RARA JONGGRANG
Legenda adalah cerita prosa rakyat, dianggap yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi. Legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang begitu lampau dan bertempat di dunia yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history), walaupun sejarah itu tidak tertulis dan telah mengalami distorsi sehingga sering kali cerita tersebut jauh berbeda dengan cerita aslinya. (William R. Bascom dalam Danandjaja. 2002:50-83)
Cerita ini berasal dari Dusun Kranggan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Cerita Legenda Roro Jonggrang merupakan cerita legenda yang cukup populer dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Secara garis besar legenda ini menceritakan tentang kisah asmara dari dua sosok Pangeran Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging kepada Putri Roro Jonggrang dari Kerajaan Baka yang berakhir tragis didapatkan oleh putri berupa kutukan untuk menggenapi batu candi sebagai akibat dari tipu dayanya yang dilakukan. Roro Jonggrang mempunyai arti “Gadis Semampai” yang merujuk pada Arca Durga yang berada di Candi Prambanan terletak di sebelah ruang utara candi utama.
Cerita ini mengisahkan dua kerajaan yang bertetangga, Kerajaan Pengging dan Kerajaan Baka. Pengging dipimpin oleh Prabu Damar Maya. Ia berputra Raden Bandung Bondowoso. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raksasa pemakan manusia bernama Prabu Baka. Ia dibantu oleh seorang patih bernama Gupala. Meskipun berasal dari bangsa raksasa, Prabu Baka memiliki putri cantik bernama Rara Jonggrang. Untuk memperluas kerajaan, Prabu Baka menyerukan perang kepada kerajaan Pengging. Pertempuran meletus di kerajaan Pengging. Demi mengakhiri perang, Prabu Damar Maya mengirimkan putranya untuk menghadapi Prabu Baka. Berkat kesaktiannya, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Baka. Berita kematian Prabu Baka segera dilaporkan oleh Patih Gupala kepada Roro Jonggrang.
Setelah gugurnya Prabu Baka, Pangeran Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam keraton Baka. Di sana, ia terpikat oleh kecantikan Roro Jonggrang. Ia pun melamar sang putri, tetapi ditolak karena sang putri tidak mau menikahi pembunuh ayahnya. Karena terus dibujuk, akhirnya sang putri bersedia dipersunting dengan dua syarat yang mustahil untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah pembuatan sumur yang dinamakan Sumur Jalatunda. Syarat kedua adalah pembangunan seribu candi hanya dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso menyanggupi kedua syarat tersebut. Pertama, ia berhasil menyelesaikan sumur Jalatunda berkat kesaktiannya. Setelah sumur selesai, Roro Jonggrang berusaha memperdaya sang pangeran agar bersedia turun ke dalam sumur dan memeriksanya. Setelah Bandung Bondowoso turun, sang putri memerintahkan Gupala untuk menutup dan menimbun sumur dengan batu. Akan tetapi, Bandung Bondowoso berhasil keluar dengan cara mendobrak timbunan batu berkat kesaktiannya. Bandung Bondowoso sempat marah, namun segera tenang kar
Dalam mewujudkan syarat kedua, Bandung Bondowoso memanggil makhluk halus (jin, setan, dan dedemit) dari perut Bumi. Dengan bantuan mereka, ia berhasil menyelesaikan 999 candi. Ketika Rara Jonggrang mendengar kabar bahwa candi ke-1000 hampir selesai, ia berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi dengan antan, serta memerintahkan agar gundukan jerami dibakar di sisi timur. Suara antan yang bertalu-talu mengesankan bahwa aktivitas subuh telah dimulai, sementara cahaya dari timur memberi kesan bahwa sebentar lagi matahari akan terbit, sehingga para makhluk halus bersembunyi kembali ke perut Bumi. Akibatnya, hanya 999 candi yang berhasil dibangun sehingga usaha Bandung Bandawasa gagal. Setelah mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Roro Jonggrang agar menjadi batu. Sang Putri Roro Jonggrang berubah menjadi arca terindah untuk mengge
Legenda Roro Jonggrang
Konon, di daerah Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Pengging dan kerajaan Baka. Keduanya tidak punya masalah dan menjalani kehidupan seperti biasa.
