KEMBALINYA PERADABAN BUDI PEKERTI
Penulis : Raden Tri Priyo Nugroho
SELAYANG PANDANG
Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan
perkembangan manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu
masyarakat yang kompleks dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya
dan pemukiman. Dibandingkan dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah
peradaban tersusun atas beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur
hierarki sosial. Peradaban sering digunakan sebagai istilah lain kebudayaan di
kalangan akademis. Dalam pengertian umum, peradaban adalah istilah deskriptif
yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Hal ini karena
peradaban awal terbentuk ketika orang mulai berkumpul di pemukiman perkotaan di
berbagai belahan dunia. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh
kompleksitas dan organisasi sosial serta keragaman kegiatan ekonomi dan budaya.
Awalnya, para antropolog dan ahli lainnya menggunakan kata
peradaban dan masyarakat beradab untuk membedakan masyarakat yang mereka anggap
lebih unggul secara budaya dengan kelompok masyarakat lain yang dianggap
inferior secara budaya (disebut juga liar atau barbar). Penggunaan istilah
peradaban secara etnosentris memunculkan anggapan bahwa masyarakat di sebuah
peradaban memiliki moral yang baik dan budaya yang maju, sementara masyarakat
lain memiliki moral yang buruk dan terbelakang. Sejarah penggunaan istilah ini
menjadikan definisi peradaban terus berubah. Peradaban adalah kebudayaan
yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.
MAKNA PERADABAN
Peradaban adalah seluruh hasil budi daya manusia yang mencakup
seluruh aspek kehidupan, baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik
(nilai-nilai, tatanan). Masyarakat yang maju dalam kebudayaan tertentu berarti
memiliki peradaban yang tinggi. Peradaban memiliki ciri-ciri dan karakteristik
untuk memperjelas dan membedakannya dengan kebudayaan. Sebab, peradaban dan
kebudayaan merupakan hal berbeda. Setiap masyarakat memiliki peradabannya
sendiri dan ditandai dengan kehidupan yang nyaman. Selain itu, peradaban
memiliki wujud moral, norma, etika, dan estetik. Arti Peradaban Dikutip dari
buku Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi oleh Gunsu
Nurmansyah dkk (2012:100-101), peradaban secara umum adalah bagian dari
kebudayaan. Dalam bahasa Belanda, peradaban disebut bescahaving dan dalam
bahasa Inggris disebut civilization. Sedangkan, dalam bahasa Jerman Die
Zivilsation. Asal kata civilization dalam bahasa latin adalah civilis yang
berarti sipil, berhubungan dengan kata civis (penduduk) dan civitas (kota).
Secara bahasa, peradaban atau civilation adalah penduduk yang memiliki kemajuan
dan lebih baik. Masyarakat pemilik kebudayaan tersebut sudah pasti memiliki
peradaban yang tinggi. Sementara menurut Arnold Toynbee dalam buku The
Disintegrations of Civilization (1965:1355), peradaban adalah kebudayaan yang
telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian
lain menyebutkan, peradaban adalah seluruh hasil budi daya manusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik
(nilai-nilai, tatanan). Antropolog Koentjaraningrat mengatakan, peradaban
adalah bagian-bagian yang halus dan indah seperti seni. Masyarakat yang telah
maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi. Istilah
peradaban dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian terhadap
perkembangan kebudayaan. Pada waktu kebudayaan mencapai puncak perkembangannya,
unsur-unsur budaya bersifat halus, indah, tinggi, sopan, dan luhur. Masyarakat
pemilik kebudayaan dikatakan memiliki peradaban tinggi. Ciri-ciri Peradaban
Secara harfiah, peradaban berasal dari kata adab yang berarti akhlak, yaitu
kesopanan budi pekerti. Peradaban merupakan tahapan kebudayaan tertentu yang
bercirikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain. Setiap masyarakat
memiliki peradabannya sendiri dan ditandai dengan kehidupan yang nyaman.
Ciri-ciri peradaban membantu dalam membedakan peradaban dan kebudayaan. Adapaun
ciri-ciri kebudayaan secara umum sebagai berikut :
1.
Pembangunan kota baru dengan tata ruang baik dan indah.
2.
Sistem pemerintahan yang tertib (adanya hukum dan peraturan).
3.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.
Strata Sosial yang kompleks dan bermacamnya perkerjaan (keahlian)
masyarakat.
Wujud Peradaban Dikutip dari buku Manusia dan Sejarah : Sebuah
Tinjauan Filosofis oleh Yulia Siska (2015:62), menurut Koentjaraningrat wujud
peradaban sebagai berikut :
1.
Moral adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
masyarakat.
2.
Norma adalah aturan, ukuran, atau pedoman untuk menentukan benar,
salah, baik, dan buruk sesuatu.
3.
Etika merupakan nilai-nilai norma moral atau sopan santun dalam
mengatur tingkah laku manusia.
4.
Estetik adalah keindahan yang mencakup kesatuan unity, keselarasan
balance dan kebaikan contrast dalam segala sesuatu.
BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal),diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari
kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya
dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan
bahwa budaya bisa dipelajari. Budaya merupakan suatu pola
hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya
:
·
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri. Citra yang memaksa itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai
budaya seperti individualisme kasar di Amerika, keselarasan individu dengan
alam di Jepang, dan kepatuhan kolektif di Tiongkok.
