SEDULUR PAPAT LIMA PANCER
ꦱꦼꦣꦸꦭꦸꦂꦥꦥꦠ꧀ꦭꦶꦩꦥꦚ꧀ꦕꦺꦂ
Mengutip Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Jeng Sunan Kalijaga
Sedulur papat limo pancer" adalah filosofi Jawa yang berarti empat saudara dan satu diri. Keempat "saudara" ini adalah unsur-unsur biologis yang lahir bersama manusia, yaitu kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah), dan puser (tali pusar). "Pancer" adalah diri manusia itu sendiri atau "diri" yang menjadi pusatnya, melambangkan kesatuan dan kebijaksanaan.
Makna Sedulur Papat
1. Kakang Kawah.
Air ketuban yang melindungi saat di dalam kandungan. Keluar pertama saat melahirkan, sehingga disebut "kakang" (kakak).
2. Adi Ari-ari.
Plasenta atau ari-ari yang keluar setelah bayi lahir. Disebut "adi" (adik) karena keluar setelahnya.
3. Getih.
Darah. Melambangkan esensi kehidupan, yang ikut mendampingi sejak dalam kandungan hingga dewasa.
4. Puser.
Tali pusar yang menghubungkan bayi dan ibu, menyalurkan nutrisi. Lepas dari bayi secara alami setelah beberapa hari.
Makna Limo Pancer.
1. Pancer: Diri manusia sendiri yang menjadi pusat dari keempat saudara tersebut.
2. Kesatuan: Keempat unsur tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari diri manusia dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.
3. Pengendalian Diri: Secara spiritual, konsep ini mengajarkan manusia untuk menyelaraskan diri dengan "sedulur papat" untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjadikannya pelindung diri.
Interpretasi dalam Budaya Jawa
- Pentingnya Menghormati:
Konsep ini menekankan pentingnya menghormati dan mengingat keempat saudara gaib ini, dengan ritual seperti "slametan" yang menggunakan bubur lima warna sebagai persembahan.
- Simbolisme:
Keempat "sedulur" juga bisa dimaknai sebagai empat penjuru mata angin dan empat unsur alam (air, tanah, api, angin) yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri.
Ratusan tahun yang lalu Kanjeng Sunan Kalijaga memberikan wejangan dalam sebuah tembang yang berjudul “Kidung Marmati”. Marmati diartikan dengan samar mati. Artinya ketika seorang ibu melahirkan akan mengalami kondisi antara hidup dan mati. Tembang tersebut juga mengajarkan kepada kita arti sangkan paraning dumadi atau proses kita menjadi ada.
LIRIK KIDUNG MARMATI
1. Ana kidung ing kadang Marmarti, among tuwuh ing kawasanira, nganakaken saciptane, kakang kawah punika, kang kumeksa sarisa-mami, anekakaken sedya, ing kawasanipun, adhi ari-ari ika, amayungi laku ing kawasaneki, ngenakaken pangarah.
2. Punah Getih ing rahina wengi, ngrerewangi ulah kang kawasa, andadekaken karsane, Puser kawasanipun nguyu-uyu, sabawa-mami, anuruti panedha, kawasanereku, sangkep kadang ingsun papat, kalimane pancer wus dadi sawiji, tunggal sawujud ingwang.
3. Mangkya kadang-ingsun kang umijil, saking marga hina pareng samya, sadina amor enggone, kalawan kadang ingsun, ingkang ora umijil saking, marga hina punika kumpule lan ingsun, dadi Makdum-sarpin sira, wewayanganing Zat reke dadya kanthi, saparan datan pisah.
4. Yen angidung sarwi den pepetri, amemuleya golong lelima, takir ponthang wewadhahe, iwak-iwakanipun, ulam tasik rawa myang kali, lawan ulam bengawan, mawa gantalipun, rong supit winung-kusana, dadya limang wungkus artanya nyaduwit, sawungkuse punika.
5. Tumpangena ponthang anyawiji, dadya limang wungkus ponthang lima, sinung sekar cepakane toro saponthang ipun, kembang boreh dupa ywa kari, memetri ujubira, dongane Majemu, poma dipun lakonana, saben nuju dina kalahiraneki, agung sawabe uga.
