menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia, dan menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.
Selanjutnya arti nyunggi nyunggi wakul-kul maksudnya adalah membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Wakul sendiri menyimbolkan kesejahteraan rakyat, kekayaan negara, sumber daya, pajak, dan sebagainya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul di kepalanya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap sebagai kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Pemilik bakul lebih tinggi kedudukannya dibandingkan pembawa bakul karena ia hanyalah pembantu si pemiliknya. Dan sekarang banyak sekali pemimpin yang masih gembelengan, melenggak lenggokan kepalanya dengan sombong, mereka pun bahkan bermain-main dengan kedudukannya. Akibat dari semua itu ya wakul ngglimpang segane dadi sak latar, bakul terguling dan nasinya tumpah kemana-mana. Artinya, jika pemimpin gembelengan maka sumber daya akan tumpah kemana-mana, tidak terdistribusi dengan baik dan kesenjangan muncul dimana-mana. Nasi yang sudah tumpah ke tanah sudah tidak bisa untuk dimakan lagi karena kotor.
Jadi, Gundul gundul Pacul-cul artinya orang yang keempat inderanya (mata, hidung, telinga, dan mulut) tidak digunakan dengan baik akan mengakibatkan Gembelengan atau sombong. Sedangkan Nyunggi nyunggi wakul-kul artinya siapa yang menjunjung amanah rakyatnya dengan Gembelengan (sombong hati) maka akhirnya akan Wakul Ngglimpang atau amanahnya akan jatuh dan tidak bisa dipertahankan sehingga Segane dadi sak latar, kepemimpinannya itu berantakan sia-sia, tidak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.
Berikut liriknya :
Gundul gundul pacul-cul, gembelengan.
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan.
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.
Arti dalam Bahasa Indonesia :
Gundul gundul cangkul, sembrono.
Membawa bakul (di atas kepala) dengan sembrono.
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.
Filosofi yang terkandung :
Gundul gundul pacul-cul, gembelengan
Gundul, yaitu kepala plontos atau botak tanpa memiliki rambut. Kepala merupakan lambang kehormatan, kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah sebuah mahkota lambang keindahan kepala. Oleh sebab itu gundul berarti kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul dalam bahasa Jawa berarti cangkul petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Yang melambangkan kawula rendah atau sederhana. Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas) yang berarti bahwa, kemuliaan seseorang akan sangat tergantung kepada empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, telinga, hidung dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, maka berarti lepaslah kehormatannya.
Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat.
Sehingga lirik Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan diartikan sebagai pemimpin yang lupa bahwa dirinya sedang mengemban amanah rakyat, namun dirinya malah menggunakan kekuasan sebagai kemuliaannya, menggunakan kedudukannya unuk berbangga-bangga di antara manusia dan menganggap kekuasan itu karena kepandaiannya.
Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan
Nyunggi wakul berarti membawa bakul (tempat nasi) di atas kepalanya. Namun banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting yaitu membawa bakul dikepalanya. Wakul merupakan simbol kesejahteraan rakyat. Dimana terdapat kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang merupakan kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.
Kedudukannya terletak di bawah bakul rakyat. Jadi siapakah yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul merupakan pembantu si pemiliknya. Namun masih banyak pemimpin yang masih gembelengan, melenggak-lenggokkan kepalanya dengan sombong dan bermain-main.
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang berarti bakul diatas kepala jatuh. Segane dadi sak latar berarti nasi yang menjadi isi di dalam bakul tersebut jatuh dan berantakan kemana-mana. Akibatnya bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.
Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dan tidak terdistribusi dengan baik. Menyebabkan kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tidak akan bisa dimakan lagi karena telah kotor. Sehingga amanahnya akan jatuh dan tidak bisa dipertahankan. Menjadikan kepemimpinannya sia-sia. Maka gagalah tugasnya mengemban amanah rakyat.
Jadi secara keseluruhan lagu ini merupakan soal komitmen manusia ketika bekerja. Ketika masih anak-anak hal tersebut masih wajar. Namun ketika telah dewasa, bukan lagi saatnya bermain-main. Terutama ketika seseorang telah mengemban suatu tanggung jawab dan amanah.