Tentang Leak Bali
Leak (Bali: ᬮᬾᬬᬓ᭄ = léak), dalam mitologi Bali adalah jelmaan manusia yang menguasai sebuah ilmu bernama Aji Pengeleakan. Pengamal ilmu tersebut dapat mengubah wujudnya menjadi berbagai bentuk seperti menjadi sosok Rangda (ratu dari para leak dalam mitologi Bali), bade (tempat mayat/tulang manusia saat ngaben), page (keranda dari ulatan bambu kadang beserta petinya), binatang, maupun sinar yang berwarna merah, kuning, hijau, dan sebagainya tergantung tingkat kesaktian level dalam ilmu tersebut.
Ilmu leak digunakan untuk tameng badan maupun untuk menyerang musuh-musuh pada zaman dahulu kala, dan juga karena orang-orang yang menguasai ilmu leak ditambah dengan menguasai ilmu-ilmu santet, pengasih, penunduk, pembungkam, sirep, ilmu pelet, ilmu cetik atau racun, akhirnya ilmu pengeleakan menjadi sebuah momok yang mengerikan dan jahat. Leak hanya bisa dilihat di hari sandikala (menjelang Magrib sampai malam hari) oleh orang-orang yang memiliki kepekaan mata batin ataupun para ahli supranatural, sedangkan siang hari orang-orang yang memiliki ilmu leak tetap beraktivitas seperti biasa karena bagaimanapun juga mereka adalah manusia biasa yang mempelajari ilmu leak.
Leak adalah seorang manusia yang sedang mempraktekkan ilmu hitam dan memiliki perilaku kanibalisme. Dikatakan bahwa Leak terbang sekitar mencoba mencari seorang wanita hamil untuk menghisap darah bayi atau anak yang baru lahir, untuk melengkapi kemampuan magis nya. Ada tiga Leak legendaris, dua perempuan dan satu laki-laki. Kebocoran dengan keterampilan sihir yang besar dapat berubah menjadi Rangda, ratu ilmu hitam. Leak dikatakan menghantui pemakaman, memakan mayat, memiliki kekuatan untuk mengubah diri menjadi binatang, bahkan dia berbentuk monyet dengan emas atau gigi tikus besar, sebuah bola dari api dan bahkan raksasa gundul. Dikatakan bahwa dia memiliki lidah yang sangat panjang dan taring besar.
Di siang hari ia muncul sebagai seorang manusia biasa, tapi pada malam hari kepalanya dan isi perut membebaskan diri dari tubuh mereka dan terbang di sekitar. Musuh yang kuat nya adalah Barong, karakter dalam mitologi Bali. Dia adalah raja dari roh-roh, pemimpin tuan rumah yang baik. Barong dan Rangda ada di urutan alam kosmos dan mewakili Baik dan Jahat. Baik Barong dan Rangda yang disemen dalam legenda Bali.
Legenda Leak di Bali mengacu pada sebuah drama mengerikan terinspirasi hitam sihir dengan tokoh kunci dari Calon Arang. Cerita ditulis dalam naskah menggambarkan bahwa selama pemerintahan Erlangga pada abad 11 ada janda yang disebut Calon Arang di desa Girah memiliki seorang putri cantik. Nama Putrinya adalah Ratna Manggali, yang telah mencapai perzinahan, tapi tidak ada satu di antara pemuda dari desa itu dan sekitarnya memiliki keberanian untuk pendekatan perawan. Hal ini karena ibunya diketahui memiliki pengetahuan ilmu hitam, dan dipraktekkan itu jahat, dan dengan sikap buruk itu menyebabkan banyak orang mati bahkan kebencian meningkat antara orang-orang, namun ini digunakan sebagai godaan untuk kebutuhan haus sihirnya hitam.
Reputasi buruknya akhirnya mencapai istana, dan beberapa prajurit mengambil inisiatif dan meminta izin kepada raja untuk menghukum janda. Para prajurit menuju ke desa Girah dan menemukan tidur nya. Satu solder menyeretnya oleh rambut, tapi sayangnya dia bangun dan sekali dia kaget dia melotot dengan 2 matanya liar memancar kilat api dan dibakar tentara, yang lain mengambil beberapa langkah dari lari tapi sekali lagi mata kilaunya kebakaran membakar mereka kecuali satu prajurit selamat dari bulu sihir hitam jahat. Tentara ini kemudian melaporkan pengalaman mengerikan kepada raja, dan membuat raja benar-benar kesal dan kehabisan alasan untuk mengatasi masalah tersebut. Calon Arang tahu bahwa istana yang terlibat dalam tindakan skandal percobaan pembunuhan, dan ia menjadi marah tak terkendali dan menyebar kekuatan gaib jahat itu menyebabkan epidemi besar.