6. Balik lamun ora den lakoni, kadangireku samya rencana, temah ura saciptane, sasedyanira wurung, lawan luput pangarahneki, sakarsanira wigar, anggagar tanpantuk, barang ing sakayunira, marma kaki eling-elingen sayekti, supaya waluyaa.
Dalam falsafah Jawa, saat usia kandungan menginjak empat bulan atau dalam Jawa mitoni, ketika Allah meniupkan ruh Nya, diturunkanlah empat malaikat yaitu Jibril, Mikail, Isrofil dan Izroil. Menginjak usia lima bulan, tambah satu lagi (diri kita) sehingga menjadi apa yang dinamakan “sedulur papat limo pancer”.
Jadi dalam adat kebiasaan masyarakat Jawa ada upacara mapati (empat bulan), ningkepi (enam bulan), hingga mitoni (tujuh bulan). Setelah mitoni, usia bayi menjelang delapan bulan hingga sembilan bulan sudah tenteram di dalam kandungan karena dijaga oleh empat malaikat. Yang dua malaikat berada di sebelah kanan dan dua malaikat ada di sebelah kiri. Yang satu lagi adalah pusat, yaitu diri kita sendiri. Sehingga Sunan Kalijaga memberi nama dengan sebutan Sedulur papat lima pancer.
Lebih jauh Kanjeng Sunan Kalijaga menjelaskan empat malaikat yang menjaga kita sejak dalam kandungan hingga lahir atau yang disebut sedulur papat ini dilambangkkan dengan simbol Kakang Kawah/air ketuban, Adhi ari-ari. Getih/darah, dan Pusar/plasenta.
Kakang Kawah/air Ketuban adalah cairan yang menemani kita sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Seperti yang kita ketahui, air ketuban bertugas melindungi kita dari benturan dan melindungi bayi dari kekeringan. Karena dengan adanya air kawah ini bayi bisa bebas bergerak. Kakang kawah inipun yang keluar terlebih dahulu membukakan jalan bagi si jabang bayi sehingga Kanjeng Sunan Kalijaga menyimbolkan air ketuban ini sebagai Kakang Kawah.
Adhi ari-ari atau dinamakan placenta dalam ilmu kedokteran. Adhi ari-ari bertugas untuk menyalurkan saripati makanan kepada si bayi dari makanan yang dimakan oleh ibu saat di dalam kandungan. Adhi ari-ari keluar setelah bayi lahir, sehingga dalam falsafah Jawa disebut “adhi” atau saudara muda. Adhi ari-ari ini juga implementasi dari prilaku baik dan buruk ayah dan ibu bagi si jabang bayi.
Getih/darah sama seperti halnya air ketuban, Getih juga menemani si bayi sejak dalam kandungan hingga proses kelahiran. Getih ini juga berada di dalam tubuh si bayi hingga dia dewasa.
Pusar/tali placenta tugasnya adalah memberi perhatian. Tali pusar seperti halnya ari-ari menemani sampai si jabang bayi lahir hingga usia tujuh hari yang akan secara alami mengering dan lepas dengan sendirinya. Proses lepasnya tali pusar dari bayi disebut puput atau pupak.
Maka lengkaplah Sedulur Papat (empat saudara) Limo Pancer (yang kelima adalah diri kita sendiri sebagai pusat untuk bersatu) atau dalam bahasa Jawa nyawiji. Menjadi tunggal dalam perwujudan saya sebagai bentuk ciptaan dari Allah swt. Tugas sedulur papat meskipun telah usai namun pada hakekatnya keempat saudara tadi tidak hilang karena sudah menjadi wujud diri kita. Sedulur Papat tadi tetap menjadi bagian dari diri kita. Jika kita berperilaku benar kita akan mencapai maqom manusia yang sempurna atau insan kamil.