·
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
KEBUDAYAAN
Pengertian Kebudayaan menurut para pakar ahli :
1.
Ki Hajar Dewantara. Kebudayaan adalah buah budi manusia yang
merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan
zaman. Kebudayaan adalah bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dalam hidup dan penghidupannya.
2.
Goenawan Mohamad. Goenawan Mohamad menekankan pentingnya bahasa,
sastra, dan seni sebagai inti dari kebudayaan. Baginya, ketiga hal tersebut
bukan hanya warisan, tetapi juga roh yang menghidupkan identitas suatu bangsa.
3.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: Mereka mendefinisikan
kebudayaan sebagai sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
4.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Antropolog
Melville J. Herskovits dan Bronisław Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah determinisme
budaya (cultural-determinism).
5.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganik. Sementara menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan, serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
6.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
menyatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Sementara itu, M. Selamet Riyadi, budaya adalah suatu bentuk rasa
cinta dari nenek moyang kita yang diwariskan kepada seluruh keturunannya, dan
menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan
tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki
manusia dengan belajar.
7.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sementara itu,
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Jadi secara umum,
dalam perspektif sastrawan, kebudayaan tidak hanya dimaknai sebagai benda fisik
atau adat istiadat semata, tetapi juga sebagai sistem gagasan, nilai, dan makna
yang membentuk cara hidup dan identitas suatu masyarakat. Sastra sendiri sering
kali berfungsi sebagai medium untuk merefleksikan, mengkonservasi, dan
mentransformasi nilai-nilai budaya tersebut.
BUDI PEKERTI
Budi pekerti terdiri dari dua kata yaitu Budi dan Pekerti. Budi yang berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. pekerti berarti kelakuan. Secara etimologi Jawa budi berarti nalar, pikiran atau watak. sedangkan pekerti berarti penggawean, watak, tabiat atau akhlak. Dalam bahasa Sanskerta Budi berasal dari kata Budha yaitu kata kerja yang berarti sadar, bangun, bangkit (kejiwaan). Budi adalah penyadar, pembangun, pembangkit. budi adalah ide-ide. Pekerti dari akar kata kr yang berati bekerja, berkarya, berlaku, bertindak (keragaan). Pekerti adalah tindakan- tindakan. Budi pekerti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana, serta manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri mengandung pengertian yang positif, namun mungkin pelaksanaannya yang negatif. Penerapannya tergantung pada manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan rohani manusia yakni pemikiran, rasa dan karsa yang akhirnya muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi kenyataan dalam kehiduapan. Ada juga yang berpendapat bahwa budi pekerti atau moral dalam pengartian yang terluas adalah pendidikan. dengan kata lain budi pekerti mempelajari arti diri sendiri (kesadaran diri) dan penarapan dari arti itu dalam bentuk tindakan. penerapan tindakan berarti memperoleh pengalaman dunia nyata atau lingkungan hidup yang dangat berperan dalam pembelajaran budi pekerti.
Menjadi seseorang yang memiliki sifat dan perilaku yang berbudi pekerti, merupakan sering kita dengar. Namun, apa itu budi pekerti, bagaimana itu budi pekerti, dan seperti apa itu budi pekerti yang sebenarnya ?.
Hal ini menjadi kalang kabur ketika lingkungan kita semakin
berbeda dengan lingkungan orang lain. Banyak di antara masyarakat yang sulit
beradaptasi atau menyesuikan diri dengan lingkungan sekitar untuk dapat
menelaah atau mengetahui bagaimana karakteristik dari perilaku mereka. Hingga
sebagian dari orang lain di lingkungan tersebut menganggap orang ini berbeda. Seperti
halnya dengan budi pekerti. Jika seseorang memiliki perilaku yang berbeda
dengan lingkungan sekitarnya maka, seseorang dianggap berbeda dan tak jarang di
cemooh oleh kelompok tersebut. Namun sebaliknya, jika salah seorang dari
kelompok tersebut berada di lingkungan orang yang di cemooh, maka ia pun
dianggap berbeda dan tentu saja akan dicemooh dan dianggap memiliki perilaku
yang berbeda. Maksud penulis memberikan sebuah analogi-analogi diatas bukan
untuk memusingkan teman-teman, melainkan memberikan informasi kepada
teman-teman bahwa dalam dunia ini memiliki perbedaan perilaku di setiap daerah
atau kelompok. Perbedaan tersebut yang membuat dalam mendefinisikan budi
pekerti menjadi rumit dan memusingkan. Jika memberikan sebuah ukuran tentang
baik dan buruk terhadap perilaku seseorang, tentu tidaklah semudah isapan
jempol, atau semudah mengucapkannya. Sehingga untuk mendefinisikan budi pekerti
atau memberikan pengertian budi pekerti, perlu analisis mendalam dan terkadang,
perbedaan-perbedaan setiap perilaku dalam kelompok atau daerah, tak jarang
memberikan perbedaan pengertian terhadap budi pekerti, tujuan dan macam-macam
budi pekerti serta contoh-contoh budi pekerti yang harus digunakan dalam
lingkungan demikian. Olehnya itu, beberapa dari definisi para ahli atau
pengertian budi pekerti membuat penulis untuk menggali lebih dalam mengenai
budi pekerti dan memusingkan penulis untuk mencari sesuatu definisi atau konsep
budi pekerti yang sesuai dengan budaya Indonesia yang juga memiliki
keanekaragaman atau meiliki banyak budaya didalamnya.
