Kesimpulan ajaran Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Dhiyu
Oleh : Imajier Nuswantoro
![]() |
Foto : Wayang kulit Ramajaya |
ARTIKEL RELEVAN DENGAN JUDUL KLIK DISINI :
TIWIKRAMA
https://syehhakediri.blogspot.com/2021/08/tiwikrama.html
RADEN KUMBOKARNO
https://syehhakediri.blogspot.com/2025/03/raden-kumbokarno.html
________
Sastra Jendra Hayuningrat adalah Sastra Cetha (Sastra Tanpa Papan dan Sastra Tanpa Tulis).
Dalam tataran keilmuan orang Jawa ada beberapa hal yang harus ditempuh jika seseorang ingin mencapai kesempurnaan hidup, salah satunya tataran yang harus dilewati tertuang dalam kitab Baswalingga karya pujangga besar Jawa Ki Rangga Warsita, tataran keilmuan yang termahtub dalam kitab karya rangga warsita ini adalah tentang Sastra Jendra Hayuningrat.
Menurut Ki Rangga Warsita bahwasannya Sastra Jendra Hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup berdasarkan falsafah ajaran Budha dan apabila semua orang menaati semua ajaran sastra tadi niscaya bumi akan sejahtera.
Nama lain dari sastra jendra hayuningrat adalah sastra cetha alias sastra tanpa papan dan sastra tanpa tulis, walaupun tanpa tulis dan papan tapi maknanya terang alias cetha dan bisa digunakan sebagai serat Papakem Paugeraning Gesang.
Untuk mencapai sastra cetha ada 7 tahapan yang kudu (harus) dilalui yakni :
1. Tapaning jasad, yaitu mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik lainnya, lakunya tidak dendam, sakit hati, semua hal diterima dengan legawa-tabah dengan kesungguhan hati alis tan milih tan nolak.
2. Tapaning budhi, artinya menghilangkan perbuatan yang hina (nista) dan hal hal yang tidak jujur
3. Tapaning hawa nafsu, mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka dari pribadi kita. Lakunya sabar dan selalu berusaha menyucikan diri, punya perasaan dalam,mudah memberi maaf dan taat pada tuhan yang maha esa.
4. Tapaning cipta, artinya memperhatikan perasaan secara sungguh sungguh atau dalam bahasa jawanya ngesti sarasaning raos ati, berusaha sekuat tenaga menuju heneng, meneng, khusyuk, tumaknina, sehingga hasilnya tidak akan diombang ambingkan (bingung/bimbang) oleh siapapun dan apapun dan yang akhir selalu hening-wening atau waspada supaya bisa konsentrasi ke Allah SWT.
5. Tapaning sukma, dalam tahapan ini kita fokus ke ketenangan jiwa. Amalnya ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan kita dengan memberi derma kepada fakir miskin secara iklas
6. Tapaning cahya, maknanya dalam tataran ini selalu eling, awas dan waspada, sehingga hasilnya kita mempunyai daya meramalkan sesuatu secara tepat alis waskitha, amal eling dan waspada diikuti dengan menghindari hal hal yang bersifat glamour dunia atau memabukan yang mengakibatkan batin kita menjadi samar.
7. Tapaning gesang, dalam tahapan akhir ini kita berusaha sekuat tenaga dengan hati hati menuju kesempurnaan hidup dan taat pada Tuhan Yang Mahaesa.
Ilmu Sastra Jendra yang disebut diatas berdasarkan kebatinan Jawa, sastra ini bermakna mantra berdasarkan ilmu pengetahuan dengan kata lain ilmu untuk memupuk kesejahteraan dunia (memayu hayuning bawana), yang berasal dari Bathara Indra yang juga bermakna Endra Loka alias pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada(jantung), pusat dalam kaitan diatas bermakna sumber atau rasa sejati-ambang batas, hayu-ing-rat artinya menuju keselamatan dunia.
Dikisahkan dalam pewayangan, bahwa piwulang / ajaran ini (ajaran Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Dhiyu) sangat rahasia dalam pengajarannya, hingga hanya manusia yang diberi piwulang dan yang mengajar saja yang boleh mengetahui.
Bahkan ada istilah Suket Godong Ora Kena Krungu (Rumput dan daun tidak boleh mendengar).
Sastrajendra adalah ajaran spiritual yang berisi rahasia jiwa dan jagat raya. Ajaran ini dipercaya dapat menyempurnakan jiwa manusia hingga kembali kepada Tuhan.