Kanjeng Sunan Kalijaga memberi nama Sedulur Papat tadi menjadi sedulur Aluamah, sedulur Supiyah, sedulur Amarah, dan sedulur Mutma’inah. Sama dengan yang telah diajarkan oleh Imam Ghozali memberi nama sedulur papat dengan istilah nafs. Jika keempat sedulur tadi dekat dengan malaikat, maka prilaku diri kita (pancer) akan menjadi baik. Begitu pula sebaliknya.
NYEBAR KAWEDARAN :
Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut :
"Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang".
Aksara Jawanipun :
꧋"ꦄꦤꦏꦶꦣꦸꦁꦆꦁꦏꦣꦁꦩꦂꦩꦠꦶꦄꦩꦸꦁꦠꦸꦮꦸꦃꦆꦁꦏꦸꦮꦱꦤꦶꦫꦔꦤꦏꦏꦺꦤ꧀ꦱꦕꦶꦥ꧀ꦠꦤꦺꦏꦏꦁꦏꦮꦃꦥꦸꦤꦶꦏꦸꦏꦁꦫꦸꦩꦺꦏ꧀ꦱꦆꦁꦄꦮꦏ꧀ꦩꦩꦶꦄꦤꦺꦏꦏꦏꦺꦱꦼꦣꦾꦆꦁꦏꦸꦮꦱꦤꦶꦥꦸꦤ꧀ꦄꦣꦶꦄꦫꦶꦄꦫꦶꦆꦁꦏꦁꦩꦼꦩꦪꦸꦔꦶꦭꦏꦸꦏꦸꦮꦱꦤꦶꦫꦺꦏꦶꦄꦔꦺꦤꦏ꧀ꦏꦺꦤ꧀ꦥꦔꦫꦃꦥꦺꦴꦤꦁꦒꦼꦠꦶꦃꦆꦁꦫꦲꦶꦤꦮꦼꦔꦶꦔꦿꦼꦉꦮꦔꦶꦈꦭꦃꦏꦁꦏꦸꦮꦱꦄꦤ꧀ꦝꦣꦺꦏꦏꦺꦤ꧀ꦏꦂꦱꦤꦺꦥꦸꦱꦼꦂꦏꦸꦮꦱꦤꦶꦥꦸꦤ꧀ꦔꦸꦪꦸꦈꦪꦸꦱꦧꦮꦩꦩꦶꦤꦸꦫꦸꦠꦶꦆꦁꦥꦤꦺꦣꦏꦸꦮꦱꦤꦶꦫꦺꦏꦸꦗꦁꦏꦺꦥ꧀ꦏꦣꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦥꦥꦠ꧀ꦏꦭꦶꦩꦤꦺꦮꦸꦱ꧀ꦝꦣꦶꦥꦚ꧀ꦕꦺꦂꦱꦮꦶꦗꦶꦠꦸꦁꦒꦭ꧀ꦱꦮꦸꦗꦸꦣ꧀ꦆꦁꦮꦁ"꧉
Pada tembang diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari-ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi. Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia.
Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari-Ari, dan Rahsa?
Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari-ari, dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua).
Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah.
Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan akhirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari-ari (placenta/ tembuni).
Karena Ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari.
Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih / Ludiro = darah) yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom.
Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara Empat.
Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’
Keempat nafsu yang digambarkan oleh ke empat hewan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
2. Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.
3. Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.
4. Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
SEDULUR PAPAT LIMA PANCER DAN SISTEM KEMALAIKATAN.
Setelah Islam masuk pulau Jawa kepercayaan tentang saudara empat ini dipadukan dengan 4 malaikat di dunia Islam yaitu :
- Jibril,
- Mikail,
- Isrofil,
- Ijro’il.
Dan oleh ajaran sufi tertentu di sejajarkan denga ke’empat sifat nafsu yaitu :
- Nafsu Amarah,
- Lawwamah,
- Sufiah dan
- Mutmainah.
Pertama Jibril atau dalam bahasa ibrani Gabriel artinya pahlawan tuhan fungsinya adalah penyampai informasi, didalam islam dikenal sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam konsep islam Jawa Jibril diposisikan pada kekuatan spiritual pada KETUBAN. Ada pandangan yang menyatakan setelah nabi Muhammad wafat maka otomatis Jibril menganggur karena beliaulah orang yang menerima wahyu terakhir.
