BABAGAN ILMU/NGELMU KAMUKSAN
Peksi Nala
1
Sallahu
allaihi wasallam;
Peksi
Nala,
mulih
he muliya,
he;
Rengkulu, Saka Guru,
Sumuruping
Kadratullah,
murub
mumbul ing ngawang padhang,
haningali,
hawang-hawang.
2
Awang
dalem tinut dening iman;
Seg,
padang teka padhang,
lah
padhang, adoh katon cedhak,
katon
byar padhang,
teka
padhang,
Peksi
Nala, wengakna lawang suwarga,
inepen
lawang neraka.
3
Repp….
gregg….hiya iku Peksi Nala;
Kang
misesa liyeping Karsa Mulya,
tan
ana kerasa,
sampurna
ing badane,
selamet
sak parane,
teka
sakajate! Amin, Amin, Amin!!!!
Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia :
1
Sallahu
allaihi wasallama;
Peksi
Nala,
Kembali….
hei…. kembalilah,
hei,
Rengkulu, Matahari, Saka Guru,
yang
meresap dikodratullah,
menyala
dan membubung diangkasa cemerlang,
melihati
langit dan angkasa.
2
Wahana-MU
diturut oleh iman;
Seg,
teranglah dan terang,
okh,
terang, sekalipun jauh terlihat dekat,
kelihatan….
pyaar…. cemerlang terang,
sekonyong-konyong……….
terang,
Peksi
Nala, bukalah pintu surga ini,
tutuplah
pintu neraka ini.
3
Repp….
gregg….yaitu Peksi Nala;
Yang
misesa liyepnya Karsa Yang Mulia,
tiada
terasa apa-apa,
sempurnalah
dibadannya,
selamatlah
kemana perginya,
sampailah
segala niatnya! Amin, Amin, Amin!!!!
Makna
bait-bait wirid di atas khusus bagi orang yang akan menuju keakhir kejadian,
atau sewaktu kita hendak ajal! Karenanya, dilarang untuk bahan pembicaraan,
menjaga kemurnian sastra tersebut, kalau memang diperlukan hanya dua kali di
ucapkan untuk “menolong” orang-orang yang akan meninggal dunia, artinya hanya
di peruntukkan dua orang pada hari itu bilama (di desa) tempat kita terdapat
kematian!
Kalau
wirid dibait-bait tersebut hanya dibaca saja tanpa pengertian yang mendalam
samalah artinya kalau kita sewaktu meneriakkan slogan-slogan reklame;
seyogyanya dihafal serta mengerti satu persatu apa dan dimana, surga, neraka
dan akhirat serta bagaimana cara menyelaraskan wahana tersebut. Saya yakin
apabila tidak disebar luaskan, maka Ilmu Kamuksan di atas akan lenyap bersama
orang-orang Tua-tua yang mempunyai Ilmu itu atau Wirid Ilmu Khaq Sejati yang
sempurna, dikarenakan uleh dua faktor :
Pertama,
orang Tua-tua kita masih merahasiakan,
Kedua,
dibawa oleh puputnya umur orang-orang tersebut!!!
Sungguh-sungguh
akan berterimakasih para jiwa-jiwa yang meninggalkan badannya setelah mendapat
“wisikan atau bisikan” bunyi ilmu tersebut, karena peribahasa memberikan
tongkat orang yang akan tergelincir,
atau memberikan obor orang yang sedang kegelapan!!!
Cara
untuk mengamalkan ilmu tersebut (kepada siapa ilmu itu diberikan), terserah
kepada para pembaca, kalau tidak dengan wajar sebagaimana Guru mengajar
muridnya, (seyampang orang-orang selagi hidup) setidak-tidaknya “berikan ilmu”
ini terhadap orang yang akan menemui ajal dengan cara membisikkan melalui
telinga kirinya!!!
Dengan
demikian mulai sekarang, dari pada kita dicekam rasa kecewa dibelakang hari,
sebab pada alam Sakarotilma’oti tidak seorangpun akan dapat menolong kita,
sekalipun dengan suatu “matram” yang dianggap ampuh!!!
Untuk
lebih memudahkan dan meresapi dalam mengamalkan ilmu tersebut, dengan
penjelasan sebagai berikut :
a. “Peksi Nala”
artinya : Peksi = burung, sedangkan Nala = hati (dari bahasa Kawi), jadi
maksudnya hati laksana burung. Sedangkan “Ilmu Kamuksan” berasal dari bahasa
Kawi yang artinya : mati dengan disertai badannya, wadagnya atau jasadnya, hal-hal mana dulu banyak
dilakukan para leluhur kita seperti para Raja-raja, Pandhita-pandhita pada
zamanya!”. “Rengkulu, Srengenge-srengenge (matahari), Soko Guru” artinya :
Rengkulu = bantal, Srengenge-srengenge = sifat panas, Soko Guru = tiang rumah
yang jumlahnya empat; kiasannya, hati manusia itu sadar-taksadar-selalu
bersandar kepada empat nafsu yang selalu panas!”. “Sumuruping Kodratullah”
bahasa ini mempunyai dua makna : “sumuruping” atau dapat diartikan meresap atau
telah mengetahui. Bila “sumurup” ini disamakan dengan “surup” akan menjadi
“kesurupan” artinya dimasuki; jadi yang tepat adalah “meresapi”, jelasnya semua
pekertinya bathin yang berpangkal dari “hati” itu, benar-benar diresapi oleh
kodratnya Allah atau hati adalah benar-benar bekerja atas kuasanya Allah! Ingat
bahwa semua yang lahir maupun yang bathin adalah kehendak dan af’al-Nya!.