Pengertian Budi Pekerti
Pengertian Budi Pekerti secara etimologi, dimana istilah budi bekerti yang dalam bahasa jawa disebut dengan budi pakerti, yang di maknai dan didefinisikan sebagai budi berarti pikir sedangkan pakerti berarti perbuatan. Berangkat dari kedua makna dan pengertian budi dan pakerti tersebut sehingga didasarkan bahwa pengertian budi pekerti adalah sikap dan perilaku seseorang, keluarga, maupun masyarakat erat kaitannya dengan norma dan etika. Dalam membicarakan budi pekerti yang didefinisikan atau pengertian budi pekerti secara terminologi adalah nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata krama, dan sopan santun, atau norma budaya/adat istiadat suatu masyarakat atau suatu bangsa. Budi juga sering diartikan sebagai nalar, pikiran, akal. Budi tersebut yang menyatukan kita semua sebagai manusia, entah mereka itu dari suku, golongan, kelompok atau umur apapun. Sejauh mereka adalah manusia, mereka tentu juga memiliki kesamaan budi. Dengan nalar demikianlah, orang ber pekerti= bertindak baik. Maka pelajaran budi budi pekerti, merupakan pejalaran tentang etika hidup bersama dengan bertindak baik yang berdasarkan nalar. Adapun unsur kesadaran, dan unsur melaksanakan kesadaran tersebut.
Pengertian Budi Pekerti Menurut Para Ahli
Pengertian budi pekerti, juga tidak hanya berhenti di situ saja. Ada banyak para ahli yang juga mendefinisikan budi pekerti dan memberikan arah dan konsep mengenai budi pekerti. Beberapa pengertian budi pekerti menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Ki
Sugeng Subagya. Ki Sugeng Subagya (Februari 2010) mengartikan istilah budi
pakerti sebagai perbuatan yang dibimbing oleh pikiran; perbuatan yang merupakan
realisasi dari isi pikiran; atau perbuatan yang dikendalikan oleh pikiran.
2. Ensiklopedia
Pendidikan. Menurut Ensiklopedia Pendidikan, budi pekerti diartikan sebagai
kesusilaan yang mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia; sedangkan
manusia susila adalah manusia yang sikap lahiriyah dan batiniyahnya sesuai
dengan norma etik dan moral. Dalam konteks yang lebih luas.
3. Badan
Pertimbangan Pendidikan Nasional. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1997)
mengartikan istilah budi pekerti sebagai sikap dan prilaku sehari-hari, baik
individu, keluarga, masyarakat, maupun bangsa yang mengandung nilai-nilai yang
berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan,
integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem moral, dan yang
menjadi pedoman prilaku manusia Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan bersumber pada falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran
agama serta budaya Indonesia.
4.
Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
Tujuan budi pekerti atau pendidikan budi pekerti adalah sesuatu yang dituju atau sesuatu yang akan dicapai, ia merupakan dunia cita yakni suasana yang sesuai dengan yang ingin diwujudkan (Zuhairini, 1995: 159). Kegiatan tersebut harus mempunyai tujuan agar mampu dicapai dari kegiatan itu yang dapat diketahui, karena kegiatan tanpa tujuan dapat berjalan tanpa arah. Berdasarkan sistem pendidikan Nasional, rumusan pendidikan baik tujuan krikuler, hingga tujuan instruksional menggunakan klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom dimana garis besarnya dbagi dalam tiga aspek yakni, ranah kognitif, afektif dan psikomotr. Ranah kognitif sesuai dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif yang sesuai dengan sikap dan ranah psikomotorik dengan keterampilan dan kemampuan dalam bertindak (Nana Sudjana, 1993:22). Menurut Haidar Putra Dauly, bahwa tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah mengembangkan nilai, sikap dan perilaku siswa demi melancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Dapat dikatakan bahwa pendidikan budi pekerti merupakan nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai dari akhlak mulia yakni tertanamnya nilai akhlak mulia ke dalam diri peserta didik kemudian terwujud dalam tingkah lakunya. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro yakni ngerti-ngerasangelakoni (menyadari, menginsyafi dan melakukan). (Pendidikan Taman Siswa, 1977:1). Hal demikian mengandung pengertian bahwa pendidikan budi pekerti adalah bentuk dari pendidikan dan pengajaran yang menitikberatkan terhadap perilaku dan tindakan siswa dalam mengapresiasikan dan mengimplementasikan nilai dari budi pekerti ke dalam tingkah laku sehari-hari. Pendidikan budi pekerti juga merupakan suatu upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan perilaku peserta didik agar mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang antara lahir batin, jasmani-rohani, material spiritual, dan individusosial. (Balitbang Puskur, Depdiknas, 2001). Budi Pekerti memiliki definisi atau pengertian yang bermacam-macam. Oleh karena itu sebaiknya kita memiliki keterangan jelas dalam mendefinisikan budi pekerti. Sikap dan perilaku demikian mengandung lima jangkauan yakni :
1.
Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan
Tuhan
2.
Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan
diri sendiri
3.
Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan
keluarga
4.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya
bersama masyarakat dan bangsa
5.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya
dengan alam sekitar.