Tapi tidak demikian dalam pandangan Jawa, setiap orang di sertai Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu Jibril di alam raya ini tapi pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. seperti Ruh tidah pernah dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Al-Quran. Tetapi setiap diri mendapat tiupan ruh dari tuhan dan ruh tersebut menjadi si Fulan, si Dadap, si Suto dll, satu tetapi terpantul pada setiap cermin sehingga seolah-olah setiap cermin mengandung Ruh, dan manusia sebenarnya adalah cermin bagi sang diri. setiap diri menerima limpahan cahayanya.
Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia ke jalan yang benar, yang telah membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya, membersihkan hatinya. Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal keimanan seseorang. Dalam khasanah jawa Jibril berdampingan dengan Guru sejati, bersanding dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarka diri Nabi ke Sidratul Muntaha dalam Mij’raj beliau juga diceritakan ketika Jibril menampakan diri kehadapan rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya yaitu Mikail, Isrofil, Ijro’il.
Jelas kiranya bahwa kahadiran ketuban ketika membungkus janin ternyata disertai saudara-saudaranya yang lain. Ditinjau dari kedudukannya yang keluar paling awal maka disebut sebagai kakak atau kakang (saudara tua) si bayi.
Begitu bayi lahir maka selesailah sudah tugas ketuban secara fisik. tetapi exsistensi ketuban secara
Ruhaniah ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut sampai akhir hayat.
Secara extensi Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. Dan Tali Pusar ada lebih dulu dari pada selaput yang membungkus janin di pintu rahim (cervix)
Ke Dua Malaikat Israfil. Menurut hadis malaikat Israfil diciptakan setelah penciptaan Arsy (Singgasana Tuhan) disebut sebagai malaikat penggenggam alam semesta, ia meniup Terompet Pemusnahan Dan Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan dengan ari-ari, tembuni atau Placenta, Ari-Ari adalah yang memayungi sang janin sampai ketempat tujuan dialah yang memberikan keamanan menyalurkan makanan dan kenyamanan pada janin dengan ari-ari ini kehidupan berlangsung dalam janin.
Exsistensi Ari-ari ini disejajarkan dengan malaikat Israfil Dalam kelahiran janin, Ari-ari diterima sebagai saudara muda (adik).
Meskipun jasadnya telah tak ada lagi ari-ari tetap memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan. Dari sisi keberadaanya malaikat Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan Jibril As. Israfil diyakini sebagai Pelita Hati Bagi manusia agar hatinya tetap terang, Itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada secercah cahaya dalam hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski hanya sebesar debu.
Yang ketiga adalah Malaikat Mikail, Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat. Tugas malaikat Mikail adalah Memelihara Kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa malaikat Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan Hewan juga Manusia.. Dialah yang mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah di sesuaikan dengan ajaran Islam, Tali Pusar merupakan Lokus, tempat dudukan bagi malaikat Mikail dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia. Zat zat makanan, Oksigen dan Zat yang perlu dibuang dari tubuh janin agar tidak meracuni tubuh janin. Subhanallah.. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam rahim melalui malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang jawa sebagai saudara yang memberikan sandang, pangan dan papan, Jika seseorang memohon perlindungan tuhan maka Mikail yang akan menjalankan perintah Tuhan untuk melindunginya.
Ke Empat adalah Malaikat Ijroil. Malaikat Maut yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawab akan Kematian. Kehadirannya amat ditakuti Manusia. Jika ajal telah tiba maka ia akan Mewafatkan manusia sesuai waktunya.
Dalam konsep sedulur papat Malaikat maut ini ternyata saudara Manusia sendiri bukan orang lain dan ia tidak akan menyalahi tugasnya bila seseorang belum sampai ajalnya dia tak akan mewafatkannya. Dia hadir untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati pasti melindungi bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar.
Bayangkan bila manusia tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita ?
Apa tidak tersiksa ?
