MANUSKRIP NASKAH KUNO TEDHAK DALEM PB IX DATENG TEGALGANDA
Kisah Sri Susuhunan
Pakubuwana IX
Sri Susuhunan
Pakubuwana IX (sering disingkat sebagai PB IX 22 Desember 1830 – 16 Maret 1893)
adalah susuhunan Surakarta yang memerintah tahun 1861–1893.
Nama aslinya adalah
Gusti Raden Mas Duksina, putra Pakubuwana VI. Ia masih berada di dalam
kandungan saat ayahnya dibuang ke Ambon oleh Belanda karena mendukung
pemberontakan Pangeran Diponegoro. Ia sendiri kemudian lahir pada tanggal 22
Desember 1830. Setelah menginjak dewasa, Raden Mas Duksina bergelar KGPH.
Prabuwijaya.
Pakubuwana IX naik
takhta menggantikan Pakubuwana VIII (paman ayahnya) pada tanggal 30 Desember
1861. Pemerintahannya ini banyak dilukiskan oleh Ranggawarsita dalam
karya-karya sastranya, misalnya dalam Serat Kalatida.
Hubungan antara
Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sendiri kurang harmonis karena fitnah pihak
Belanda bahwa Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita yang menjabat sebagai juru
tulis keraton) telah membocorkan rahasia persekutuan antara Pakubuwana VI
dengan Pangeran Diponegoro. Akibatnya, Pakubuwana VI pun dibuang ke Ambon. Hal
ini membuat Pakubuwana IX membenci keluarga Mas Pajangswara, padahal juru tulis
tersebut ditemukan tewas mengenaskan karena disiksa dalam penjara oleh Belanda.
Ranggawarsita sendiri
berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah Serat
Cemporet. Saat itu karier Ranggawarsita sendiri sudah memasuki senja. Ia
mengungkapkan kegelisahan hatinya melalui Serat Kalatida, karyanya yang sangat
populer.
Dalam Serat Kalatida,
Ranggawarsita memuji Pakubuwana IX sebagai raja bijaksana, namun dikelilingi
para pejabat yang suka menjilat mencari keuntungan pribadi. Zaman itu
disebutnya sebagai Zaman Edan.
Pakubuwana IX memiliki
dua permaisuri yakni GKR. Pakubuwana serta GKR. Maduretna, serta dikaruniai 57
putra-putri. Semasa kepemimpinan Pakubuwana IX, keadaan Kasunanan Surakarta
mengalami kemajuan yang pesat. Bangunan fisik Keraton Surakarta banyak yang
direnovasi, seperti Siti Hinggil, Panggung Sangga Buwana, dan lain-lain,
sehingga ia juga terkenal dengan sebutan Sinuhun Bangun Kedhaton. Sebagai
seorang raja, Pakubuwana IX juga aktif menulis karya sastra, di antaranya Serat
Wulang Putri, Serat Jayeng Sastra, Serat Menak Cina, Serat Wirayatna, dan
beberapa karya sastra lainnya.
Pemerintahan Pakubuwana
IX berlangsung selama 32 tahun dan berakhir saat kematiannya pada tanggal 16
Maret 1893. Ia digantikan putranya sebagai raja Kasunanan Surakarta
selanjutnya, bergelar Pakubuwana X.
Berikut MANUSKRIP NASKAH KUNO TEDHAK DALEM PB IX DATENG TEGALGANDA tersebut :