Bangsa Lemuria Nenek Moyang Bangsa Nusantara
Bangsa Lemuria adalah mitos tentang peradaban kuno yang diyakini pernah hidup di benua Lemuria, yang hilang di Samudra Hindia. Teori ini didasarkan pada legenda dan mitos, serta beberapa bukti arkeologi.
Lemuria ( / l ɪ ˈ m jʊər i ə / ), atau Limuria , adalah sebuah benua yang diusulkan pada tahun 1864 oleh ahli zoologi Philip Sclater, yang diteorikan tenggelam di bawah Samudra Hindia, yang kemudian diadopsi oleh para penganut ilmu gaib dalam kisah-kisah yang dianggap sebagai asal usul manusia.
Atlantis adalah sebuah pulau yang besar dan makmur yang tenggelam ke dasar lautan, sementara Lemuria adalah benua yang hilang di Samudra Hindia. Kedua peradaban ini dikatakan memiliki teknologi yang sangat maju, kehidupan sosial yang canggih, dan kekayaan yang melimpah.
Pada pertengahan abad ke-19, ahli paleontologi menciptakan istilah 'Lemuria' untuk menggambarkan benua hipotetis yang menjembatani Samudra Hindia, yang dapat menjelaskan migrasi lemur dari Madagaskar ke India . Lemuria adalah benua yang tenggelam dan tidak terlihat lagi.
Bangsa Lemuria dan Gunung Muria. Gunung Muria merupakan salah satu gunung tua di kawasan utara Jawa Tengah. Gunung yang membentang di tiga kabupaten ini menyimpan misteri dan sejarah peradaban Indonesia.
Konon, gunung dengan ketinggian 1.601 mdpl ini berkaitan dengan bangsa Lemuria yang disebut-sebut sabagai salah satu leluhur orang Indonesia.
Konon, bangsa Lemuria merupakan manusia modern yang peradabannya lebih unggul dari bangsa Atlantis. Akan tetapi sampai saat ini letak Benua Lemuria pada masa lampau menjadi misteri yang belum terpecahkan. Kemungkinan besar peradaban besar itu berada di daratan sekitar Samudra Pasifik, yaitu Indonesia.
Pada 2013 lalu, Komite Perdamaian Dunia mencanangkan Jawa Tengah sebagai provinsi perdamaian. Hal ini disebabkan anggapan bahwa Jawa Tengah merupakan tempat berkembangnya peradaban Bangsa Lemuria.
Peradaban Lemuria (75.000 SM-11.000 SM)
Lemuria merupakan peradaban kuno yang konon muncul sebelum Atlantis, sekitar 75.000 SM-11.000 SM. Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, menyatakan induk peradaban bangsa itu diyakini hidup di Gunung Muria.
Kisah tersebut berkaitan dengan Putri Shima dan Kerajaan Kalingga/Medang Kamulyan. Wilayah Kerajaan Medang Kamulyan saat itu meliputi Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Semarang, Gunung Rahwatu (Muria), hingga ke Pati, Rembang, dan Karimun Jawa.
Akan tetapi, sampai berita ini diturunkan, tidak banyak referensi pasti tentang bangsa Lemuria yang disebut sebagai leluhur orang Jawa dari Gunung Muria.
Bangsa Lemuria
Asal usul
Diduga berasal dari Benua Mid-Pasifik dan bermigrasi ke Benua Atlantis
Ciri khas
Dikabarkan berevolusi menuju kesempurnaan
Bukti
Didasarkan pada mitos dan legenda, serta beberapa bukti arkeologi
Popularitas
Menginspirasi banyak novel, acara televisi, film, dan musik
Status
Dikesampingkan oleh para ilmuwan sejak teori lempeng tektonik diterima
Teori Lemuria pertama kali dikemukakan pada tahun 1864 oleh ahli zoologi Philip Sclater. Teori ini kemudian diadopsi oleh okultis dan pendiri Teosofi Helena Blavatsky.
Teori Lemuria didiskreditkan pada tahun 1960-an ketika komunitas ilmiah menerima teori pergeseran benua Alfred Wegener. Namun, gagasan ini tetap hidup dalam imajinasi populer, terutama dalam kaitannya dengan tradisi Teosofis.
Untuk pertama kalinya, lebih dari 90 ilmuwan dari konsorsium Pan-Asian SNP dinaungi oleh Human Genome Organisation (HUGO) melakukan studi terhadap 73 populasi Asia Tenggara dan Asia Timur untuk mempelajari pola migrasi dalam sejarah manusia dan hubungan antara genetik dan penyakit. Hasil riset terbaru deoxyribonucleic acid atau DNA tentang asal-usul manusia Asia menunjukkan bahwa Asia Tenggara merupakan sumber geografis utama dari populasi di Asia yang kemudian menyebar ke utara. "Nenek-moyang bangsa-bangsa Asia yang keluar dari Afrika sekitar.
100.000 tahun lalu itu menyusuri sepanjang pesisir selatan ke arah timur dan lebih dulu berpusat di Asia Tenggara sekitar 60.000 tahun lalu, baru kemudian menyebar ke berbagai kawasan di utaranya di Asia," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Dr Sangkot Marzuki kepada pers di Jakarta, Jumat (11/12/2009).
Menurut Sangkot Marzuki, kesimpulan terbaru ini membantah teori sebelumnya yang menyebut bahwa ada jalur majemuk migrasi nenek moyang bangsa Asia, yakni melalui jalur utara dan jalur selatan, serta membantah bahwa bangsa Asia Tenggara (yang berbahasa Austronesia) berasal dari Taiwan. Hal itu terlihat pula dari keanekaragaman genetik yang makin ke selatan semakin tinggi, sedangkan etnik-etnik di kawasan Asia lebih utara lebih homogen. Demikian dikatakan Sangkot yang merupakan salah satu pemrakarsa riset tersebut.
