GAJAH & ORANG BUTA
Di seberang Negeri Ghor ada sebuah kota.
Sebagaian besar penduduknya menderita suatu kebutaan. Seorang raja beserta rombongannya lewat dekat kota itu, ia membawa pasukan dan berkemah di gurun.
Raja itu mempunyai seekor gajah perkasa, yang digunakannya untuk berperang dan membuat rakyat kagum.
Penduduk kota itu sangat antusias ingin melihat gajah tersebut, dan beberapa dari mereka yang buta pun berlari untuk mendekatinya.
Karena sama sekali tak tahu rupa atau bentuk gajah, mereka hanya bisa meraba-raba, mencari kejelasan dengan menyentuh bagian tubuhnya. Masing-masing hanya menyentuh satu bagian, tetapi berpikir telah mengetahui sesuatu.
Sekembalinya ke kota, orang-orang yang hendak tahu segera mengerubungi mereka.
Orang-orang itu tidak sadar bahwa mereka mencari tahu tentang kebenaran kepada sumber yang sebenamya telah tersesat.
Mereka bertanya tentang bentuk dan wujud gajah, dan menyimak semua yang disampaikan.
1. Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Ia menjawab, Gajah itu besar, terasa kasar, luas, dan lebar seperti permadani.
2. Orang yang meraba belalai gajah berkata, Aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah. Gajah itu mirip pipa lurus bergema, mengerikan dan suka merusak.
3. Terakhir, orang yang memegang kaki gajah berkata, Gajah itu kuat dan tegak, seperti tiang.
Masing-masing hanya menyentuh satu bagian saja, dan keliru memahaminya. Tak ada akal yang tahu segalanya. Semua membayangkan sesuatu yang salah.
Ciptaan tidak mengetahui tentang keilahian.
Tak ada jalan dalam pengetahuan ini yang bisa ditempuh dengan kemampuan biasa.
KISAH-KISAH MIRIP :
1. Kisah ini lebih populer dalam versi Rumi, The Elephant in The Dark House, yang dimuat dalam Matsnawi.
Guru Rumi, Hakim Sanai, lebih dahulu mengisahkan kisah ini lewat buku pertamanya, sebuah karya klasik The Walled Garden of the Truth.
Kedua kisah tersebut pada dasarnya berbicara tentang hal yang sama, yang menurut tradisi, telah digunakan oleh guru-guru sufi selama berabad-abad.
2. Kisah Bijak Para Sufi.
Mimpi dan Sepotong Roti.
Kisah Bijak Para Sufi.
Keperluan yang Makin Mendesak.
Kisah Bijak Para Sufi tentang Batas Dogma.
Sumber : Kisah Bijak Para Sufi oleh Idries Shah.
ENAM ORANG BUTA & SEEKOR GAJAH
Enam orang buta menemukan seekor gajah.
Karena mereka tidak bisa melihat, mereka tidak tahu bahwa itu gajah.
Walaupun demikian, tiap orang ingin menunjukkan kehebatannya.
Orang pertama mendekati dan tangannya menyentuh kaki sang gajah.
Ia pun melingkarkan tangannya di kaki tersebut dan berteriak, ah aku tahu! Ini batang pohon yang besar !.
Gajah mengibaskan ekornya dan mengenai orang kedua.
Ia pun memegang ekor gajah. 'Mana mungkin ini batang pohon, ini hanyalah seutas tali.
Orang ketiga merapat dan ia berhasil meraba badan sang gajah.
Tidak.
Ini besar dan keras.
Ini tembok, bukan batang pohon, bukan seutas tali.
Kali ini gajah mengibaskan kupingnya.
Orang keempat merasakan anginnya.
Ia pun meraih telinga gajah untuk memastikan, Kalian salah, ini kipas besar !.
Orang kelima dan keenam penasaran dan berupaya menggapai sang gajah.
Orang kelima menyentuh belalai dan berteriak, Hati-hati, ini ular !, sedangkan orang keenam menyentuh gading dan berkata, Bukan, ini sebuah tombak !
Satu benda yang sama tetapi ada yang mengatakan itu batang pohon, tali, tembok, kipas, ular dan tombak.
Mereka mulai bertengkar dan menganggap selain dirinya tak ada yang benar.
Apakah yang disebutkan keenam orang ini salah ?
Tidak juga, karena yang mereka katakan adalah fakta tetapi dari sudut pandang berbeda.
Tetapi apakah yang disebutkan benar ?
Tentu tidak karena tak ada yang berhasil mengatakan itu gajah '
kan ?
Kegaduhan informasi, ucapan dan perdebatan di sana-sini kerap membingungkan, apalagi bila semua merasa paling benar.