Budi pekerti diartikan sebagai alat batin untuk menimbang perbuatan baik dan buruk. Sebagai alat batin, budi pekerti dianggap sebagai sesuatu hal yang terdapat dalam diri seseorang yang terdalam misalnya suara hati.
Macam-Macam Budi Pekerti dan Contohnya
1. Sikap
terhadap Tuhan. Penghormatan kepada Sang Pencipta. Sebagai makhluk kita
menghormati sang Pencipta. Kita lewat penghayatan imam kita diajak untuk
menghormati dan memuji Sang Pencipta. Pujian demikian dapat diwujudkan dalam
sikap berbaik kepada semua makhluk ciptaan, khususnya pada diri sendiri. Sikap
menghargai iman orang lain, dan menghargai bentuk iman orang lain.
2. Sikap
terhadap Sesama Manusia. Sikap terhadap sesama manusia bisa ditinjau dari
beberapa sikap sebagai berikut :
· Sikap
penghargaan terhadap setiap manusia. Penghargaan bahwa pribadi manusia itu
bernilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan harus dikembangkan. Setiap
manusia, sebagai sesama ciptaan Tuhan, siapapun mereka,adala bernilai.
· Penghargaan
terhadap Perempuan. Salah satu wujud penghargaan setiap manusia adalah
penghargaan terhadap perempuan (gender). Persoalan demikian menjadi penting di
zaman ini agar perempuan tidak didiskriminasikan terhadap laki-laki. Perempuan
dan laki-laki diciptakan sederajat, mereka sama-sama bernilai didepan apalagi
dilecehkan. Mereka harus dihargai sederajat dengan laki-laki yang membedakan
mereka adalah fungsinya.
· Menghargai
Gagasan Orang Lain serta Ingin Hidup Bersama Orang Lain yang Berbeda. Sikap
demikian jelas membantu kita menjadi manusia karena memanusiakan manusia lain.
Di Indonesia yang kini masuk dalam bentuk demokrasi, sikap demikian diperlukan.
· Sikap
Tenggang Rasa, Berlaku Adil, Suka Mengabdi, Ramah, Setia, Sopan dan Tepat
Janji. Sikap demikian jelas membantu orang dalam berelasi dengan orang lain dan
hidup bersama orang lain. Berlaku adil dan bertenggang rasa merupakan wujud
penghargaan terhadap orang lain, terhadap sesama kita. Hal ini sangat penting
untuk ditekankan sikap jujur, terlebih dalam situasi Indonesia menjadi juara
korupsi di dunia.
· Sikap
demokratis: non diskriminatif dan non represif. Sikap non diskriminatif dan non
represif adalah wujud dari demokrasi. Dalam negara yang demokratis, orang tidak
boleh mendiskriminasikan berdasarkan suku, agama tingkat sosial, maupun dari
level pendidikan. Orang mendapatkan perlakuan sama dalam mendapatkan pelayanan
masyarakat dan negara misalnya dalam hal pendidikan dan tujuan. Orang tidak
boleh untuk ditindas oleh orang lain atau dalam kelompok lain, melainkan untuk
dihargai. Penindasan dalam bentuk apapun dapat dianggap melanggar nilai
kemanusiaan SIkap demikian perlu ditanamkan pada anak didik sehingga pada saat
mereka kecil tidak mendiskriminasikan dan menindas orang lain atau teman lain.
· Penghormatan
terhadap sexualitas dan hidup berkeluarga. Nilai demikian perlu untuk
dikenalkan khususnya agar anak didik dapat menghargai dan menggunakan
sexualitas tersebut secara benar dan tidak membuat pelecehan sexual dan
menyalahgunaknnya.
· Sikap
berbangsa dan cinta tanah air. Sikap cinta kepad atanah air, rela ikut
membangun bersama hidup bernegara, terlibat dalam hidup bersama untuk membangun
negara, kemudian taat kepada hukum yang berlaku demi lancarnya hidup bersama,
yang kesemuanya perlu untuk ditekankan dalam menbagun bangsa ini.
· Nilai
adat dan aturan sopan santun. Beberapa dari budaya memiliki nilia hidup untuk
bersama yang dianggap baik. Nilai demikian perlu untuk ditawarkan kepada anak
didik untuk dapat masuk dalam budaya dan dapat mengerti budaya serta orang dari
mereka. Nilai sopan santun tersebut memang tidak berlaku dimuka umum, melainkan
lebih ditentukan daerah dari masing-masing. Maka nilainya relatif. Namun meski
relatif memiliki kebaikan perlu untuk diperkenalkan.
3. Sikap
Terhadap Diri Sendiri. Sikap terhadap diri sendiri dapat ditinjau dari beberapa
contoh sikap berikut ini :
· Sikap
jujur, terbuka, harga diri semuanya perlu untuk perkembangan diri anak didik.
Ketidakjujuran menjadi biangnya segala macam korupsi yang menghancurkan negara
kita ini dan juga menghancurkan relasi yang baik untuk setiap manusia. Dengan
demikian, nilai kejujuran tersebut perlu ditegakkan bila ingin negara kita
sungguh berkembang dan manusia yang terdapat di dalamnya semakin sejahtera.
· Beberapa
sikap pengembangan sebagai peribadi manusia misalnya disiplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang kesempurnaan diri
pribadi. Meski hal demikian tidak langsung berkaitan denga orang lain, namun
dapat membantu dalam menjalin kerja sama dengan orang lain. Yang perlu
dikembangkan di antara orang muda adalah semangat kemandirian. Orang muda
demikian butuh dibantu agak menjadi lebih mandiri, berani menghadapi persoalan
hidup sendiri, berani berjuang dalam kesulitan dan tidak menyerah begitu saja.