Bayangkan bila ada orang yang mau mati aja sulitnya bukan main ?
Nauzubillah.
Ijroil disebut sebagai kekuatan Tuhan yang berada didalam Darah, Dalam kehidupan sehari hari Ijroil bertugas untuk menjaga hati yang suci, Jika hati terjaga kesuciannya maka ketakutan akan hidup menderita dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai maka Ijroil mengorganisasi malaikat lainnya, mengorganisasi saudara saudara lainnya untuk mengakhiri hidupnya. Permana yang memberikan kekuatan pada sang Jiwa diangkat keluar tubuh, sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa. Ruh penyambung hidup kita lepas. tubuh menjadi lunglai lak berdaya dan ini bentuk umum kematian bagi manusia.
Nah yang tidak umum, bila Sang Diri Sejati manusia mampu memimpin saudara-saudaranya untuk melepaskan Jiwa manusia kealam Gaib. Orang demikian sudah mempu menyongsong kematiannya dengan benar, dia memberitahukan pada sanak dan saudaranya kapan kematiannya akan datang.
Semua saudara gaib ini sudah menjadi satu dengan tubuh kita, ketika dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya. Tapi ketika sang Bayi sudah lahir hanya ada satu wujud. Empat saudara kita tetap menyertai kita dalam wujud Ruh dan Tidak Kasat Mata.
Ada kutipan Ayat dalam Al-Quran pada surat At Tariq ayat 4 lafadz In kullu nafsil lamma alayha hafizh artinya Setiap orang pasti ada penjaganya.
Berikut ini adalah bacaan surat At Tariq ayat 4 yang berbunyi In kullu nafsil lamma alayha hafizh arab latin beserta artinya.
اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌۗ - ٤
Latin: In kullu nafsil lammaa 'alaihaa haafidh. (QS. At-Tariq:4)
Artinya : "Setiap orang pasti ada penjaganya." (QS. At-Tariq:4)
Surat At Tariq turun di kota Makkah sehingga surat tersebut masuk dalam golongan surat Makkiyah.
At Tariq artinya Yang Datang Pada Malam Hari, berjumlah 17 ayat, nomer surat ke 86, juz 30 dalam kitab suci Al Quran.
Surat Al-An’am Ayat 61
وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
Arab-Latin : Wa huwal-qāhiru fauqa 'ibādihī wa yursilu 'alaikum ḥafaẓah, ḥattā iżā jā`a aḥadakumul-mautu tawaffat-hu rusulunā wa hum lā yufarriṭụn
Artinya : Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Tafsir Wajizb/ Tafsir Tahlili :
Jangan menduga kekuasaan Allah hanya seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu, wahai manusia, malaikat-malaikat yang berfungsi sebagai penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, dan itu berarti usai sudah tugas malaikat penjaga tersebut, maka utusan-utusan Kami, yaitu malaikat-malaikat, mencabut nyawanya, dan mereka, yakni para malaikat tersebut, tidak akan pernah melalaikan tugasnya (Lihat: Surah at-Tahrim/6: 66).
At-Tahrim · Ayat 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
yâ ayyuhalladzîna âmanû qû anfusakum wa ahlîkum nâraw wa qûduhan-nâsu wal-ḫijâratu ‘alaihâ malâ'ikatun ghilâdhun syidâdul lâ ya‘shûnallâha mâ amarahum wa yaf‘alûna mâ yu'marûn
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili :
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dari api neraka, yakni dari murka Allah yang menyebabkan kamu diseret ke dalam neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; ada manusia yang dibakar dan ada manusia yang menjadi bahan bakar; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga tidak ada malaikat yang bisa disogok untuk mengurangi atau meringankan hukuman; dan mereka patuh dan disiplin selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.
SIMBOLISASI SEDULUR PAPAT LIMO PANCER DALAM PERWAYANGAN
- Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu :
- Gareng,
- Petruk,
- Bagong.
Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan?
Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Keempat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya.
Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian.
Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih.
Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras.
Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).
Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan ‘ngelmu’ sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya.
Imajiner Nuswantoro