SITUS GOA SENTONO
Secara administratif Situs Goa Sentono berlokasi di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Lokasinya berada di kaki bukit dan berdekatan dengan lokasi Candi Abang. Situs Goa Sentono adalah goa buatan yang dipahat pada sebuah batu, sehingga lebih tepat jika disebut sebagai ceruk.
Pada Situs Goa Sentono terdapat dua buah ceruk. Pada dinding dan lantai ceruk sebelah kanan didapati sebuah cekungan. Diduga cekungan tersebut merupakan tempat untuk meletakkan arca. Pada dinding Ceruk sebelah kiri terdapat dua pahatan tokoh yang belum diketahuai identitasnya. Di antara kedua ceruk tersebut terdapat pahatan Trimurti yang di hadapanya terpahat lingga yoni semu.
Adanya pahatan Trimurti dan lingga yoni semu menunjukkan bahwa latar belakang keagamaan Situs Goa Sentono adalah agama Hindu. Situs yang serupa dengan Situs Goa Sentono juga dapat dijumpai di Jawa Timur, yaitu Situs Goa Selomangleng di Kediri dan Goa Selomangleng di Tulungagung. Hal ini tidak begitu mengherankan, sebab sekitar abad ke 10 pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
ASAL USUL TERJADINYA GOA SENTONO, DESA MENDEN DAN DESA PANGULU
Jaman dulu tersebutlah kisah ada suatu padepokan kecil yang bernama SENTONO, yang dipimpin oleh Blacak Ngilo. Blacak Ngilo adalah bekas prajurit Majapahit yang melarikan diri disaat terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan. Pada mulanya padepokan ini sangat termasyur , sehingga banyak orang berbondong-bondong ke SENTONO untuk nyantrik dan berguru ke Blacak Ngilo. Dengan Arif dan bijaksana Blacak Ngilo mengajarkan berbagai macam ilmu, mulai dari cara bercocok tanam,budi pekerti, spiritual dan olah kanuragan. Daerah SENTONO terletak di tepi aliran Bengawan solo, sehingga strategis untuk pertanian. Sehingga tak mengherankan jika Sentono dan sekitarnya mengalami perkembangan yang luar biasa hebat. Bahkan BLACAK NGILO oleh para pengikutnya di perlakukan bak seorang Raja.
Tapi lama-kelamaan perangai BLACAK NGILO mulai berubah. Dia mulai sewenang-wenang terhadap para pengikutnya. Masyarakat di haruskan untuk menyetorkan separoh lebih dari hasil panennya. Tak hanya itu, dia juga memerintahkan kepada seluruh rakyatnya yang mempunyai anak perawan agar dipersembahkan untuk di jadikan selirnya. Rakyat mulai resah, apalagi setiap malam bulan Purnama harus disediakan darah segar manusia untuk di jadikan tumbal untuk menambah kesaktiannya.
Keresahan Masyarakat ini sampai terdengar oleh Sunan Bonang. Kemudian Sunan Bonang mengutus salah seorang santrinya untuk menemui BLACAK NGILO yang intinya mengingatkan BLACAK NGILO agar tidak lagi sewenang-wenang terhadap rakyatnya, jangan menyembah berhala dan mengikut ajaran Islam dengan lurus dan benar. Mendengar perkataan utusan tadi, BLACAK NGILO murka, ditebasnya leher utusan Sunan Bonang sampai putus. Tempat pemenggalan leher utusan sunan Bonang ini sampai sekarang di abadikan menjadi sebuah desa bernama PANGULU, berasal dari kata PENGGAL GULU (Penggal Leher, masuk wilayah Kec. Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro - Jatim).
Merasa di remehkan, BLACAK NGILO tidak terima, dia mengirimkan surat tantangan kepada Sunan Bonang agar datang berhadapan dengan dirinya untuk adu kesaktian. Sunan Bonang menyanggupinya, tapi Sunan Bonang minta beberapa syarat, apabila Sunan Bonang kalah dalam pertarungan, beliau rela menjadi pengikut BLACAK NGILO , dan sebaliknya apabila BLACAK NGILO yang kalah, BLACAK NGILO harus meninggalkan semua perbuatan-perbuatan buruknya dan harus masuk Islam. Kedua belah pihak menyetujui perjanjian tersebut.
Pertarungan hebatpun di mulai. Karena sama-sama saktinya, hari pertama, hari kedua bahkan sampai kari keenam belum terlihat siapa yang kalah dan siapa yang menang. Pada hari ketujuh BLACAK NGILO mulai kelelahan. Tapi karena kesombongannya dia tidak mau mengakui kehebatan Sunan Bonang. Timbullah akal licik BLACAK NGILO untuk melarikan diri dari gelanggang pertarungan. Dengan sisa-sisa kesaktiannya, maka masuklah BLACAK NGILO kedalam perut bumi untuk melarikan diri. Sunan Bonangpun tidak mau kalah, dikejarnya Blacak Ngilo ke dalam perut bumi, akhirnya terjadi kejar-kejaran di dalam tanah. Setiap kali Ki Sentono muncul di permukaan tanah, di situ juga sunan Bonang ada di belakangnya. Bahkan lari ke daerah Tuban (Jawa Timur) pun, Sunan Bonang juga ikut muncul di Tuban.
Karena Kelelahan Blacak Ngilo minta kepada Sunan Bonang untuk minta waktu untuk istirahat. Dikabulkannya permohonan Blacak Ngilo. Tidak menyia-nyiakan waktu, Blacak Ngilo mencari tempat untuk SEMENDE (senderan). Tempat Semendenya Blacak Ngilo inilah kemudian lahir nama Desa MENDEN yang berasal dari kata SEMENDE/SENDEN.
Akhirnya Blacak Ngilo mengakui kekalahannya, dan akhirnya pula Blacak Ngilo bersedia masuk Islam menjadi pengikut Sunan Bonang untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah MENDEN. Lubang-lubang dalam tanah bekas untuk kejar-kejaran antara Sunan Bonang dan Blacak Ngilo meninggalkan bekas berupa Goa. Goa inilah kemudian di namakan GOA SENTONO. Dan wilayah d sekitar goa di namakan Dusun Sentono, yang secara administratif masuk wilayah Desa Mendenrejo Kec.Kradenan Kab. Blora.
Demikian sejarah singkat Terjadinya Desa Menden dan Goa Sentono. Tapi dalam Masyarakat, banyak versi cerita yang beredar. Versi lain menyebutkan klo Desa MENDEN berasal dari Sunan Ngudung, Sunan Ngudung itu anak dari Sunan Gresik, cerita bermula saat Sunan Ngudung perang dengan Malin Kentiri, karena Sunan Ngudung kelelahan, kemudian SEMENDHE/SLENDEN di pohon cempolo yang dibawahnya ada batu rambut, Kemudian Lahir desa MENDEN.
Catatan :
Ada versi Lain tentang terjadinya Desa Pangulu, bahkan Desa Pangulu tidak ada hubungannya dengan Sentono. Konon desa Pangulu dulu bernama JIPANGULU.. Yang artinya JIPANG HULU (ATAS)... JIPANGULU berhubungan erat dengan cerita JIPANG PANOLAN. Kerajaan yang di pimpin ARYA PENANGSANG. Itulah versi cerita yang beredar di Masyarakat Menden dan sekitarnya.
Imajier Nuswantoro