Ritual Ngajum Sekah
Ngajum Sekah adalah bagian dari rangkaian upacara Atma Wedana atau Nyekah dalam tradisi Hindu di Bali, di mana simbol Panca Tan Matra (benih kehidupan) dibuat dalam bentuk Sekah dari bunga dan unsur lainnya, yang kemudian dianggap sebagai perwujudan roh leluhur untuk proses penyucian dan pelepasan.
Rangkaian dan Tujuannya :
1. Simbol Panca Tan Matra.
Sekah adalah hiasan yang dibuat dari unsur-unsur Panca Tan Matra atau benih kehidupan.
2. Perwujudan Roh
Sekah ini berfungsi sebagai perwujudan roh dari orang yang telah meninggal (atman) yang akan disucikan.
3. Bagian dari Upacara Nyekah
Ngajum Sekah adalah salah satu tahapan setelah upacara ngangget don bingin atau daun beringin, yang dilanjutkan dengan prosesi selanjutnya seperti Ngaskara Sekah (penyucian), Narpana Sekah (persembahan sesajen), hingga Nganyut Sekah (pelepasan dan penyucian dengan air suci).
4. Tujuan Akhir
Upacara ini bertujuan untuk melepaskan atma agar tidak lagi terikat pada keduniawian, sehingga dapat menuju kedamaian di alam baka atau khayangan.
5. Proses Pembuatan Sekah
- Sekah dibuat dalam jumlah yang disesuaikan dengan jumlah arwah yang akan diupacarakan, dan akan dihiasi seperti tubuh manusia.
- Setelah dibentuk, Sekah diletakkan di Payajñan, tempat upacara khusus untuk menyucikan roh.
Makna lain Ritual Upacara Ngajum Sekah adalah membuat simbol Panca Tan Matra dalam bentuk puspa lingga sarira sebagai rangkaian upacara Nyekah setelah dilakukan ngangget don bingin yang bertujuan untuk membuat Lingga Sarira, kembaran identik dari badan fisik kita dengan membuat simbol Panca Tan Matra yang disebut dalam upacara yadnya, catatan bytescode sebagai Puspa Lingga.
Upacaranya dilakukan sebagaimana disebutkan dalam kutipan makna upacara mamukur & mapandes dalam artikel blog Pinandita Sanggraha Nusantara,
Ngajum ini dilakukan setelah daun beringin tiba di tempat upacāra, maka untuk masing-masing perwujudan roh/atman, dipilih sebanyak 108 lembar, ditusuk dan dirangkai sedemikian rupa kemudian disebut sekah.
Jumlah Sekah sebanyak atman yang akan diupacārakan, di samping jumlah tersebut, dibuat juga untuk Lingga Sarira atau Sanggenya.
Setelah Sekah dihiasi seperti tubuh manusia dengan busana selengkapnya (berwarna putih), dilakukan upacāra Ngajum, yakni mensthanakan roh pada sekah tersebut, sekaligus ditempatkan di panggung upacāra yang disebut Payajñan (tempat upacāra Yajña yang khusus untuk hal itu, terbuat dari batang pinang yang sudah dihaluskan).
Imajiner Nuswantoro