Titisan Dewa Wisnu / Bathara Wisnu
(versi JAWA DAN Hindu)
Sang
Hyang Wisnu atau Dewa Wisnu adalah putera Bathara Guru. Dewa Wisnu digambarkan
sebagai dewa yang berkulit hitam kebiruan atau biru gelap, memiliki lengan
empat yang masing-masing memegang senjata, yaitu gada, lotus,sangkala dan
cakra. Ia juga bisa melakukan tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga
besarnya.
Setelah
dewasa, Dewa Wisnu menikah dengan Dewi Setyabama, puteri Hyang Pancaresi.
Pertama kali turun ke bumi, Ia menjemla menjadi seorang raja dengan gelar Sri
Maharaja Budakresna (Suman). Dewa Wisnu menitis dan menjelma pada raja-raja dan
ksatria di bumi seperti Prabu Arjunasasrabahu, Patih Suwanda, Parasurama, Sri
Rama, Prabu Kresna dan Arjuna. Selain itu menurut versi pewayangan Jawa,
Bathara Wisnu juga menitis kepada Prabu Airlangga Prabu Jayabaya, Prabu
Anglingdharma, Prabu Ken Arok dan Prabu Kertawardana.
Setiap
titisan Wisnu memiliki kesaktian dan kemampuan dalam menggunakan senjata cakra
sebagai bukti bahwa mereka memang titisan Dewa Wisnu.
Bathara
Wisnu juga memiliki pusaka yaitu kembang(bunga) Wijayakusuma, yang bisa
menghidupkan orang yang sudah mati sebelum garis takdirnya. Asal mula Hyang
Wisnu mendapatkan pusaka itu adalah ketika ia akan menikah dengan Dewi Pertiwi.
Dewi Pertiwi minta bunga Wijayakusuma sebagai jujur.
Bunga
Wijayakusumam dimiliki oleh Begawan Kesawasidi, maka Dewa Wisnu meminjam pusaka
itu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaannya pun dikabulkan, tetapi dengan
syarat barang siapa yang memiliki bunga itu harus serta dengan kulitnya, yng
saat itu dipegang oleh Prabu Wisnudewa dari Negara Garbapitu.
Kulit
bunga Wijayakusuma itu ada di dalam mulut seekor banteng yang akhirnya bisa
direbut oleh Hyang Wisnu. Maka pernikahan antara Sewa Wisnu dan Dewi pertiwi
pun terlaksana karena ia bisa memenuhi jujur yang diminta.
Dalam
ajaran agama Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa yang bertugas memelihara dan
melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Menjelang
Bharatayudha, Dewa Wisnu melalui
titisannya Sri Kresna menjabarkan ajaran agama kepada Arjuna yang biasa disebut
Bhagawadgita. Saat itu pula, Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai
Wisnu, dan ia juga menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna.
Sang Hyang Wisnu seorang Dewa putra Hyang Guru.
Halusnya
menitis, menjelma pada raja-raja dan ksatria-ksatria. Hyang Wisnu pernah juga
menjadi raja di muka bumi ini sebagai manusia biasa bertakhta di Purwacarita
dengan gelar Sri Maharaja Budakresna.
Mereka
yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada.
Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Sri
Rama, dan Prabu Kresna. Penitisan juga terjadi sesudah zaman Purwa, ialah pada
Prabu Jayabaya di Kediri.
Ketika
Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru
pun jatuh terpelanting.
Setelah
dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa
tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata
cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan
Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok
pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan Hyang Brama.
Asal
mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma ialah sewaktu ia akan kawin dengan
Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma.
Semula
bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu
akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu
untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tetapi untuk
lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus memiliki pula kulitnya dan
kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara Garbapitu. Kulit bunga yang
bertempat di dalam mulut seekor banteng (lembu hitam) dapat direbut oleh Hyang
Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena bisa
mengadakan jujur yang diminta.
(“Sedjarah
Wajang Purwa” oleh Pak Hardjowirogo penerbit PN Balai Pustaka Cetakan ke-5
tahun 1968)
Bathara
Wisnu adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai
lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda
Bhirawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma dan Cangkok
Wijayamulya. Bila tiwikrama, Bathara Wisnu mempunyai prabawa yang sangat
dahsyat dan berganti rupa menjadi Brahalasewu.
Bathara
Wisnu adalah putra kelima Sang Hyang Manikmaya, raja Tribuana, dengan Dewi
Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama Bathara Sambo, Bathara
Brahma, Bathara Indra, Bathara Bayu dan Bathara Kala. Bathara Wisnu juga
mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu :
1.
