Kisah Cinta Siddhartha Gautama di Relief Candi Borobudur
Relief Candi Borobudur menceritakan kisah perjalanan hidup Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha, termasuk kisah cintanya dengan Putri Yasodhara. Kisah ini diabadikan dalam relief Lalitavistara yang terdapat di Borobudur, khususnya pada panel-panel yang menggambarkan masa muda Pangeran Siddhartha dan pertemuannya dengan empat peristiwa penting yang mengubah jalan hidupnya.
Kisah cinta Siddhartha Gautama yang terdapat pada relief Candi Borobudur :
1. Lalitavistara.
Relief Lalitavistara menceritakan kehidupan Siddhartha dari turunnya ia dari surga hingga khotbah pertamanya di Taman Rusa.
2. Masa Muda Siddhartha.
Panel-panel Lalitavistara menggambarkan masa muda Siddhartha sebagai seorang pangeran yang dikelilingi kemewahan dan kasih sayang, termasuk pernikahannya dengan Yasodhara (juga dikenal sebagai Dewi Gopa).
3. Empat Pertemuan.
Diceritakan bahwa Siddhartha mengalami empat pertemuan yang mengubah pandangannya tentang kehidupan: seorang tua renta, orang sakit, mayat, dan seorang pertapa yang tenang. Pertemuan-pertemuan ini membuatnya sadar akan penderitaan dan ketidak kekalan dunia.
4. Keputusan untuk Meninggalkan Istana.
Setelah empat pertemuan tersebut, Siddhartha memutuskan untuk meninggalkan istana dan kehidupan mewahnya untuk mencari pencerahan spiritual.
5. Perjalanan Menuju Pencerahan.
Relief-relief selanjutnya menggambarkan perjalanan Siddhartha meninggalkan istana, bertapa, dan akhirnya mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi.
Selain Lalitavistara, kisah cinta Siddhartha dan Yasodhara juga dapat ditemukan dalam relief lainnya di Borobudur, seperti dalam cerita Sudhana dan Manohara.
Meskipun relief-relief tersebut menggambarkan kisah cinta Siddhartha, fokus utama relief-relief di Borobudur adalah pada perjalanan spiritualnya menuju pencerahan dan ajarannya tentang kebenaran dan kebahagiaan.
Kisah cinta Sang Buddha dan seorang putri dari khayangan bernama Putri Manohara.
Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, ini istimewa tidak hanya karena menggenggam gelar Situs Warisan Budaya Dunia dari UNESCO. Candi yang dibangun pada abad 9 pada masa Dinasti Syailendra di bawah kepemimpinan Samaratungga Dewa ini juga istimewa karena merekam kisah cinta abadi seorang pangeran yang setelah reinkarnasi, kita kenal sebagai Siddhartha Gautama alias Sang Buddha.
Kisah ini disebut kisah cinta Pangeran Sudana dan Putri Manohara.
Jika menyebut nama Sudana dan Manohara, pasangan romansa ini jelas tidak sepopuler Romeo-Juliet atau Layla-Majnun. Namun, kita pasti familier dengan kisah pasangan Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Kisah cinta Manohara dan Sudana adalah kisah dalam bentuk visual paling tertua terkait cerita bidadari mandi yang serupa dengan cerita Jaka Tarub. Manohara sendiri adalah makhluk surgawi dengan wujud manusia dari kepala hingga pinggang, dan wujud burung dari pinggang ke kaki.
Kalau sekarang kita pernah mendengar cerita yang hampir mirip di berbagai negara, seperti Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan lain-lain, kisah ini sesungguhnya berawal dari Candi Borobudur.
Di galeri 1 Candi Borobudur, kita bisa membaca relief-relief kisah Pangeran Sudana dan Putri Manohara dengan mata kepala sendiri. Tempo hari, saya mewakili Intisari untuk menjelajahi Candi Borobudur. Saya beruntung karena waktu itu, ada Louie Buana, anggota Tim Ahli Penyusun Legenda Borobudur Universitas Gadjah Mada, yang menceritakan petualangan cinta Pangeran Sudana dan Putri Manohara ini dengan runut.
Cerita Pangeran Sudana dan Putri Kinara-Kinari bernama Manohara berasal dari Kitab Avadana. Dimulai ketika Putri Manohara dan enam saudarinya, anak Raja Druma yang bertahta di Himalaya, sedang mandi di sungai. Putri Manohara kemudian dijebak oleh seorang pemburu sehingga kehilangan kemampuan untuk terbang. Pangeran Sudana yang kebetulan saat itu sedang berada di hutan untuk berburu, akhirnya menyelamatkan Putri Manohara dari si pemburu dengan barter harta.
Putri Manohara ternyata nanti bereinkarnasi menjadi Putri Yasodara, istri Sang Buddha. Sementara, Pangeran Sudana di kelahiran selanjutnya bereinkarnasi menjadi Siddhartha Gautama.
Singkat kata, mereka menikah. Namun, ketika Pangeran Sudana sedang pergi dari istana untuk berperang, Putri Manohara difitnah oleh seisi istana dan hampir dicelakai oleh ayah Sudana alias Sang Raja yang termakan fitnah orang-orang. Beruntung, Ibu Sudana percaya kalau Putri Manohara itu baik. Maka, Ratu menyuruh Putri kabur dari istana untuk menyelamatkan diri. Putri Manohara terbang dari istana dan pulang ke Himalaya.
Setelah Sudana pulang dan tidak menemukan istrinya di istana, ia pergi mencari sang istri. Ia berjalan terus, memasuki hutan, hingga bertemu brahmana. Orang sakti itu mengatakan kalau Putri Manohara kembali ke Himalaya. Pangeran Sudana beperjalanan memakan waktu 7 tahun (menurut Kitab Avadana) ke Himalaya. Ujian tak selesai sampai di situ. Pangeran Sudana harus lolos 33 ujian yang diberikan oleh Raja Druma, ayah Manohara. Namun, akhirnya Sudana berhasil bersatu kembali dengan Manohara. Mereka kemudian kembali ke Negeri Pancala, rumah Sudana.
Selama ini, mungkin banyak dari kita yang datang ke Candi Borobudur untuk bersegera tiba di puncak untuk berfoto dengan stupa-stupa. Tidak ada salahnya. Namun, ternyata, kita bisa melewatkan banyak hal. Salah satunya kisah dramatis nan romantis Pangeran Sudana dan Putri Manohara di galeri 1 Candi Borobudur.
Cerita cinta yang usianya sudah berabad-abad ini masih jelas terpatri di relief-relief candi.
Imajiner Nuswantoro