· Daya
juang dan penguasaan diri dalam melawan budaya instant dan mencari senang
sendiri misalnya penguasaan terhadap narkoba untuk zaman ini demikian penting.
Tantangan yang besar dan yang dihadapi bila kita memiliki daya juang yang
besar. Tanpa hal tersebut, tentu akan terlbas dengan arus zaman yang tidak
sehat.
· Kebebasan
dan tanggung jawab. Sikap khas dari manusia sebagai pribadi adalah dia yang
memiliki kebebasan dalam mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap
ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap diri sendiri, terhadap orang alam
dan tuhan. Sikap ini, jelas dapat mewujudkan dalam kebebasan mimbar, kebebasan
bicara, kebebasan dalam mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab.
4. Sikap
Penghargaan terhadap Alam. Penghargaan terhadap alam diciptakan untuk digunakan
oleh semua manusia agar mampu hidup dengan bahagian, sehingga dalam penggunaan
alam hanya untuk diri sendiri jelas tidak dapat dibenarkan. Pengrusakan alam
hanya dapat memberikan kehidupan kepada segelintir orang juga tidaklah benar. Keserakahan
dalam penggunaan alam adalah kesalahan. Dalam sekolah siswa dibimbing dalam
menjaga lingkungan hidup, menggunakan barang secara bertanggung jawab, dan
kritis terhadap persoalan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
CONTOH BUTIR-BUTIR BUDAYA JAWA
- Yen
Arep Weruh Trahing Ngaluhur, Titiken Alusing Tingkah-Laku Budi Basane. (Untuk
Mengenali Seseorang Memiliki Tradisi Berbudi Luhur / Orang-Orang Besar,
Perhatikanlah Kehalusan Tingkah Laku, Budi Pekerti dan Bahasanya)
- Hanggayuh
kasampurnaning hurip, berbudi bowo leksono, ngudi sejatining becik. (Berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai level kesempurnaan hidup, berjiwa besar
dan selalu berusaha mencari kebenaran sejati).
- Urip
iku saka Pangeran, bali marang Pangeran. (hidup itu berasal dari Tuhan dan akan
kembali pada Tuhan)
- Pangeran
iku siji, ana ing ngendi papan, langgeng, sing nganaake jagad iki saisine, dadi
sesembahane wo sa alam kabeh, nganggo carane dewe-dewe. (Tuhan itu satu, ada
dimana-mana, abadi, pencipta alam se-isinya, dan menjadi sesembahan manusia
sejagad raya, dengan memakai tata caranya masing-masing)
- Manungso
sadermo nglakoni, kadyo wayang umpamane. (Manusia hanya sekedar menjalani,
ibarat wayang tergantung pada otoritas dalang).
- Owah
gingsire kahanan iku saka karsaning Pengeran Kang Murbeng Jagad. Ora ana
kasekten sing madhani papesthen, awit papesthen iku wis ora ana sing bisa
murungke. (Perubahan keadaan itu kehendak Tuhan. Tiada kesaktian yang menyamai
kepastian Tuhan, karena tiada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan).
- Pasrah
marang Pangeran iku ora atages ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen
Pangeran iku Maha Kuasa. Dene hasil orane apa kang kita tuju kuwi saka
kersaning Pangeran. (Sikap pasrah kepada Tuhan bukan berarti tidak mau bekerja,
melainkan percaya bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Berhasil tidaknya apa yang kita
lakukan merupakan otoritas Tuhan).
- Panggawe
ala lan panggawe becik iku tut wuri lan tuduh dalan nganti delahan. Mula wong
iku mumpung urip ngudia kabecikan, supaya dadi sarana bisane oleh swarga. (Perbuatan
buruk dan baik itu mengikutimu dan menunjukkan jalan sampai ajal. Oleh karena
itu selagi masih hidup, jalankan perbuatan yang baik, agar memperoleh sarana
memperoleh tempat di surga).
- Wong
becik ora keno mangan daging kang ora suci, kudu nyirik sembarang kang dadi
regeding awak utawa cedhaking satru lahir bathin. (Orang baik tidak boleh makan
daging yang tidak suci, harus pantang terhadap apa saja yang menjadikan badan
kotor atau segala sesuatu yang mendekatkan/ menyebabkan ketidakjernihan lahir
maupun bathin, termasuk makan dari yang bukan haknya, misalnya harta hasil
korupsi).
- Aja lali marang ngelmu kang karya tentreming ati, jalaran kuwi kang bisa gawe mulyanira lahir batin. (jangan lupa terhadap pengetahuan yang dapat menenteramkan hati, sebab yang demikian itu membuat tenteram lahir-batin).
- Rame ing gawe sepi ing pamrih, memayu hayuning bawana. (Banyak berkarya, tanpa menuntut balas jasa, untuk menyelamatkan kesejahteraan manusia).
- Tumindak
kanthi duga lan prayoga. (segala tindakan harus disertai tata krama dan
pertimbangan yang baik).
- Balilu
tan pinter durung nglakoni. (berani melakukan suatu kebaikan lebih baik dari
pada sekedar menguasai dalil-dalilnya)
- Samubarang
ngunduh wohing pakerti. (segala tindakan akan menuai hasil sesuai jalan yang
dipilihnya).
- Sing
sapa seneng gawe nelangsane liyan, iku ing tembe bakal kena piwalese saka
penggaweane dewe. (barang siapa melakukan perbuatan yang menyebabkan
kesengsaraan orang lain, akhirnya nanti ia akan mendapat pembalasan dari
perbuatannya sendiri).
- Urip
rukun, aja gawe pati lan larane liyan. (hidup rukun dan jangan melakukan
tindakan yang menyebabkan penderitaan dan matinya orang lain).
- Tentrem
iku saranane urip aneng donya . (ketentraman hidup merupakan sarana dalam
menjalani kehidupan dunia).
- Perang
kalawan sadulur iku ora becik, mula aja seneng perang kalawan sadulur. (perang
dengan saudara itu tidak baik, oleh karena itu jangan suka perang antar
saudara).
- Perang
kalawan sedulur iku becik, lamun ana sedulur kang digunakake mungsuh kanggo
ngrusak negarane dhewe. (perang saudara itu baru diperbolehkan ketika ada
saudara sebangsa yang dimanfaatkan musuh untuk merusak negaranya sendiri).
- Klabang
iku wisane ana ing sirah, kalajengking iku wisane mung ana pucuk buntut. Yen
ula mung dumunung ana ula kang duwe wisa. Nanging yen durjana wisane dumunung
ana ing sekujur badane. (Racun klabang/ binatang kaki seribu ada di kepala.
Racun Kalajengking hanya di pucuk ekor. Racun ular hanya ada pada ular yang
berbisa. Sedang penjahat racunnya terletak pada seluruh badannya).
21. Negara
akeh pepeteng, jalaran kurang sandang kurang pangan lan penguwasa datan darbe
watak ber budi bawa leksana, tur ora ana janma kang handana warih, ing kono
negara bakal dikuasai dhemit lan banaspati. (kehidupan negara akan gelap
gulita, apabila kurang sandang kurang pangan dan penguasanya tidak berjiwa
besar dan berhati mulia, lagi pula tidak ada orang yang mampu mewujudkan
kesejahteraan, disitu negara akan dikuasai oleh dhemit dan banaspati).
22. Kawula
iku minangka tamenging Negara, samangsa ana panca baya. (rakyat itu merupakan
perisainya Negara manakala ada bahaya).
23. Negara
bisa tentrem lamun murah sandhang kalawan pangan, marga para kawula padha
seneng nyambut karya, lan ana panguasa kang darbe sifat berbudi bawaleksana. (Negara
itu dapat tenteram kalau murah sandang pangan, sebab rakyatnya gemar bekerja
dan ada penguasa yang mempunyai sifat adil dan berjiwa mulia).
24. Aja
kagetan, aja gumunan, aja dumeh. (jangan kagetan, jangan heran dan jangan
mentang-mentang).
25. Hormat
kalawan Gusti, Guru lan wong atuwo loro. (hormat/ taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa, guru, pemerintah dan kedua orang tua).
26. Bangsa
iku minangka kuating Negara, mula aja nglirwaake kebangsanira pribadi, supaya
kanugrahan bangsa kang handana warih. (komitmen kebangsaan itu sebagai syarat
kuatnya suatu negara. Oleh karena itu jangan mengabaikan rasa/ komitmen
kebangsaanmu sendiri, agar menjadi bangsa yang berhasil).
27. Negara
iku ora guna lamun ora darbe angger-angger minangka pikukuhing Negara kang
adedhasar idi kalbune manungso salumahing Negara kuwi. (Negara tidak akan
berguna kalau tidak mempunyai undang-undang yang menjadi dasar kuatnya suatu
negara, yang sesuai dengan isi jiwa seluruh bangsa).
28. Yen
wong becik kang kuwasa, kabeh kang ala didandani lamun kena, dene yen ora kena,
disingkirake mundhak nulari /cuplak andheng-andheng, (Kalau orang baik yang
berkuasa, maka semua yang jelek kalau dapat diperbaiki, sedangkan kalau tidak
dapat, maka harus disingkirkan, agar tidak menular kejelekannya).
29. Ing
wektu akeh wong kang seneng uripe marga panggautane akeh pametune, ing kono
negara bisa tentrem, ora ono wong colong jupuk darbeking negara. (pada saat
banyak orang senang hidupnya karena hasil kerjanya banyak, disitu negara
tenteram, tidak ada orang yang mengambil atau mencuri kepunyaan negara).
30. Ratu iku durung mesti kepenak uripe, lamun ora bisa ngaweruhi kawulane. (Pemimpin itu belum tentu enak hidupnya/ disandera oleh beban kepemimpinanya manakala tidak mampu mengetahui aspirasi rakyatnya).
Negara kuwat, iku amarga kawulane seneng uripe lan disuyudi dening liyan Negara. (Negara itu kuat kalau rakyatnya senang hidupnya dan dihormati oleh negara lain).
CONTOH FILOSOFI KEJAWEN
1. Memayu
Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara. Artinya, menebar kebaikan untuk
kemakmuran dunia, memberantas kemungkaran. Maknanya, dalam kehidupan dunia
manusia harus menebarkan kemakmuran (kedamaian dan kesejahteraan) bagi alam
semesta; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. Dalam agama
Islam, dikenal dengan "Rahmatan lil alamin" dan "Amar makruf
nahi munkar".