Bathara Cakra,
2.
Bathara Mahadewa dan
3.
Bathara Asmara.
Bathara
Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18
orang putra (14 laki-laki dan 4 perempuan). Dengan Dewi Sri Widowati atau
Srisekar, Bathara Wisnu berputra Bathara Srigata, Bathara Srinada dan Betari
Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari.
Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama Bathara
Heruwiyana, Bathara Ishawa, Bathara Bhisawa, Bathara Isnawa, Bathara Isnapura, Bathara
Madura, Bathara Madudewa, Bathara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Bathara
Pujarta, Bathara Panwaboja dan Bathara Sarwedi/Hardanari.
Untuk
membasmi angkara murka, Bathara Wisnu pernah menjelma atau menitis menjadi
Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda.
Menjadi Narasingha (manusia berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu
Hiranyakasipu. Ia pernah beravatara berupa Wimana (orang kerdil) untuk
mengalahkan Ditya Bali. Bathara Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk
menumpas para gandarwa. Menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan
Prabu Rahwana. Terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara atau
penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang
dilakukan oleh para Kurawa.
Sang
Hyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura
bergelar Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora
penjelmaan Bathara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu
Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang melakukan inses dengan
mengawini ibunya sendiri. Senjata Bathara Wisnu berupa Cakra, juga dimiliki
oleh para titisannya, kecuali Ramawijaya. Selain itu, Wisnu juga memiliki
kembang sakti yang dapat menghidupkan orang yang mati sebelum ajalnya. Kembang
itu disebut Cangkok Wijayakusuma. Dari semua titisannya, hanya Prabu Kresna
yang memiliki Cangkok Wijayakusuma itu.
Sang
Hyang Wisnu memiliki tunggangan berupa seekor garuda raksasa bernama Bhirawan.
Karena sayang pada burung garuda tunggangannya itu, Bhirawan lalu dipungut sebagai
menantu, dikawinkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Dewi Kastapi.
7 (TUJUH) TITISAN DEWA WISNU VERSI JAWA
Dalam
cerita pewayangan Jawa khususnya di akhir zaman Purwa Bathara Wisnu menitis
sebanyak 7 (tujuh) kali di dunia berikut tugas-tugas Bathara Wisnu saat menitis
(menjelma) ke dunia :
1.
Resi Wisnungkoro bertugas untuk mengajarkan kebajikan
pada bangsanya yaitu bangsa raksasa, padahal bangsa raksasa pada dasarnya
bersifat Angkara murka.karena hal itu Bathara Wisnu turun dan menitis ke dunia
sebagai brahmana raksasa untuk mengajarkan kebenaran dan resi wisnungkoro juga
disebut sebagai raksasa yang berhati luhur.
2.
Arjuna Sasrabahu bertugas untuk menyingkirkan
keangkaramurkaan dari raja raksasa Rahwana untuk pertama kalinya.
3.
Prabu Sri Rama Wijaya bertugas untuk menumpas
keangkaramurkaan dari raja raksasa Rahwana dan menentramkan isi jagad raya.
4.
Prabu Sri Bathara Kresna bertugas menjadi pujangga
dari Pandawa saat perang barathayuda jayabinangun untuk menumpas keangkaramurkaan
yang disebabkan oleh kurawa (saudara dari Pandawa).
5.
Prabu Jayabaya bertugas untuk menyatukan kerajaan
Kediri dengan yawastina.
6.
Prabu Angling Darma.
7.
Prabu Brawijaya (Damarwulan) kerajaan Majapahit.
Awatara Titisan Dewa Wisnu Menurut Hindu
Dalam
Purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk
menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Wujud dari penjelmaan Wisnu
tersebut beragam, hewan atau manusia. Awatara yang umum dikenal oleh umat Hindu
berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatār.
10 (Sepuluh) Awatara Wisnu :
1.
Matsya (Sang ikan)
2.
Kurma (Sang kura-kura)
3.
Waraha (Sang Babi hutan)
4.
Narasingha (Sang manusia-singa)
5.
Wamana (Rama bersenjatakan beliung / Sang orang cebol)
6.
Parasurama (Sang Brāhmana-Kshatriya)
7.
Rama (Sang pangeran)
8.
Kresna (Sang pengembala)
9.
Kalki (Sang penghancur)
10. Di antara sepuluh awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini sudah menjelma dan pernah turun ke dunia oleh umat Hindu, sedangkan awatara terakhir (Kalki) masih menunggu hari lahirnya dan diyakini menjelma pada penghujung zaman Kali Yuga.
Imajiner
Nuswantoro