Cerita tentang Calon Arang dan Leak Bali
Cerita ini Tentang Pertempuran Penguasa Ilmu Hitam dengan Penguasa Ilmu Putih di Setra Ganda Mayu. Dalam perang besar ini Raja Airlangga mengikutkan Pasukan Khusus Balayuda Kediri dalam menghadapi Calonarang dan pasukan leaknya.
Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak dua ratus orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal. Semua pasukan ini akan mengawal dan membantu Empu Bharadah dalam menumpas kejahatan yang dilakukan oleh Calonarang dan antek-anteknya.
Segala sesuatu perlengkapan segera dipersiapkan seperti senjata tajam berupa tombak, keris, klewang, dan lain-lain. Demikian pula dengan berbagai sarana pelindung badan yang gaib sebagai sarana penolak atau penempur leak, sarana kekebalan, semuanya diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia. Yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan mengenai perbekalan makanan dan minuman yang diperlukan selama penyerangan
Ketika semua persiapan dianggap rampung, maka mereka pun istirahat agar tenaga cukup kuat untuk penyerangan besok. Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, pasukan khusus atau pasukan pilihan dari Kediri yang disebut dengan Pasukan Balayuda dalam penyerangan tersebut mengawal Empu Bharadah. Sedangkan di depan sebagai pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ki Kebo Wirang didampingi Ki Lembu Tal.
Tidak diceritakan perjalanan mereka, akhirnya rombongan Empu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Di sana rombongan tersebut berhenti sejenak untuk beristirahat dalam persiapan untuk menuju ke Desa Girah. Semua pasukan kemudian menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.
Diceritakan kemudian Sang Ratu Calonarang dirumahnya diiringi oleh para sisyanya semua melakukan penyucian diri dan mengayat atau memuja kehadapan Ida Betari mohon anugrah kesaktian. Mereka memusatkan pikiran dan memanunggalkan bayu atau tenaga, sabda atau suara, dan idep atau pikiran, memuja Ida Betari bersarana sekar manca warna atau bunga warna-warni, dengan disertai asep menyan majegau atau wangi-wangian yang dibakar yang asapnya membubung ke angkasa, seolah-olah menyampaikan niat Ibu Calonarang kehadapan Ida Betari.
Semua pekakas dan sarana pengleakan diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia, dan masing-masing menggunakannya. Di hadapan mereka juga digelar tetandingan jangkep atau sarana sesajen lengkap sesuai dengan keperluan. Calonarang kemudian mulai memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Ia tampak berkomat-kamit mengucapkan mantra sakti memohon anugrah kesaktian dan kesidian kehadapan Hyang Maha Wisesa, dengan harapan Empu Bharadah dan Balayuda Kediri dapat dikalahkan.
Setelah beberapa saat melakukan konsentrasi, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa pun telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Kedigjayaan atau kewisesan telah turun dan masuk ke dalam jiwa raga. Calonarang kemudian bangkit dan berkata kepada semua sisyanya “para sisyaku semuanya, permohonan kita kehadapan Hyang Betari telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya.
Kesaktian telah kita bangkitkan semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung menghadapi Empu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang. Demikian perintah Calonarang kepada seluruh sisyanya. Suaranya ketika itu telah berubah menjadi besar dan menggema, dan bukan merupakan suaranya yang biasa. Kemudian Calonarangpun tertawa ngakak, dan terdengar menakutkan.
Semua sisya Calonarang telah nyuti rupa atau berubah wujud dan siap menyerang. Ada wujud bojog atau monyet yang siap menggigit, ada kambing siap nyenggot atau menanduk, ada sapi dan kuda yang siap ngajet atau menendang, ada kain kasa atau kain putih panjang yang siap menggulung dan membakar, ada bade atau menara pengusungan mayat yang siap membakar, ada babi bertaring panjang yang siap ngelumbih atau membanting dengan kepala, ada awak belig atau badan licin yang mukanya seperti umah tabuan atau sarang tawon.
