BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA
Semboyan prinsip pemersatu bangsa dan semangat bangsa Indonesia sebagai simbol yang menggambarkan keadaan Nusantara. Melambangkan kekayaan budaya, keyakinan, suku, ras, bahasa, adat istiadat, dan masih banyak lagi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti beraneka ragam. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti satu. Kata ika berarti itu.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.
Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha. Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuno. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).
Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh Empu Tantular pada abad ke-14.
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti beraneka ragam. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti satu. Kata ika berarti itu.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.
Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha. Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuno. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).
Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh Empu Tantular pada abad ke-14.
BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA yang merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular.
Sasanti ajaran kebajikan ini mengajarkan toleransi antar umat beragama (yang pada waktu itu antara umat Hindu dan Budha), meskipun berbeda namun tetap satu jua adanya.
Kutipan sasanti tersebut berasal dari pupuh 139 bait ke 5 dari kakawin Sutasoma yang secara lengkap berbunyi :
Rw neka dh tu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Sasanti ajaran kebajikan ini mengajarkan toleransi antar umat beragama (yang pada waktu itu antara umat Hindu dan Budha), meskipun berbeda namun tetap satu jua adanya.
Kutipan sasanti tersebut berasal dari pupuh 139 bait ke 5 dari kakawin Sutasoma yang secara lengkap berbunyi :
Rw neka dh tu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Bilamana diterjemahkan kata per kata akan menjadi seperti berikut ini, kata bhinneka berarti beraneka ragam atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti satu.
Kata ika berarti itu.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan itu.
Kembali kepada kerajaan Majapahit, dari tinjauan terhadap sasanti Bhinneka Tunggal Ika (tan hana dharma manrwa) tersebut dapatlah kita tarik suatu kesimpulan bahwa kerajaan Majapahit dapat menjadi besar, megah dan berjaya adalah karena adanya persatuan dan kesatuan yang militan diantara masyarakatnya pada waktu itu.
Bersatu kita teguh, bercerai kita jatuh, hal ini pulalah yang menjadi motto pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia untuk merebut serta mewujudkan suatu kemerdekaan yang hakiki.
Bilamana diterjemahkan kata per kata akan menjadi seperti berikut ini, kata bhinneka berarti beraneka ragam atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti satu.
Kata ika berarti itu.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan itu.
Kembali kepada kerajaan Majapahit, dari tinjauan terhadap sasanti Bhinneka Tunggal Ika (tan hana dharma manrwa) tersebut dapatlah kita tarik suatu kesimpulan bahwa kerajaan Majapahit dapat menjadi besar, megah dan berjaya adalah karena adanya persatuan dan kesatuan yang militan diantara masyarakatnya pada waktu itu.
Bersatu kita teguh, bercerai kita jatuh, hal ini pulalah yang menjadi motto pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia untuk merebut serta mewujudkan suatu kemerdekaan yang hakiki.
SEMUA ADALAH KEHENDAK YANG KUASA
SEMOGA NUSANTARA DAMAI AMAN SENTOSA (sandang, pangan, papan) tercukupi
TERCAPAI INDONESIA EMAS
Imajier Nuswantoro
Imajier Nuswantoro