Kata sastra dalam Sastrajendra berarti tulis, ilmu, atau kitab. Sementara kata jendra berarti milik raja atau diidentikan dengan Tuhan.
Sastrajendra dipercaya diwedarkan oleh Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi ribuan tahun silam. Ajaran ini identik dengan budaya Jawa dan kisah pewayangan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi.
Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah ajaran raja untuk kesejahteraan semesta. Ajaran ini dilakukan dengan melebur angkara murka. Masyarakat Jawa meyakini bahwa dengan melebur nafsu angkara maka manusia akan menjadi makhluk sempurna.
Ilmu sejati
Ilmu sejati adalah pengetahuan yang mendalam yang diperoleh melalui meditasi, pemahaman diri, dan pengalaman.
Ilmu sejati dalam Buddha
Ilmu sejati adalah pengetahuan yang diperoleh melalui meditasi dan pemahaman diri.
Ilmu sejati dapat merujuk pada pemahaman yang mendalam tentang alam semesta, kehidupan, atau koneksi antara individu dan alam semesta.
Ilmu pengetahuan sejati adalah tidak berkelahi, tidak serakah, tidak mencari apa pun, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Ilmu sejati dalam Hindu
Perguruan Ilmu Sejati merupakan organisasi budaya yang anggotanya terdiri dari para penganut agama di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.
Ilmu sejati adalah ilmu yang menjadi cahaya di hati dan meningkatkan ketaatan kepada Allah.
Definisi, maksud atau makna Perkara Rahasia, bisa digunakan untuk nama bayi (nama anak), nama perusahaan, nama merek produk, nama tempat, dan lain sebagainya. Kata Asror yang bermakna Perkara Rahasia serta berasal dari Arab (Islam) ini boleh anda gunakan selama arti Asror tidak berkonotasi negatif di lingkungan anda.
Asror'
Asror' adalah kekuatan misterius yang ada dalam hati manusia. Namun, tidak semua manusia memiliki Asror' dalam dirinya. Selain Asror', tingkatan hati yang tidak dimiliki oleh semua orang adalah tingkatan kelima yakni Latifah. Latifah ini merupakan sesuatu yang lembut yang ada di dalam hati.
Kitab Sirrul Asrar Kitab Rahasia Segala Rahasia.
Sirrul Asrar mengungkap berbagai misteri kehidupan baik di dunia maupun akhirat yang selalu relevan dengan kehidupan masa kini.
Sejak lama manusia selalu membicarakan tentang perjumpaan dengan Allah. Apa mungkin manusia berjumpa dengan Tuhan dalam kehidupan ini. Bagaimana caranya. Ini menjadi misteri yang sulit terpecahkan. William James pada abad ke-19 berupaya mengungkap misteri ini dengan menjabarkan berbagai pengalaman keagamaan dalam bukunya The Varieties of Religious Experiences. Dalam buku ini pun dia tidak berdiri sendiri dan tidak sepenuhnya mendasarkan pada riset ilmiah.
Hati memegang peran penting atas perilaku manusianya sendiri.
Qolbu sendiri memiliki lima tingkatan yaitu :
1. Tingkatan paling rendah, adalah basyiroh atau mata batin. Setiap manusia pasti memiliki mata hati. Sebab, mata hati memiliki fungsi menerima pengetahuan agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Tingkat kedua adalah dhomir atau moral. Fungsi moral adalah mengeluarkan satu perintah dari apa yang diperoleh mata hati. Yaitu, perintah untuk melakukan sesuatu atau melarang suatu perbuatan.
3. Tingkat hati ketiga, adalah Fuad. Yaitu, hati sebagai hakim atas tindakan kita. Manusia yang masih mendengar 'Fuad' dalam hatinya itu termasuk umat yang harus bersyukur. Sebab, masih ada teguran dari hatinya sendiri kalau ada perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Kalau mau bertobat, sekaranglah saatnya, jangan menunggu nanti,
4. Tingkatan keempat hati adalah Asror. Asror adalah kekuatan misterius yang ada dalam hati manusia. Namun, tidak semua manusia memiliki Asror dalam dirinya.
5. Selain Asror, tingkatan hati yang tidak dimiliki oleh semua orang adalah tingkatan kelima yakni Latifah. Latifah ini merupakan sesuatu yang lembut yang ada di dalam hati.
Ini adalah software hati kita. Fungsinya untuk menerima berita-berita dari langit.
Namun, tidak semua orang memiliki hal ini. Tingkatan terakhir ini membutuhkan latihan agar ada dalam hati.
Imajier Nuswantoro