Ada pula api bergulung-gulung yang siap membakar siapa saja yang menghadang. Semua pasukan leak kemudian keluar dari rumah Calonarang dalam rupa bola api beterbangan, kemudian menuju ke Setra Ganda Mayu tempat perjanjian pertempuran dengan Empu Bharadah dan pasukan Balayuda Kediri.
Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Empu Bharadah untuk mengawalnya.
Empu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil juga Empu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Dilengkapi pula dengan sarana sesikepan, sesabukan, rerajahan kain, dan pripian tembaga wasa atau lempengan tembaga. Sangat ampuh mantra sakti Pasupati tersebut. Empu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.
Tingkatan Ilmu Leak
1. Ilmu Leak Tingkat Bawah yaitu orang yang bisa ngeleak tersebut bisa merubah wujudnya menjadi binatang seperti monyet, anjing, ayam putih, kambing, babi betina (bangkung) dan lain – lain.
2. Ilmu Leak Tingkat Menengah yaitu orang yang bisa ngeleak pada tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Burung Garuda bisa terbang tinggi, paruh dan cakarnya berbisa, matanya bisa keluar api, juga bisa berubah wujud menjadi Jaka Tungul atau pohon enau tanpa daun yang batangnya bisa mengeluarkan api dan bau busuk yang beracun.
3. Ilmu Leak Tingkat Tinggi yaitu orang yang bisa ngeleak tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Bade yaitu berupa menara pengusungan jenasah bertingkat dua puluh satu atau tumpang selikur dalam bahasa Bali dan seluruh tubuh menara tersebut berisi api yang menjalar-jalar sehingga apa saja yang kena sasarannya bisa hangus menjadi abu.
Asal-usul Leak Bali dan Kisah Mistisnya
Sejarah dan Asal-usul Leak Bali
Asal-usul leak Bali dimulai dari tujuan seseorang yang berusaha membuka segala batasan yang dimilikinya di dalam diri. Dalam hal ini, leak berarti mengganti juga mengubah identitas diri yang terikat dengan rendahnya kesadaran seseorang. Ilmu leak berusaha memperdalam hubungan penganutnya dengan kekuasaan yang besar dan tak terbatas dengan cara bermeditasi.
Ilmu Leak terkadang disalah artikan sebagai ilmu hitam. Padahal, ilmu leak merupakan upaya memperoleh pengalaman dalam melampaui diri melalui meditasi, sedangkan ilmu hitam adalah metode dengan teknik atau cara yang merugikan orang lain. Makna sesungguhnya dari leak adalah menempatkan aksara suci ke dalam tubuh manusia. Menurut sifat penggunaannya, ilmu leak dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu satwika (baik), rajasika (ego dan keakuan), dan tamasika (emosi buruk). Hal ini menandakan leak sebagai ilmu yang netral.
Bahwa leak sebagai jelmaan binatang seperti kera, babi, dan ayam, untuk menakut-nakuti seseorang. Hal ini membuat orang bertanya-tanya, apakah kehadiran leak menyakiti manusia ?
Nyatanya, secara umum, leak tidak menyakiti karena prosesnya sendiri cukup bagus bila seseorang memang berminat mempelajarinya.
Cerita Mitos dari Leak Bali
Misteri leak Bali tidak berhenti sampai pada pengertian ilmunya saja. Ada sejumlah mitos dari masyarakat Bali yang menjelaskan asal-usul leak Bali tersebut. Menurut masyarakat Bali, legenda leak bali berasal dari cerita yang muncul pada abad ke-11 Masehi, yaitu ketika pemerintahan Raja Erlangga berlangsung.
Kala itu, masyarakat berspekulasi seorang janda bernama Calonarang memiliki ilmu sihir hitam karena sering melantunkan kidung-kidung berbahasa aneh. Tidak jarang, perempuan itu bersembunyi dan mengurung diri ketika matahari terbenam dan terbit.
