Ritual Melukat
Ritual melukad (mandi dan bersuci), Prabu Sri Aji Jayabaya sebelum beliau muksa.
Melukat adalah ritual pembersihan diri yang dilakukan dalam agama Hindu Bali, khususnya di kalangan masyarakat Bali. Ritual ini bertujuan untuk membersihkan diri secara lahir dan batin dari segala bentuk "leteh" atau kekotoran, baik yang disebabkan oleh pikiran negatif maupun energi buruk. Melalui penggunaan air suci (tirtha), ritual ini diharapkan dapat membersihkan diri dari segala hal negatif dan mengembalikan keseimbangan spiritual.
Berikut tentang ritual melukat:
1. Tujuan Utama.
Melukat bertujuan untuk membersihkan diri dari kotoran, baik secara fisik maupun spiritual.
2. Simbolisme Air.
Air suci (tirtha) dalam ritual melukat melambangkan kehidupan dan pemurnian spiritual. Air dianggap sebagai elemen penting yang menunjang kehidupan fisik dan spiritual.
3. Tempat Pelaksanaan.
Melukat biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap suci seperti pura, sungai, atau mata air yang memiliki sumber air.
4. Prosesi.
Ritual ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk persembahan, doa, penggunaan asap dupa, dan penyiraman air suci.
5. Makna Spiritual.
Melukat mencerminkan keyakinan Hindu Bali bahwa pembersihan diri secara spiritual penting untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian batin.
6. Keterkaitan dengan Kesehatan Mental.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ritual melukat memiliki potensi terapeutik dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental, meskipun semakin populer, penting untuk diingat bahwa melukat adalah bagian dari tradisi keagamaan dan spiritual, bukan sekadar kegiatan wisata.
Melukat adalah bagian dari upacara manusa yadnya dalam agama Hindu. Tujuannya adalah untuk membersihkan individu secara fisik dan spiritual. Ini bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk dari tindakan masa lalu.
Ritual melukat adalah tradisi yang turun-temurun dari umat Hindu Bali. Hingga kini, budaya melukat ini masih dijalankan. Ini dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga lanjut usia.
Ritual melukat dilakukan 2-3 kali setahun atau setiap 6 bulan. Ini tergantung pada situasi individu. Melukat juga dilakukan pada hari-hari besar seperti Galungan dan Kuningan.
Bulan purnama atau Tilem juga menjadi momen penting. Selain itu, data menunjukkan bahwa melukat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu.
Ritual melukat merupakan salah satu bentuk peribadatan dalam tradisi agama Hindu yang bertujuan membersihkan jiwa dari berbagai pikiran buruk, kotor, dan pengaruh ilmu hitam. Melalui melukat diharapkan orang yang menjalankannya ritual ini dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang, damai, dan bahagia.
Ada ketentuan terkait sarana dalam melaksanakan ritual melukat, yakni daksina pejati, sarana muspa, dan pakaian nangkil.
Daksina pejati merupakan sesuatu yang dipersembahkan sebagai simbol kesungguhan dalam ritual melukat sebagai bagian dari upacara keagamaan. Persembahan yang disarankan adalah pisang atau biu kayu dan bunga tanjung.
Sarana muspa adalah berupa beberapa jenis bunga dengan aroma harum seperti bunga jempiring dan sekar tunjung biru. Selain itu juga perlu dilengkapi dengan pis bolong atau uang logam berlubang di bagian tengahnya sejumlah 11 keping.
Pakaian nangkil, dalam hal ini adalah pakaian adat Bali. Disarankan juga untuk tidak memakai perhiasan.
Imajiner Nuswantoro