Kerajaan Pengging adalah kerajaan yang makmur dengan lahan yang subur. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Damar Maya. Ia memiliki seorang putra yang sakti dan gagah perkasa, bernama Raden Bandung Bondowoso.
Sedangkan Kerajaan Baka dipimpin raksasa pemakan manusia Prabu Baka, yang dibantu Patih Gupala. Meski berasal dari bangsa raksasa, ia memiliki putri yang cantik bernama Roro Jonggrang.
Prabu Baka menyerukan perang kepada Kerajaan Pengging untuk memperluas kekuasaannya. Pertempuran mengakibatkan kematian, kelaparan, dan kerugian materi. Untuk mengakhiri perang, Bandung Bondowoso dikirim ayahnya untuk menghadapi Prabu Baka.
Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan Prabu Baka dengan kesaktiannya. Setelah Patih Gupala mendengar kematian Prabu Baka, ia segera kembali ke kerajaan Baka dan melaporkannya kepada Roro Jonggrang. Sang putri pun meratapi kematian ayahnya yang tercinta.
Pangeran Bandung Bondowoso menyerbu Keraton Baka yang telah jatuh. Ketika itulah, Bandung Bondowoso bertemu Roro Jonggrang dan jatuh cinta karena kecantikan sang putri. Bandung Bondowoso yang telah jatuh cinta akhirnya memutuskan untuk melamar Roro Jonggrang.
Sayangnya lamaran tersebut ditolak, karena sang putri tak ingin menikahi pembunuh ayahnya. Namun Bandung Bondowoso terus memaksa, hingga Roro Jonggrang setuju. Sang putri mengajukan syarat sebelum resmi menikahinya.
Syarat pertama yang diberikan Roro Jonggrang adalah membuat sumur yang dinamakan Jalatunda. Syarat yang kedua adalah membangun seribu candi dalam semalam. Bandung Bondowoso menyanggupi syarat-syarat tersebut.
Berkat kesaktiannya, Bandung Bondowoso menyelesaikan sumur Jalatunda dengan mudah. Roro Jonggrang memperdaya Bandung Bondowoso untuk turun ke dalam sumur. Ia memerintahkan Patih Gupala untuk segera menutup dan menimbun sumur dengan batu. Namun, Bandung Bondowoso berhasil keluar.
Untuk memenuhi syarat yang kedua, Bandung Bondowoso akhirnya memanggil makhluk halus, setan, jin, dan dedemit untuk membantunya. Ketika Roro Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi hampir selesai, ia segera membangunkan dayang-dayangnya.
Roro Jonggrang memerintahkan para dayang dan perempuan-perempuan di desa untuk mulai menumbuk padi. Ia juga memerintahkan mereka untuk membakar tumpukan jerami di sisi bagian timur.
Para mahluk halus ketakutan karena mengira bahwa matahari akan segera terbit. Oleh karena itu, Bandung Bondowoso gagal membangun seribu candi. Ia hanya berhasil membangun 999 candi.
Bandung Bondowoso yang mengetahui kecurangan Roro Jonggrang mengutuknya menjadi arca. Ia menjadi arca terindah dan menjadi yang keseribu. Seribu candi tersebut saat ini dikenal sebagai Candi Sewu.
Candi Sewu terletak di kompleks Candi Prambanan, Jawa Tengah. Itulah kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang dan Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan fondasi dari cerita Roro Jonggrang. Berasal dari Jawa Tengah, Hingga hari ini, “Roro Jonggrang” masih sering disebut-sebut. Biasanya dalam konteks dari pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat atau sendirian.
Popularitas cerita ini turut tercermin lewat adaptasinya ke dalam bentuk film, sinetron, dan film pendek. Salah satu yang cukup ternama adalah film Lara Jonggrang (Candi Prambanan) yang rilis pada tahun 1983 dan diperankan oleh Minati Atmanagara.
Hari ini, selain Candi Roro Jonggrang yang berada di sisi utara, juga ada sembilan candi lain di Kompleks Candi Prambanan. Kesembilan candi itu adalah Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Apit, Candi Patok, dan Candi Perwara.