Reputasi buruk yang dimilikinya membuat pemerintah dan warga sepakat mengambil tindakan untuk menghukumnya. Namun, karena takut berhadapan langsung, para prajurit istana berencana membunuhnya saat tertidur di malam hari. Naas, Calonarang bangun ketika para prajurit hendak melakukan rencananya sehingga ia pun marah. Matanya seolah akan keluar, dilengkapi gigi taring panjang yang dimilikinya. Calonarang menyemburkan api dari mulutanya hingga para prajurit mati dan cerita inilah yang menjadi asal-usul leak Bali.
Bentuk Leak
Menurut Asosiasi Parapsikologi Nusantara yang dikutip dari, sejumlah kitab lontar menjelaskan ilmu-ilmu leak, di antaranya ada Lontar Cambra Berag, Lontar Sampian Emas, Lontar Tanting Emas, dan Lontar Jung Biru. Selain itu, ilmu leak juga memiliki tingkatannya tersendiri. Berikut ini penjelasannya :
1. Ilmu Leak Tingkat Bawah.
Tingkatan pertama sekaligus terendah adalah ilmu leak tingkat bawah. Ilmu ini merupakan ilmu untuk mengubah wujud seseorang menjadi binatang, seperti monyet, anjing, babi, kambing, ular, dan masih banyak lagi.
2. Ilmu Leak Tingkat Menengah.
Tingkatan kedua ilmu leak adalah tingkat menengah, yaitu kemampuan untuk mengubah wujud seseorang menjadi burung garuda. Dalam bentuk lainnya, seseorang dapat berubah menjadi Pitik Bengil yang mempunyai paruh dan cakar yang berbisa, dengan mata yang mengeluarkan api. Ilmu tingkat menengah ini juga dapat mengubah seseorang menjadi Jaka Tungul, yang digambarkan sebagai pohon enau tanpa daun. Pada batangnya, pohon enau tersebut dapat mengeluarkan api serta bau busuk yang beracun.
3. Ilmu Leak Tingkat Tinggi.
Tingkatan akhir ada pada tingkatan tinggi. Pada ilmu leak tingkat tinggi, leak dapat mengubah wujud seseorang menjadi Nyai Rangda. Ilmu tingkat tinggi leak juga mampu mengubah orang menjadi Bade, menara pembawa jenazah bertingkat dua puluh satu atau dalam bahasa Balinya disebut tumpang selikur. Tubuh menara itu berisi api sehingga siapapun yang kena akan hangus menjadi abu.
Leak Melambangkan Sesuatu ?
Leak sendiri merupakan gabungan dari kata le dan ak. Le berarti penyihir, dan ak berarti jahat. Oleh karena itu, dalam mitologi Bali, leak dilambangkan sebagai penyihir jahat.
Umumnya, leak hanya bisa dilihat pada malam hari oleh para dukun pemburu leak. Pada siang hari, ia akan terlihat seperti manusia biasa. Sementara itu, ketika hari menyentuh malam, ia akan berada di sekitar kuburan untuk mencari organ-organ dalam tubuh manusia yang bisa digunakannya untuk membuat ramuan sihir. Namun, leak juga bisa mengincar organ manusia yang masih hidup.
Ramuan sihir dari organ-organ yang dikumpulkan leak dapat mengubah bentuknya menjadi sosok hewan yang ganas, seperti harimau, kera, babi, atau bisa juga menjadi Rangda, yaitu ratu dari para leak. Hal ini menghasilkan cerita baru untuk leak, bahwa leak dapat berupa kepala manusia dengan organ-organ yang masih menggantung di kepalanya. Leak tidak hanya mengincar organ tubuh, tetapi juga senang menghisap darah bayi di dalam kandungan. Biasanya, mereka akan terbang untuk mencari perempuan hamil.
Ada tiga leak yang terkenal. Dua di antaranya perempuan dan satu laki-laki. Menurut kepercayaan lainnya dari orang Bali, leak adalah manusia biasa yang mempraktekkan sihir dan membutuhkan darah embrio agar dapat hidup. Padahal, bentuk sesungguhnya dari leak adalah orang yang memiliki lidah panjang dan gigi tajam. Sejumlah orang beranggapan, sihir leak hanya berfungsi di Bali sehingga leak hanya ditemukan di Bali.
Itulah asal usul leak Bali dan kisah mistis di baliknya. Leak Bali dapat terwujud karena adanya ilmu yang dipelajari seseorang untuk membuka segala batasan dalam diri.
Imajier Nuswantoro