Tapi dari cerita ini kita belajar dua hal, yaitu biasakan tidak cepat menyimpulkan saat kita belum memahami benda atau peristiwa yang ada di depan kita secara utuh.
Tidak apa-apa kalaupun itu berarti harus menunggu.
Kendalikanlah diri karena pendapat kita tidak selalu benar dan pendapat orang lain tidak selalu salah, bertengkar tidak akan memberi jalan keluar.
Bersabarlah, gajah di pelupuk mata memang tak selalu mudah dilihat walaupun kita tidak buta.
(Cerita rakyat dari dataran India. Ditulis ulang oleh George Sicillia)
DONGENG GAJAH & ORANG BUTA
Dahulu kala, di sebuah negeri ada seorang raja yang mengalami kerepotan dengan para menterinya.
Mereka terlalu banyak berbantah sehingga nyaris tak satupun keputusan dapat diambil.
Para menteri itu mengikuti tradisi kuno, masing-masing menyatakan bahwa dirinyalah yang paling benar dan yang lainnya salah. Meskipun demikian, ketika sang raja yang penuh kuasa menggelar sebuah pesta di negeri tersebut, mereka semua bisa sepakat untuk cuti bersama.
Intinya, jika hal tersebut menguntungkan mereka, maka mereka baru sependapat.
Si buta pertama dan memintanya untuk menyebutkan dengan lantang seperti apakah gajah itu.
Menurut pertimbangan dan pendapat saya, kata si buta pertama, yang meraba belalai gajah, saya nyatakan dengan keyakinan penuh bahwa seekor gajah adalah sejenis ular.
Sungguh omong kosong, seru si buta kedua yang meraba gading gajah.
Seekor gajah terlalu keras untuk dianggap sebagai seeokr ular. Fakta sebenarnya, dan saya tak pernah salah, gajah itu seperti bajak petani.
Jangan ngawur kamu !, cemooh si buta ketiga yang meraba kuping gajah.
Seekor gajah adalah seperti daun kipas yang besar dan lebar.
Kalian semua makin ngawur... hahahahaha...! tawa si buta keempat yang meraba kepala gajah.
Seekor gajah sudah pasti adalah sebuah gentong air yang besar.
Makin aneh saja kalian ini !, cibir si buta kelima yang meraba badan gajah.
Seekor gajah adalah sebuah batu karang besar.
Dasar orang-orang aneh dan pembohong semua ! kata si buta terakhir yang meraba ekor gajah. Aku akan memberitahu kalian apa sebenarnya gajah itu.
Seekor gajah adalah semacam pecut.
Aku tahu, aku dapat merasakannya dengan sangat.
Sumpah !
Gajah itu seekor ular.
Tidak bisa! Itu gentong air !. Bukan !
Gajah itu…
Dan para buta itu pun mulai berbantah dengan sengitnya, semuanya bicara berbarengan, menyebabkan kata-kata melebur menjadi teriakan-teriakan yang lantang dan panjang.
Tatkala kata-kata penghinaan mulai mengudara, lantas datanglah jotosan.
Para buta itu tidak yakin betul siapa yang mereka jotos, tetapi tampaknya itu tidak terlalu penting dalam tawuran semacam itu.
Mereka sedang berjuang demi pronsip, demi integritas, demi kebenaran.
Kebenaran masing-masing pada kenyataannya.
Saat prajurit raja melerai perkelahian diantara orang-orang buta itu, kerumunan hadirin di alun-alun istana terpaku diam dan wajah para menteri tampak malu. Setiap orang yang hadir menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh raja melalui pelajaran itu.
Masing-masing dari kita hanya mengetahui sebagian saja dari kebenaran.
Bila kita memegang teguh pengetahuan kita yang terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu dari orang buta yang meraba satu bagian dari seekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman mereka itu sebagai sebuah kebenaran, dan yang lainnya: salah.
Bayangkanlah jika ketujuh orang buta itu mampu menarik suatu kesimpulan bahwa seekor gajah adalah sesuatu yang seperti batu karang besar, yang ditopang oleh empat batang pohon.
Di bagian belakang batu karang itu ada seutas pecut pengusir lalat, dan di depannya ada gentong air besar.
Di setiap sisi gentong air itu terdapat dua daun kipas, dengan dua bajak yang mengapit seekor piton panjang !
Mereka tentu akan tahu gambaran seekor gajah yang sebenarnya, bagi orang yang tak akan pernah melihatnya.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi :
1. Tema.
2. Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting.
3. Sudut pandang.
4. Kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Gajah dan Orang Buta, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia.