Peradaban Nusantara Sebelum Masehi
Foto : lukisan dalam Goa Sebelum Masehi di Nusantara
Pada periode es, terjadi gelombang perpindahan besar-besaran manusia Austronesia. Mengapa sebagian dari mereka memilih wilayah Nusantara? Itu terkait insting mereka untuk mencari daratan yang lebih hangat.
Karena posisinya dekat dengan garis khatulistiwa, Nusantara mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun. Otomatis wilayah ini memiliki laut dan daratan yang lebih hangat. Situasi tersebut mendorong terbentuknya ekosistem yang kaya serta keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan.
Bahkan bukan hanya manusia, hewan-hewan liar dari luar pun ikut berpindah ke tanah tropis ini. Terbukti, banyak kemiripan binatang di Benua Australia (Paparan Sahul) dengan Indonesia dan Asia (Eurasia), bukan ?
Melalui migrasi ini, bangsa Austronesia kemudian menularkan sejumlah kebiasaan dan budaya mereka kepada penduduk asli Nusantara.
Penduduk Nusantara asli pada tahun 2 500 sebelum Masehi.
Catatan sejarah kurang mendetail soal ini. Yang jelas, peradaban penduduk natif saat itu diperkirakan belum kompleks dan diduga masih dalam fase berburu dan meramu.
Sedangkan bangsa Austronesia dipercaya sudah menguasai metode pertanian, ilmu pelayaran, serta astronomi. Mereka juga sudah memiliki raja kecil dan sistem tata pemerintahan yang sederhana.
Berkat migrasi tersebut, makin sering terjadi interaksi penduduk lokal dengan bangsa-bangsa lain. Para sejarawan berpendapat, ada pertemuan peradaban di Nusantara pada tahun 2000 SM, seperti antara Barus (Sumatra Utara) dengan Mesir kuno, Jawa dengan Jepang Jomon (Yayoi) yang menyumbang kerajinan tembikar, dan sebagainya.
Pada masa lalu, kapur barus dan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat berharga dari Nusantara. Kapur barus Sumatra contohnya, sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan di daerah Arab dan Persia.
Bahwa Peradaban pada SM di Nusantara itu sebenarnya ada. Hanya belum ada bukti yang menguatkan itu untuk Dijadikan sebuah cerita Sejarah yang sesuai dengan kaidah / metode sejarah itu sendiri.
Salah Satu Hal Penting dalam Penelitian Sejarah adalah menggunakan Metode itulah yang menjadi Ciri Khas dalam Ilmu Sejarah.
Metode tersebut seperti :
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber Sejarah)
2. Kritik (Analisis Sumber Sejarah)
3. Interpretasi (Penafsiran Sumber Sejarah)
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Jika dilihat dalam Sejarah, bisa dikatakan Indonesia baru memiliki Sejarah / Catatan Sejarah dalam Sumber Primer (Yang Resmi) paling Tua. Pada Kerajaan Kutai Martadipura, dengan Prasasti Yupa nya sebagai bukti sejarah yang harus dilestarikan.
Sedangkan disaat yang sama dibelahan dunia lain, Sejarah sudah ada jauh lebih lama dari kita seperti Mesir, China, India, hingga di Eropa. Sedangkan di Indonesia Sejarah kita baru dimulai dari Prasasti Yupa itu.
Karena disitu ada bukti jelas bahwa terdapat telah kerajaan yang pernah berdiri dan itupun membutuhkan penelitian cukup sulit bagi para sejarawan untuk melakukan Heuristik-nya belum lagi Kritik Sejarah yang ada. Tentu itu membutuhkan sesuatu yang harus dipikirkan juga.
Walaupun masih buram dan samar-samar dan penelitian lebih mendalam diceritakan bahwa telah terdapat Kerajaan yang lebih tua dari Kutai Martadipura.
Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Salakanegara yang ada di Pulau Jawa bagian Barat. Inilah yang konon membuat awal peradaban kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa hingga saat ini. Kerajaan tersebut disebutkan memiliki Leluhur bernama Aki Tirem menjadi Legenda pada Sejarah Tanah Sunda dan Jawa. Kerajaan ini diduga telah ada pada sekitar abad ke-1 Masehi jauh lebih tua dari Kerajaan Kutai yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi.
Sejarah dalam Materi Kerajaan tersebut masih dalam penelitian dan Penyelidikan lebih lanjut dikarenakan bukti Heuristik-nya masih sangat kurang sehingga tidak bisa dijadikan rujukan / patokan Sejarah bahwa telah terdapat kerajaan tersebut atau kerajaan tersebut benar-benar ada.
Nusantara di Abad 4500 SM
Paling tidak sejak 4500 SM, diaspora Austronesia ini sudah menjangkau pantai tenggara India, di mana orang-orang dari Harappa (lembah Indus) ada yang tinggal di Gujarat (sekitar 4500-3900 SM). Ada bukti, saat itu, ada barang kerajinan di India Selatan yang berasal dari Nusantara. Sangat mungkin juga pelaut-pelaut Nusantara-lah yang membawa budidaya pohon kelapa ke Sri Lanka dan India Selatan. Orang-orang dari Harappa mulai mengenal budaya Austronesia di sana yang kemudian membawanya ke Harrapa, lantas ke Babilonia.