Ada beberapa peran dalam kisah Roro Jonggrang yang memiliki andil besar. Pertama, Roro Jonggrang yang merupakan putri kesayangan dari seorang pemimpin raksasa yang arogan dan serakah, Prabu Boko. Meski sopan, dan berwajah cantik seperti bidadari, Roro Jonggrang mengingkari janjinya dengan cara yang licik. .
Roro Jonggrang yang merupakan putri kesayangan dari seorang pemimpin raksasa yang arogan dan serakah, Prabu Boko.
Kemudian ada Bandung Bondowoso, putra dari Raja Prabu Damar Moyo. Meski sakti dan gagah, penerus Kerajaan Pengging ini memiliki sifat yang sombong, suka memaksakan kehendak, mudah terpancing emosi, dan tidak bisa menerima kekalahan.
Apa saja yang terjadi dalam satu malam di balik cerita rakyat Roro Jonggrang? Simak cerita lengkapnya di sini.
Perang Antara Kerajaan Pengging dan Keraton Prambanan
Di Jawa Tengah, terdapat dua Kerajaan yang keadaannya bertolak belakang bernama Kerajaan Pengging dan Keraton Prambanan.
Prabu Damar Moyo adalah pemimpin Kerajaan Pengging. Daerah kekuasaannya begitu subur dan makmur, rakyatnya pun memiliki kehidupan yang makmur. Raja Prabu Damar Moyo memiliki seorang penerus yang sakti dan gagah bernama Bandung Bondowoso.
Raja Prabu Damar Moyo memiliki seorang penerus yang sakti dan gagah bernama Bandung Bondowoso.
Sedangkan Keraton Prambanan yang kering dan tandus dipimpin oleh seorang raksasa bernama Prabu Boko. Pemimpin yang satu ini terkenal arogan dan serakah. Meski begitu, Prabu Boko dikaruniai seorang putri cantik seperti bidadari bernama Roro Jonggrang.
Karena sifatnya yang serakah, Prabu Boko mempunyai keinginan untuk memperluas daerah kekuasaannya. Ia pun memutuskan untuk berperang dengan Kerajaan Pengging. Prabu Boko mempersiapkan para pemuda di kerajaannya untuk menjadi prajurit. Pemerasan terhadap rakyatnya sendiri pun dilakukan.
Dengan persiapan yang matang, akhirnya tiba hari di mana Prabu Boko menyerang Kerajaan Pengging dan mengusik ketentraman rakyatnya. Perang lalu terjadi, menjatuhkan banyak korban, dan membuat rakyat dari kedua kerajaan menderita dan kelaparan.
Kecantikan Roro Jonggrang
Melihat keadaan begitu memprihatinkan, Prabu Damar Moyo mengutus anaknya sendiri untuk maju ke medan perang dan melawan Prabu Boko.
Pertempuran sengit terjadi di antara Prabu Boko dan Bandung Bondowoso, yang sama-sama sakti. Peperangan itu berujung dengan kematian Prabu Boko. Tidak butuh waktu lama untuk pasukan Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso mengepung Keraton Prambanan. Di waktu yang bersamaan, kabar duka kematian ayahnya pun sampai di telinga Roro Jonggrang. Setibanya di Keraton Prambanan, Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang. Dengan cepat, Bandung Bondowoso terpesona pada kecantikannya. Dengan cepat, Bandung Bondowoso terpesona pada kecantikannya.
Syarat Menikahi Roro Jonggrang
Sudah jatuh hati, muncul keinginan Bandung Bondowoso untuk memperistri Roro Jonggrang. Meski terkejut mendengar keinginan sang panglima perang, Roro Jonggrang takut untuk berkata tidak kepada pemuda yang telah membunuh ayahnya. Pasalnya, Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan seluruh rakyat Keraton Prambanan jika permintaannya ditolak.
Ide cemerlang pun muncul, Roro Jonggrang akan menyetujui keinginan tersebut jika Bandung Bondowoso mampu memenuhi dua syarat darinya dalam satu malam saja.
Syarat pertama yaitu Bandung Bondowoso harus membuat sumur yang dalam bernama Jalatunda. Kedua, ia harus membangun seribu candi hanya dalam waktu satu malam.
