Sang Hyang Taya Disebut Tuhan
Sanghyang Taya atau yang disebut Sang Hyang Widhi dalam Hindu adalah Tuhan yang sebenarnya, yang merupakan sumber segala kejadian, yang tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa didengar telinga, tidak bisa diraba dengan tangan, tidak bisa dibayang2kan, tidak bisa dipikir, tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu. tidak bisa dicapai dengan logika pikiran manusia.
Tidak bisa dicapai dengan pikiran manusia karena Tuhan berbeda demensi dengan manusia, pikiran manusia ada di demensi kehidupan dunia, sedang Tuhan ada di demensi dewata/ demensi ketuhanan yang bisa mengabaikan batasan ruang dan waktu.
Dia adalah Taya (jawa kuno : hampa, suwung). Dia tidak dilahirkan, tidak berawal, tidak berakhir, tidak ada satu pun mahkluk hidup yang bisa mengenal keberadaan-Nya yang sejati… seperti halnya langit yang tiada berawal dan tiada berakhir, manusia kurang bisa memahami tentang langit yang setiap hari kita lihat.
Ada pemahaman bahwa Sang hyang Taya adalah inti/Jiwa dari udara atau Eter atau Akash (sansekerta), semua itu tergantung dari persepsi dan pemahaman spiritual yang pernah dialami masing-masing individu. Dalam hal ini pengalaman spiritual sangat berperan dalam mempersepsikan tentang Tuhan.
Manusia mengenal-Nya melalui pengejawantahan kekuatan dan kekuasaan-Nya di alam ini sebagai Pribadi Ilahi, yang menjadi Sumber segala sumber kehidupan yang tergelar di alam semesta.
Pribadi Ilahi yang memiliki Nama dan Sifat sebagai pengenal keberadaan diri-Nya yang mengejewantah dalam Pribadi Ilahi yang disebut Tu atau To.
Tu atau To adalah pengejawantahan Sanghyang Taya sebagai Pribadi Ilahi yang secara samar2 sudah bisa diketahui dan dikenal baik sifat maupun nama-Nya. Tu, Pribadi Ilahi, meski Tunggal, Dia memiliki dua sifat yang berbeda seibarat telapak tangan yang putih dan punggung tangan yang hitam.
Sifat-sifat Sang Hyang Taya
1. Sifat Tu yang baik, yaitu yang mendatangkan kebaikan, kemuliaan, kemakmuran dan keselamatan kepada manusia. Tu itulah yang dikenal dengan nama Tu-han. Sifat Tu yang baik, yaitu Tu-han, itulah yang dikenal dengan nama Sanghyang Tunggal (Maha Esa), satu Pribadi Ilahi yang selain memiliki nama dan sifat Tunggal juga memiliki nama dan sifat Wenang (Mahakuasa).
2. Sifat Tu atau To yang tidak baik, yaitu yang mendatangkan kejahatan, kehinaan, kenistaan, kesesatan dan kebinasaan. Tu itulah yang dikenal dengan nama han-Tu. Sifat Tu yang tidak baik, yaitu han-Tu, itulah yang disebut dengan nama sanghyang Manikmaya (jawa kuno : permata khayalan). Sanghyang Manikmaya, Pribadi Ilahi yang hanya diketahui nama dan sifat-Nya itu, tak berbeda dengan Sanghyang Tunggal, yakni memilki nama dan sifat Wenang (mahakuasa).
Berarti Sanghyang Tunggal yang memiliki nama dan sifat Wenang adalah pengejawantahan Tu-han yang Mahakuasa memberi petunjuk kepada mahkluk-Nya (al-Hadi atau yang Maha Pemberi Petunjuk dalam Islam) dan Sanghyang Manikmaya yang juga memiliki nama dan sifat Wenang adalah pengejawantahan han-Tu, yang Mahakuasa juga untuk menyesatkan mahkluk-Nya. (al-Mudhil atau Yang Maha Menyesatkan dalam Islam)
Dalam ajaran Kapitayan, memuja Sanghyang Taya melalui Sanghyang Tunggal maupun Sanghyang Manikmaya pada hakikatnya sama saja. Yang berbeda hanya jalannya saja. Jika memuja Sanghyang Tunggal maka kita hanya melewati satu jalan lurus di dalam menuju Sanghyang Taya (monoteis). Sebaliknya, jika kita memuja Sanghyang Manikmaya maka kita akan melewati banyak jalan untuk menuju Sanghyang Taya (politeis).
Memuja dan menyembah Sanghyang Taya melalui Tu dilakukan dengan dua cara yang berbeda :
1. Memuja dan menyembah Pribadi ilahi yang disebut Sanghyang Tunggal (Tu-han) memalui sarana bantu sesuatu yang kasatmata seperti Tu-buh dan wa-Tu. Memuja dan menyembah Sanghyang Taya melalui Tu-han adalah yang dibebankan Sanghyang Taya kepada Dang Hyang Semar untuk diajarkan kepada manusia .
2. Untuk memuja dan menyembah Pribadi Ilahi yang disebut Sanghyang Manikmaya (han-Tu) dengan sarana bantu berbagai benda kasat mata seperti, wa-Tu, Tu-gu, un-Tu, pin-Tu, Tu-lang, Tu-nggul (bendera), Tu-mbak, Tu-lup (sumpit), Tu-nggak (tonggak), Tu-rumbuhan (beringin), Tu-ban (air terjun), Tu-k (mata air), To-peng, To-san (pusaka), To-pong (mahkota), To-parem (baju rompi), To-wok (lembing), To-ya (air), dengan sesaji2 berupa Tu-mpeng, Tu-d (bunga pisang), dan Tu-mbu (tempat sesaji dari anyaman bambu).
Memuja dan menyembah Sanghyang Manikmaya adalah tugas yang dibebankan Sanghyang Taya ke saudaranya Semar yaitu To-gog untuk diajarkan kepada manusia,
Menurut ajaran yang disampaikan oleh Sang Hyang Semar dan ajaran yang disampaikan oleh To-gog,
Jika seorang manusia telah patuh setia menjalankan pemujaan dan penyembahan kepada Sanghyang Taya, baik melalui pemujaan dan penyembahan kepada Sanghyang Tunggal (Tu-han) maupun Sanghyang Manikmaya (han-Tu), maka manusia akan dilimpahi kekuatan dan kekuasaan yang bersifat Ilahiah oleh Sang Taya.
Sebab, satu jalan yang diajarkan oleh Semar untuk menyembah Sanghyang Tunggal pada hakikatnya sama dengan bermacam-macam jalan yang diajarkan To-gog untuk menyembah Sanghyang Manikmaya, yakni bermuara kepada Sanghyang Taya
Itu sebabnya, manusia yang sudah dilimpahi kekuatan dan kekuasaan oleh Sanghyang Taya melalui Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Manikmaya akan memiliki kekuatan gaib yang memancarkan kekuatan dan kekuasaan Ilahiah dari dalam dirinya. Jika kekuatan dan kekuasaan gaib pada manusia itu bersifat memberkati, melindungi, mengayomi, dan menyelamatkan disebut dengan Tu-ah. Sebaliknya jika kekuatan dan kekuasaan gaib pada manusia itu bersifat mnghukum, mengutuk, mendatangkan bencana dan membinasakan disebut dengan nama Tu-lah.
Imajiner Nuswantoro