BAWANA AGENG DAN BAWANA ALIT
(Saking Serat Cipto Waskitho)
ꦧꦮꦤꦄꦒꦺꦁꦣꦤ꧀ꦧꦮꦤꦄꦭꦶꦠ꧀
(ꦱꦏꦶꦁꦱꦼꦫꦠ꧀ꦕꦶꦥ꧀ꦠꦺꦴꦮꦱ꧀ꦏꦶꦛꦺꦴ)
Bawana Ageng (semesta besar) merujuk pada alam semesta yang luas dengan segala isinya, seperti sungai dan samudra, sedangkan Bawana Alit (semesta kecil) merujuk pada diri manusia itu sendiri, di mana manusia adalah perwujudan kecil dari alam semesta besar tersebut. Konsep ini merupakan bagian dari filsafat Jawa untuk memahami hubungan antara manusia (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos).
Keterangan :
1. Alam Semesta (Makrokosmos).
Bawana Ageng adalah keseluruhan alam semesta, meliputi planet-planet, bintang-bintang, sungai, dan lautan, yang begitu luas dan megah.
2. Manusia (Mikrokosmos).
Bawana Alit adalah alam semesta yang ada di dalam diri manusia. Keempat unsur atau anasir yang ada di alam semesta juga terdapat dalam diri manusia.
3. Hubungan Keduanya.
Dalam pandangan filsafat Jawa, Tuhan Yang Mahakuasa (Hyang Gusthi Pukulun) adalah pencipta Jagad Gedhe (Bawana Ageng) dan Jagad Alit (Bawana Alit), yang bersemayam di dalam segala ciptaan-Nya termasuk jiwa manusia.
4. Implikasi Filosofis.
Pemahaman ini sering dikaitkan dengan konsep Memayu Hayuning Bawana (memperindah dan menjaga semesta), di mana manusia diajak untuk menyelaraskan diri dan menjaga keseimbangan antara diri sendiri (bawana alit) dan alam semesta (bawana ageng) demi kehidupan yang harmoni.
5. Keterkaitan dalam Perusahaan.
Konsep ini juga diterapkan dalam tataran bisnis, di mana perusahaan (sebagai "pribadi") menerapkan konsep menjaga keseimbangan antara keuntungan perusahaan, kesejahteraan karyawan, dan lingkungan sekitar.
Sejak manusia hidup secara sederhana, belum mengenakan pakaian dan tempat tinggalnya berpindah-pindah. Mereka mempunyai keyakinan bahwa ada kekuatan besar di luar kekuatan manusia.
Kekuatan besar diluar dirinya itu itu yang menguasai segalanya. Kalau dapat membujuk dan menyanjungnya, meraka yakin kekuatan besar itu akan baik pula.
Mulailah manusia memuja dan menyembah segala sesuatu yang berbentuk besar dan dahsyat seperti kayu, batu, air terjun, lubuk, bulan, matahari, juga hewan, gunung, sungai dan samudra.
Kepercayaan meyembah kekuatan yang dahsyat itu dinamakan dinamisme, kemudian lebih maju lagi kepercayaan menyembah roh penguasa disebut animisme, atau roh nenek moyang mereka atau leluhur.
Kepercayaan Dinamisme dan Animisme itu terus berkembang hingga masuknya agama Hindu, Budha, Islam maupun Nasrani, tetapi budaya menyembah kekuatan Alam dan Roh leluhur itu masih membekas.
Bahwa ternyata manusia itu merupakan perwujudan kecil dari dunia. Miniatur Alam Semesta adalah manusia, karena sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat apa yang juga terdapat di dunia ini, ada gunung, pohon besar, sungai dan samudra.
Konsep Manusia adalah miniatur alam semesta" atau mikrokosmos berarti tubuh manusia mencerminkan seluruh alam raya (makrokosmos), karena manusia mengandung unsur-unsur seperti tanah, air, udara, api, dan mineral yang ada di alam semesta. Konsep ini menunjukkan adanya hubungan erat dan kesamaan pola antara alam dan manusia, sehingga manusia juga memiliki tugas untuk menjaga dan mengelola alam semesta sebagai "alam kecil" yang diciptakan.
Penjelasan Konsep Mikrokosmos (Alam Kecil).
1. Pencerminan Unsur Alam.
Manusia dianggap sebagai alam kecil karena tubuhnya mengandung semua unsur dasar yang membentuk alam semesta, seperti unsur fisik (tanah, air, udara, api) dan unsur-unsur lain.
2. Hubungan Makrokosmos dan Mikrokosmos.
Konsep ini menekankan bahwa ada hubungan yang kuat antara alam semesta yang besar (makrokosmos) dan manusia yang kecil (mikrokosmos). Alam semesta dilihat sebagai "manusia besar", sedangkan manusia adalah "manusia kecil".
3. Pola yang Sama.
Pola-pola yang ada di alam, misalnya aliran darah yang menyerupai aliran sungai atau biota di tanah yang mirip dengan biota di perut manusia, juga menjadi bukti adanya hubungan ini.
4. Tugas Manusia.
Sebagai "alam kecil", manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola alam raya. Ini sejalan dengan tugasnya sebagai khalifah atau wakil Tuhan di bumi untuk memperbaiki kualitas hidup dan merenungkan makna keberadaan manusia di alam ini.
Asal Mula dan Contoh Konsep.
1. Filsafat Islam
Konsep ini dapat ditemukan dalam filsafat Islam, khususnya pada karya Ikhwan al-Shafa', yang menjelaskan manusia sebagai alam kecil (mikrokosmos) dan alam semesta sebagai manusia besar (makrokosmos).
2. Apresiasi terhadap Penciptaan.
Dengan memahami manusia sebagai mikrokosmos, kita dapat melihat dan menghargai kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan begitu teratur.
Maka disebutlah Bawana Alit, sedangkan alam semesta disebut Bawana Ageng.
Bawana Alit selalu berhubungan dengan Bawana Ageng, kalau terputus hubungannya maka mati maka hubugan itu diwujudkan dalam pernapasan, Bawana Alit membutuhkan hawa untuk menghidupkan nyawa sebab nyawa tanpa hawa akan mati.
Pupuh Gambuh
Jembaring samudragung,
Tanpa tepi anglangut kadalu,
Suprandene makasih gung manungsa iki,
Alas jurang kali gunung,
Neng raganira wus katon.
ꦥꦸꦥꦸꦃꦒꦩ꧀ꦧꦸꦃ
ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦫꦶꦁꦱꦩꦸꦣꦿꦒꦸꦁ꧈
ꦠꦤ꧀ꦥꦠꦼꦥꦶꦄꦁꦭꦔꦸꦠ꧀ꦏꦣꦭꦸ꧈
ꦱꦸꦥꦿꦤ꧀ꦝꦺꦤꦺꦩꦏꦱꦶꦃꦒꦸꦁꦩꦤꦸꦁꦱꦆꦏꦶ꧈
ꦄꦭꦱ꧀ꦗꦸꦫꦁꦏꦭꦶꦒꦸꦤꦸꦁ꧈
ꦤꦺꦁꦫꦒꦤꦶꦫꦮꦸꦱ꧀ꦏꦠꦺꦴꦤ꧀꧈
Artinya :
Luasnya samudra raya,
Tiada bertepi dan sejauh mata memandang,
Tetapi masih besar adanya manusia ini.
Hutan jurang sungai gunung,
Di dalam diri manusia.
Mengapa manusia digambarkan lebih besar dari jagad raya ini ? Karena apa yang terlihat besar dan menakutkan itu sebenarnya dapat masuk kedalam diri manusia.
Sehingga Pakubuwono IV menegaskan dalam baris tembang berikut ini :
Tana prabedanipun,
Jagad katon lan jagadireku,
ꦠꦤꦥꦿꦧꦺꦣꦤꦶꦥꦸꦤ꧀
ꦗꦒꦣ꧀ꦏꦠꦺꦴꦤ꧀ꦭꦤ꧀ꦗꦒꦣꦶꦫꦺꦏꦸ꧈
Artinya :
Tiada berbeda,
Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu, pada bagian yang disekarkan (disyairkan) Gambuh, artinya dijumbuhkan atau dirujukan dalam tembang itu tentang
dunia nyata dan dunia batin, sebagai suatu upaya untuk mendekatkan manusia kepada kenyataan untuk berpikir tentang hidup dan rasa yang paling dalam.
Dengan membuat rujukan-rujukan itu, agar manusia faham benar akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, agar tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk perbuatan yang bukan-bukan, jangan sampai membuat kesalahan dan menghancurkan lingkungan. Karena apa yang terlihat secara nyata sebagai lingkungan hidup terlihat pula dalam batiniah pada dirinya sendiri. Rusaknya lingkungan hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.
Pupuh Gambuh
Yen sira durung surup,
Tegese jagad cilik lan agung,
Jagad cilik jenenge manungsa iki,
Iya batinira iku,
Yen jagad gedhe Hyang Manon,
ꦥꦸꦥꦸꦃꦒꦩ꧀ꦧꦸꦃ
ꦪꦺꦤ꧀ꦱꦶꦫꦣꦸꦫꦸꦁꦱꦸꦫꦸꦥ꧀
ꦠꦼꦒꦼꦱꦼꦗꦒꦣ꧀ꦕꦶꦭꦶꦏ꧀ꦭꦤ꧀ꦄꦒꦸꦁ꧈
ꦗꦒꦣ꧀ꦕꦶꦭꦶꦏ꧀ꦗꦼꦤꦼꦔꦼꦩꦤꦸꦁꦱꦆꦏꦶ꧈
ꦆꦪꦧꦠꦶꦤꦶꦫꦆꦏꦸ꧈
ꦪꦺꦤ꧀ꦗꦒꦣ꧀ꦒꦼꦣꦼꦲꦾꦁꦩꦤꦺꦴꦤ꧀
Artinya :
Bila kau belum mengetahui,
Arti bawana alit dan bawana ageng,
Bawana alit namanya manusia ini,
Adalah batinmu,
Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.
Dalam baris tembang yang berbentuk Gambuh ini terlihat jelas dan lebih tegas diutarakan tentang arti bawana alit dan ageng, maka jelas pula langkah-langkah yang harus kita bawa untuk menelusuri samudra kehidupan ini.
Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai ”Cipta Waskita” (ꦕꦶꦥ꧀ꦠꦮꦱ꧀ꦏꦶꦠ) yang artinya kewaspadaan batin yang dapat mengetahui apapun yang bakal terjadi. Mengetahui benar dan salah, kharam dan batal serta mengetahui arti hukum dalam kehidupan dan sebagainya.
Setelah kita siap mendalami ilmu mystik terapan maka kesadaran pribadi telah tergugah, sampai memahami arti bawana alit dan bawana agung, maka terasalah sesuatu yang bergejolak dalam batin kita. Suatu keharusan yang mendalam di dalam hati, hingga tergerakkan getaran-getaran rasa dari segala penjuru yang menggetarkan iman kita, tiada rasa maka berlinanglah air mata haru.
Tergambarkan semua perbuatan yang pernah di lakukan, semua kejahatan dan nista yang diperbuat. ”Mengapa dahulu aku tidak mengetahuinya, kalau kebaikan ada dalam diriku sendiri ?” begitulah batin kita akan bertanya.
Semua itu karena ulah si tukang mengadu domba yang menghalang-halangi semuanya itu.
Maka setelah semuanya telah disingkirkan, terlihatlah semuanya dengan jelas.
Itulah yang dinamakan ”kalau Hyang Manon telah membukanya, semua akan menjadi jelas”.
Becik ketitik ala ketoro
ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦏꦼꦠꦶꦠꦶꦏ꧀ꦄꦭꦏꦼꦠꦺꦴꦫꦺꦴ
Artinya yang baik akan terlihat adapun yang jelek akan terbukti.
Imajiner Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦤꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