Syarat pertama yaitu Bandung Bondowoso harus membuat sumur yang dalam bernama Jalatunda.
Keberhasilan Bandung Bondowoso
Bandung Bondowoso berusaha menyanggupi syarat Roro Jonggrang. Ia menggali tanah yang dalam untuk membangun sumur dan berhasil menyelesaikan dengan cepat.
Melihat hal ini, Roro Jonggrang menjadi gelisah karena syarat pertamanya sudah terpenuhi dengan mudah. Semakin gelisah, Roro Jonggrang mendorong Bandung Bondowoso ke dalam sumur lalu melempari bebatuan dan tanah dengan bantuan patih sakti.
Tidak sebanding dengan kekuatannya, Bandung Bondowoso berhasil keluar dari dalam sumur dengan rasa geram. Tetapi amarah itu tidak jadi meledak karena rasa cintanya pada Roro Jonggrang.
Tetapi amarah itu tidak jadi meledak karena rasa cintanya pada Roro Jonggrang.
Dalam upaya memenuhi syarat kedua, Bandung Bondowoso kemudian meminta bantuan bala tentara makhluk halus untuk membangun seribu candi sebelum pagi tiba.
Semua berjalan lancar karena balatentara ini berhasil membangun seribu candi dengan cepat. Sebelum pagi tiba, 998 candi sudah terbangun, dan menyisakan dua candi yang belum selesai.
Kegelisahan Roro Jonggrang semakin menjadi, dengan cepat ia pun mencari jalan keluar yang lain.
Kelicikan Roro Jonggrang
Ide licik untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso terbesit dalam pikirannya. Sontak, ia memerintahkan para dayangnya untuk menyalakan api obor dan membakar jerami sehingga mengubah warna langit menjadi merah dan membuat ayam jantan berkokok bersahutan menyangka hari sudah pagi.
Semua dilakukan demi mengelabui para bala tentara Bandung Bondowoso. Tumbukan padi di lesung pun perlahan terdengar. Para makhluk halus berbondong-bondong pergi meninggalkan pekerjaannya, menyisakan satu candi yang belum selesai dibangun.
Menyadari perbuatan Roro Jonggrang yang curang demi menggagalkan usahanya untuk kedua kalinya, Bandung Bondowoso pun tak tinggal diam. Kecantikan Roro Jonggrang tidak lagi mengelabuinya, Bandung Bondowoso kini dipenuhi oleh amarah.
Roro Jonggrang Menjadi Arca Batu
Sakit hati, Bandung Bondowoso memperlihatkan kesaktiannya, ia menunjuk sekaligus mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah patung yang begitu besar. Dalam sekejap Roro Jonggrang yang cantik seperti bidadari pun berubah menjadi arca batu yang melengkapi candi terakhir.
Sakit hati, Bandung Bondowoso memperlihatkan kesaktiannya, ia menunjuk sekaligus mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah patung yang begitu besar.
Sejak itu, batu raksasa tersebut dikenal sebagai arca Durga yang terletak di dalam ruang candi yang besar. Hingga hari ini, candi tersebut dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang. Sedangkan, candi-candi di sekitar Candi Prambanan dinamakan Candi Sewu, meski jumlahnya tidak mencapai seribu. Dalam bahasa Jawa, kata “sewu” berarti seribu.
Pesan Moral Cerita Roro Jonggrang
Terdapat beberapa pesan moral cerita yang dapat dipetik dari kisah Roro Jonggrang dan Candi Prambanan. Pertama, untuk belajar agar tidak menjadi orang serakah yang dapat merugikan orang banyak dan diri sendiri. Seperti yang dilakukan Roro Jonggrang kepada Bandung Bondowoso sebelum menikahinya.
Lalu, sebagai manusia, sebaiknya hindari memaksakan kehendak kepada orang lain. Seperti yang dilakukan Bandung Bondowoso terhadap Roro Jonggrang.
Dan yang terakhir, belajarlah untuk selalu menepati janji dan tidak berbuat curang kepada orang lain.
Naskah Teks Roro Jonggrang :