2. Urip
Iku Urup. Hidup itu nyala, maksudnya adalah hidup itu haruslah menjadi penerang
bagaikan lentera. Maknanya dalam hidup orang hendaknya memberi manfaat bagi
orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu
akan lebih baik. Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, "khairunnas
anfa'uhum linnas", artinya manusia yang paling baik ialah manusia yang
paling bermanfaat bagi manusia yang lain.
3. Ngunduh
Wohing Pakarti. Artinya, menuai hasil dari setiap perbuatan, maksudnya bahwa
setiap perbuatan (baik atau buruk) pasti akan mendapat balasan. Maknanya semua
orang akan mendapatkan akibat dari setiap prilakunya sendiri (kebaikan maupun
keburukan). Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain
karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi,
kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak. Allah SWT berfirman:
"Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah - Wa man Ya'mal mitsqaala
dzarratin syarran yarah" artinya barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
atau keburukan, meski sebesar zahrah (debu/atom) niscaya akan memperoleh
balasan (QS. Al-Zalzalah: 7-8).
Surat az-Zalzalah Ayat
7-8
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُۥ
Arab-Latin: fa may ya'mal miṡqāla
żarratin khairay yarah
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Surat Az-Zalzalah Ayat 7
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا
يَرَهُۥ
Arab-Latin: wa may ya'mal miṡqāla
żarratin syarray yarah
Artinya: Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.
Surat Az-Zalzalah Ayat 8
Ditemukan pelbagai penafsiran dari
para ulama tafsir terkait makna surat az-zalzalah ayat 7-8, misalnya seperti di
bawah ini :
Dan barangsiapa berbuat kejahatan
seberat semut kecil pula, maka ia pun akan melihatnya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dan barangsiapa melakukan keburukan
di dunia seberat dzarrah, maka dia akan mengetahui balasannya di akhirat. Ibnu
Abu Hatim dari Sa’id bin Jubair berkata: “Saat ayat ini turun {wa yuth’imuunath
tha’aama ‘ala hubbihi …} orang-orang muslim beranggapan bahwa mereka tidak
menerima pahala atas sesuatu yang sedikit bila memberikannya (kepada orang
lain), sedangkan yang lain beranggapan bahwa mereka tidak akan disalahkan atas
dosa yang remeh, yaitu berbohong, mengintip, mengumpat dan dosa-dosa lain yang
serupa, sesungguhnya Allah hanya menjanjikan neraka bagi orang-orang yang
berdosa besar, maka Allah menurunkan dua ayat ini [ayat 7 dan 8]” (Tafsir
al-Wajiz)
وَمَن يَعْمَلْ (Dan barangsiapa yang
mengerjakan) Ketika di dunia. مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ(kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula) Yakni dia akan
melihatnya di hari kiamat, sehingga dia akan merasa sedih; dan bisa jadi Allah
akan mengampuninya. Makna (الذر) yakni debu yang beterbangan yang terlihat saat
terkena sinar matahari. (Zubdatut Tafsir)
4. Sugih
Tanpa Bandha, Sekti Tanpa Aji-Aji. Terjemahan literalnya adalah "kaya
tanpa harta kekayaan, sakti/kuat tanpa ajian mistis". Maknanya bahwa
kekayaan batin itu lebih berharga daripada harta benda, dan kekuatan karakter
lebih penting daripada kekuatan fisik. Makna lain adalah orang kaya itu
bukanlah orang yang banyak harta tetapi orang yang kaya hati atau besar
jiwanya. Sedangkan orang bisa menjadi hebat dan kuat itu tidaklah dengan mantra
tetapi dengan ilmu.
5. Ajining
raga saka ing busana. Arti literalnya adalah "Kehormatan raga berasal dari
busana, sedangkan kehormatan diri berasal dari lisan dan prilaku".
Maknanya, kehormatan luar seseorang bisa dilihat dari cara berpakaiannya.
Sedangkan kehormatan diri (marwah) dilihat dari cara berkomunikasi dan moral
prilakunya. Cara berpakaian itu menentukan kehormatan raga dan cara berbicara
menunjukkan kehormatan diri seseorang. Penampilan dan ucapan kita mempengaruhi
bagaimana orang bereaksi dan menghargai kita. Sedangkan kehormatan diri
ditentukan oleh bagaimana seseorang berucap dan budi pekertinya. Dalam agama
Islam, Rasulullah bersabda, "Hiyaa Rukum 'Akhaa Sinukum Akhlaaq",
Sebaik-baik orang diantara kalian ialah orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari
& Muslim).
6. Lembah
Manah lan Andhap Asor (tawadhu'). Dalam bahasa jawa pengertian "lembah
manah" dan "andhap asor" mempunyai pengertian yang mirip, yaitu
bersikap rendah hati dan sopan santun. Filosofi ini bagai pepatah:
"Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk" artinya: semakin
tinggi ilmunya semakin rendah hatinya; kalau sudah pandai jangan sombong,
selalulah rendah hati. Dalam Islam sikap luhur seperti itu dikenal dengan
istilah "tawadhu".