Teks Mesir dari sekitar 1500 SM menyebutkan adanya ekspedisi ke Tanah Punt (Horn of Africa), dengan menemukan berbagai produk eksotik termasuk kayu gaharu dari Nusantara. (Bahkan bentuk piramida Mesir punya kemiripan dengan bentuk-bentuk piramida bertingkat yang bisa ditemui di berbagai budaya Austronesia).
Teks Ibrani dari abad ke-7 SM, juga teks Yunani dari abad ke-4 SM menyebutkan tentang keberadaan Kayu Manis (cinnamon) dari Timur. Juga teks Ibrani dari masa Raja/Nabi Sulaeman (sekitar 950 SM) merujuk keberadaan Kayu Cendana, yang produk terbaiknya berasal dari Timor. Sejarawan Yahudi dari abad pertama masehi menyebutkan adanya ekspedisi ke Timur dari Laut Merah, yang memakan waktu 3 tahun untuk sampai tujuan.
Demikianlah. Jantung Sundaland itu adalah Nusantara, dan Nusantara itu adalah ibu peradaban maritim di muka bumi, yang banyak memberi pengaruh pada peradaban lain. “Kita adalah anak-anak imperium angin yang menembus segala penjuru dunia.
Kitab kuno mencatat sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Jawa, pernah ada kerajaan yang berdiri sebelum Masehi.
Kerajaan ini berlokasi di daerah Singosari, Malang, Jawa Timur dan konon menjadi bagian dari sejarah awal mula Pulau Jawa dihuni manusia pada tahun 100 sebelum Masehi (SM).
Tapi jauh sebelum itu, konon pulau terpadat di Indonesia ini penduduknya didatangkan dari luar negeri. Hal ini berdasarkan pada beberapa sumber kuno yang dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" yang ditulis Soedjipto Abimanyu.
Sumber kuno mengisahkan para penghuni ini berasal daerah Turki, tetapi ada yang menyebut berasal dari daerah Dekhan, India.
Dikisahkan saat itu penduduk Raja Rum pada tahun 350 SM konon mengirimkan perpindahan penduduknya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang dipimpin oleh Aji Keler.
Pengiriman ini konon merupakan misi kedua setelah misi pertamanya pada tahun 450 SM gagal. Saat itu seluruh utusan dari luar negeri terpaksa kembali dengan tanah hampa.
Saat misi pengiriman kedua itulah, Pulau Jawa yang konon bernama Nusa Kendang ditemukan sebagai pulau yang tertutupi hutan dan dihuni oleh berbagai jenis binatang buas dan tanahnya datar ditumbuhi tanaman yang dinamai Jawi. Dari situlah konon pulau ini dinamai dengan Jawi.
Tetapi agak sulit menentukan lokasi pendaratan para utusan tersebut. Diperkirakan pendaratan terjadi di wilayah Semampir, yakni suatu tempat yang dekat dengan Surabaya saat ini. Gelombang kedua ini juga mengalami kegagalan. Dari puluhan ribu orang konon hanya terisa 40 pasang.
Hal ini mendorong sang raja mengirimkan utusan lagi dengan persiapan lebih matang dan penyediaan alat yang lebih lengkap. Hal ini untuk menjaga mereka dari kemungkinan serangan binatang buas, seperti yang dialami urusan pertama dan kedua.
Selain peralatan pengamanan diri, mereka juga dilengkapi dengan alat pertanian sebagai alat bercocok tanam bila kelak berhasil menempatinya dengan aman.
Sementara itu, untuk mencegah orang-orang tidak melarikan diri maka diangkatlah seorang pemimpin dari kalangan mereka, yaitu Raja Kanna.
Dikisahkan gelombang ketiga ini konon berhasil menyebar ke pedalaman-pedalaman yang terbuka di Pulau Jawa. Dari sisi kepercayaan, gelombang ketiga ini dipercaya menganut kepercayaan animisme.
Sejarah juga mencatat konon pada 100 SM terjadi perpindahan penduduk yang terdiri atas kaum Hindu Waisya. Mereka adalah para petani dan pedagang yang karena permasalahan keyakinan, kemudian mereka meninggalkan India.
Kelompok keempat inilah yang kemudian menetap di daerah Pasuruan dan Probolinggo. Kemudian mereka secara perlahan membuat koloni-koloni di bagian selatan Pulau Jawa, yang pusatnya terletak di Singosari.
Ketika di Singosari, siapa yang memimpin memang tidak jelas. Tetapi ada naskah yang menyatakan adanya ratu yang memegang kekuasaan di daerah Kedi, namanya Nyai Kedi.
Singgasana kerajaannya berada di Kediri. Pada tahun 900 Masehi, keturunan Hindu - Waisya dimasukkan dalam Kerajaan Mendang yang juga dinamakan Kamulan. Nama lain Mendang adalah Medang, dan Kamulan adalah Ngastina atau Gajah Huiya.
Sumber Referensi :
- Zainuddin. 2 Juni 2017. “Menakjubkan, Ternyata Begini Kondisi Kepulauan di Indonesia pada 21 Ribu Sebelum Masehi”, TribunNews.com, diakses 23 Oktober 2021.
- “Sejarah Nusantara”, id.Wikipedia.org, diakses 23 Oktober 2021.
- “Keadaan Indonesia Sebelum Masehi yang Harus diketahui”, HaloEdukasi.com, diakses 23 Oktober 2021.
- “Indonésie”, fr.Wikipedia.org, diakses 24 Oktober 2021.
Imajiner Nuswantoro