Riset ini dilakukan oleh lebih dari 90 ilmuwan dari konsorsium Pan-Asian SNP (Single-Nucleotide Polymorphisms) dinaungi Human Genome Organization (Hugo) yang meneliti 73 populasi etnik Asia di 10 negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, India, China, Korea, Jepang, dan Taiwan) dengan total sekitar 2.000 sampel. Ernst Haeckel, (16 Februari, 1834 – 9 Agustus,1919), seorang taksonomis German penganut teori Darwin, pernah mengusulkan Lemuria sebagai “kunci” dari mata rantai yang hilang dari beberapa temuan fosil.
Menurut beberapa sumber; Haeckel pernah menyatakan bahwa untuk melacak asal usul manusia amat sulit ,dan dia juga mengklaim bahwa banyak jejak fosil yang tidak dapat ditemukan karena sudah tenggelam di dasar laut. Ketika Charles Darwin menerbitkan bukunya “On the Origin of Species by Means of Natural Selection” pada tahun 1859,yang menyebutkan bahwa nenek moyang manusia tidak dapat ditemukan.Haeckel menduga bahwa nenek moyang manusia diperkirakan berasal dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia),dan menjelaskan teorinya dengan sangat detail.
Dalam sebuah ekspedisi yang dilaksanakan atas perintahnya, salah satu muridnya ; Eugene Dubois berhasil menemukan apa yang kemudian dikenal sebagai Manusia Jawa,yaitu sesosok fosil manusia purba yang berhasil ditemukan,yang di kemudian hari dikenal dengan nama Homo erectus. Lemuria merupakan peradaban kuno yang muncul terlebih dahulu sebelum peradaban Atlantis.Lokasinya diperkirakan berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria disekitar periode 75000 SM - 11000 SM.
Pra Sejarah Bermula Di Sundaland
Jika kita lihat dari periode itu,Bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya. Gagasan bahwa Benua Lemuria terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis pada abad ke -19 yang mengadakan penelitian terhadap situs-situs purbakala peninggalan Bangsa Maya di Yucatan. Informasi tsb diperoleh setelah keberhasilannya menterjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan Bangsa Maya. Dari hasil terjemahan,diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis).
Namun dikatakan juga,bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dasyat meluluh lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut. Hingga saat ini,letak dari Benua Lemuria pada masa silam masih menjadi sebuah kontroversi,namun berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti,kemungkinan besar peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia sekarang).
Banyak arkeolog memepercayai bahwa Pulau Paskah yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria.Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kuno yang terukir pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam.
Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap dipulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahlulu kala pernah ada sebuah daratan besar di Pasifik yang yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut dahsyat (tsunami),namun sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan. Keadaan Lemuria sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis,memiliki tanah yang subur,masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam.
Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi Bangsa Lemuria untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan terobosan baru dalam perkembangan peradaban mereka. Seperti banyak dikemukakan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi ,bahwa bangsa Lemurian dan Atlantean menggunakan kristal secara intensif dalam kehidupan mereka. Kuil-kuil Lemuria dan Atlantis diperkirakan menempatkan sebuah kristal generator raksasa yang dikelilingi oleh kristal-kristal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun untuk berbagai penyembuhan. Namun, berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik,teknologi dan gemar berperang,Bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia-manusia dengan tingkat evolusi dan spiritual yang tinggi,sangat damai dan bermoral.
Menurut Edgar Cayce,munculnya Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada saat itu (kalau sekarang mirip Amerika Serikat) membuat mereka sangat ingin menaklukkan bangsa-bangsa didunia,diantaranya Yunani dan Lemuria yang dipandang oleh para Atlantean sebagai peradaban yang kuat. Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang baik,invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan.
Karena sifat dari Lemurian yang menjunjung tinggi konsep perdamaian, mereka tidak dibekali dengan teknologi perang secanggih bangsa Atlantean,sehingga dalam sekejap,Lemuria pun jatuh ketangan Atlantis. Para Lemurian yang berada dalam kondisi terdesak,ahirnya banyak meninggalkan bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip bumi,mungkin keberadaan mereka saat ini belum kita ketahui. Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis, otomatis wilayah Lemuria dikuasai oleh para Atlantean, sampai saat ahirnya daratan itu diterpa oleh bencana yang sangat dasyat yang kemudian menenggelamkannya bersama beberapa daratan lainnya,termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.
Menurut Sangkot, kesimpulan dari riset yang memakan waktu tiga tahun dan telah dirilis di jurnal Science pada 10 Desember 2009 berjudul "Mapping Human Genetic Diversity in Asia" itu jauh lebih akurat dibanding riset-riset sebelumnya yang hanya menggunakan DNA mitokondria atau kromosom Y karena menganalisis seluruh kromosom. Studi ini juga menjelaskan bahwa di masa lalu terdapat satu jalur utama migrasi manusia ke Asia, yaitu melalui Asia Tenggara, bukan jalur migrasi majemuk melalui jalur utara dan selatan, sebagaimana banyak dikemukakan sebelumnya. "Hal ini berarti nenek moyangnya orang China adalah orang Asia Tenggara, bukan sebaliknya," kata Prof Sangkot Marzuki, direktur lembaga Eijkman yang juga penggagas studi ini, dalam acara seminar 'Mapping Human Genetic Diversity in Asia' di gedung Lembaga Biologi Molekul Eijkman, Jakarta, Jumat (11/12/2009).
Artikel dening Imajier Nuswantoro