7. Mulat
Sarira Hangrasa Wani. Arti mulat berarti melihat dan sarira berarti badan,
maknanya "introspeksi diri atau merenungkan diri sendiri". Sedangkan
hangrasa berarti merasa, dan wani berarti berani., maknanya "berani dengan
penuh kesadaran". Makna keseluruhan adalah "berani dengan kesungguhan
hati melihat kekurangan diri". Jadi harus ada keberanian, artinya
kesungguhan hati untuk melihat kekurangan diri. Dalam Bahasa Arab atau khasanah
Islam dikenal dengan frase: muhasabah atau tafakur.
8. Becik
ketitik - Ala ketara. Secara harfiah dapat diterjemahkan "perbuatan baik
akan nampak, dan perbuatan buruk akan terungkap". Maknanya bahwa perbuatan
baik yang meskipun tidak diperlihatkan atau diketahui orang lain, pada akhirnya
pasti akan tampak atau diketahui orang. Sebaliknya bahwa perbuatan buruk
meskipun ditutup-tutupi pada akhirnya pasti akan tercium atau terungkap. Pesan
moralnya adalah tidak usah pamrih dan jangan berbuat curang, karena semua
perbuatan baik atau buruk pada akhirnya akan ada balasannya.
9. Ngluruk
Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Landhep tanpa natoni. Arti literalnya
adalah "Menyerbu tanpa bala bantuan, Memenangkan tanpa merendahkan, dan
Tajam tapi tak melukai". Maknanya, dalam menghadapi lawan, manusia yang
baik adalah yang mampu mengalahkan dengan cara luhur penuh kebajikan. Mereka
mampu melawan sendiri tanpa bantuan kawan atau membawa massa. Dan mampu
memenangkan peperangan tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan, bahkan
lawanpun kalah secara terhormat merasa tak terluka.
10. Datan
Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan. Arti literalnya adalah
"Jangan sakit hati bila tertimpa musibah, dan jangan bersedih bila
kehilangan". Maknanya adalah kita harus senantiasa bersabar dan tegar
menghadapi segala macam musibah, dan pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah
karena Tuhan yang mengatutr segala sesuatunya.
Dari uraian tulisan artikel diatas, penulis dan
seluruh elemen Masyarakat berharap terwujudnya kembalinya Budi Pekerti untuk
menyongsong Indonesia Emas. Indonesia Emas 2045 adalah sebuah impian besar
tentang Indonesia yang unggul, maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan
telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu persoalan klasik bangsa, seperti
korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskikan. Untuk mewujudkan impian tersebut,
kunci utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan
manusianya. Pola pikir yang menganggap bahwa potensi utama sebuah bangsa adalah
lautnya, tanahnya, tambangnya, adalah pola pikir para penjajah. Tak peduli
bagaimana ukuran alam sebuah negara, selama manusianya unggul maka negeri
tersebut pasti unggul.
Kembalinya Budi Pekerti bukan merujuk pada judul buku
atau cerita tertentu yang sangat terkenal, melainkan sebuah seruan moral atau
gagasan yang sering muncul dalam diskusi publik, artikel opini, dan inisiatif
pendidikan di Indonesia. Frasa ini menyoroti kekhawatiran tentang menurunnya
nilai-nilai etika dan moral di masyarakat modern dan perlunya mengembalikan
pendidikan karakter. Berikut adalah
konteks utama penggunaan frasa tersebut :
1. Pendidikan
Nasional. Ada perdebatan dan seruan berkala dari berbagai pihak, termasuk seluruh
elemen bangsa, untuk menghidupkan kembali mata pelajaran budi pekerti sebagai
mata pelajaran tersendiri di sekolah-sekolah di tengah kekhawatiran akan dampak
negatif globalisasi dan media sosial terhadap mental anak-anak.
2. Wacana
Publik dan Opini. Problematik ini sering digunakan dalam artikel opini untuk
membahas pentingnya pendidikan karakter dan etika dalam menghadapi tantangan
zaman, seperti kasus perundungan siber (cyberbullying) dan penyebaran informasi
yang mudah memengaruhi opini publik.
3. Konsep
Ki Hajar Dewantara. Konsep budi pekerti sangat berakar pada filosofi pendidikan
Ki Hajar Dewantara, yang mendefinisikannya sebagai perpaduan antara cipta
(kognitif), karsa (afektif), dan karya (psikomotorik) untuk membentuk manusia
yang beradab dan merdeka. "Kembalinya" budi pekerti sering diartikan
sebagai kembali ke akar pendidikan nasional tersebut.
Akhirnya Penulis simpulkan bahwa Kembalinya Peradapan
Budi Pekerti adalah ide tentang pemulihan nilai-nilai budaya kearipan lokal
Nusantara, moral, etika dan Akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari,
pendidikan, dan interaksi sosial di Indonesia. Akhlakul karimah adalah akhlak
mulia atau budi pekerti yang baik dan terpuji, mencerminkan kesempurnaan iman
seseorang yang bersumber dari ajaran Islam, meliputi sikap jujur, adil, sabar,
pemaaf, kasih sayang, gotong royong dan segala perilaku positif yang
mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri, sesama manusia, dan alam semesta,
serta menumbuhkan hubungan baik dengan Allah SWT. Ini adalah kebiasaan baik
yang muncul secara alami dan spontan dari dalam diri, bukan dibuat-buat. Penulis
memberikan masukkan selain mengajarkan kembali Butir-butir Pancasila dari ke
lima Sila-Sila Pancasila kedalam kehidupan kehidupan sehari-hari baik dikancah berbangsa
dan bernegara.
(Try Noegroho)