b.Yang terpenting
dalam pengamalan Peksi Nala sewaktu “mendobrak” pintu surga dan neraka,
selanjutnya surga dan neraka adalah “jodohnya” atau dapat diganti dengan
sebutan : senang atau susah, sehat dan sakit adalah satu rasa yang dirasakan
oleh hati, di dalam dalil Qur’an diterangkan bahwa azab neraka berpangkal dari
tiga pintu, tetapi pintu-pintu yang sebenarnya berjumlah tujuh!. Uraian-uraian
selanjutnya sejajar dengan Wirid Hidayat Jati. Inilah hakekatnya dari pada Roh
dan Hati Surga dan Neraka :
1.
HATI PU’AT : ialah jantung, pintunya di puser, rohnya
disebut Rohullah; Surganya dinamakan Jannatul Na’iem, maksudnya lebih nikmat,
buktinya tidur pulas. Nerakanya Jahanam, artinya lebih panas, buktinya lapar
dan sakit perut!
2.
HATI MUZARAT : YAITU Syulbi, pintunya di zakar, rohnya
Roh Qudus, Surganya Jannatul Adnin, maksudnya lebih elok, buktinya keluar mani,
Nerakanya Zakinn, artinya lebih dingin, buktinya waktu mandi zinabat, atau
kencing!
3.
HATI TAWAJUH : yaitu perut, pintunya di anus (zubur),
rohnya Roh Syirikul’alam, Surganya Jannatul Thawwab, maksudnya puas, buktinya
kentut dan berak; Nerakanya disebut Wailun maksudnya lebih sakit, buktinya
waktu sakit berak dan berak darah!
4.
HATI SALIM : yaitu ginjal, pintunya di hidung,
nafsunya Mutmainah; warnanya putih, kerjanya mencium, membau, rohnya Roh
Ruhkani; Surganya Jannatul Firdaus, artinya lebih lama, buktinya keluar
masuhnya nafas; Nerakanya disebut Asfala’safilien, maksudnya sesak nafas,
tandanya sakit mengi (sesak nafas)!
5.
HATI SANUBARI : yaitu limpa, pintunya di mata,
nafsunya Sufiyah, warnanya kuning, pekernya melihat, rohnya Roh Rabani;
Surganya Jannatul Syamsi, artinya lebih terang, buktinya mengetahui segala yang
ada; Nerakanya Syahhir, artinya gelap, nyatanya sakit lamur atau buta!
6.
HATI MAKNAWI : yaitu empedu, pintunya di telinga,
nafsunya Amarah, warnanya merah, rohnya
Roh …. (?); Surganya Jannatul Ma’oti, artinya lebih elok, buktinya perpaduannya
suara; Nerakanya Laliem, maksudnya pepet, nyatanya sakit telinga atau tuli!
7.
HATI SAWADI : yaitu usus, pintunya mulut, nafsunya
Aluamah, rupanya hitam, pekertinga bicara, rohnya Roh Ilafi, Surganya Jannatul
Syukhri, artinya lebih suka, nyatanya tertawa; Nerakanya Sukhra, maksudnya
risi, nyatanya waktu menangis!
Makna
sebenarnya dari Ilmu Kamuksan diatas terletak bulat-bulat pada kesempurnaan
badaniah yang mengharuskan kesehatan disamping latihan bathin yang khusus bagi
kebatinan! Apakah hanya dengan membaca wirid Ilmu Kamuksan tersebut akan
otomatis begitu saja setelah ajal kita sampai, kemudian badan dan jiwa sempurna
dan lenyap? Syukurlah kalau wirid diatas tanpa dipelajari dan tanpa
syarat-syarat apapun dapat menyempurnakan pati dan hidup kita! Kalau jawabannya
“belum” percumalah, walaupun bagaimana keampuhan wirid-wirid tersebut tetap
tidak akan dapat menolong !
Sesuai
falsafah Jawa, asal kita dapat melatih Semedi pada jam-jam tertentu dengan
melatih juga “mengembalikan” kondisi aslinya indriya-indriya tersebut misalkan
: kembalikan suara, artinya melatih tidak mendengar sesuatu, kembalikan bau
artinya hidung berhenti dulu tidak membau dan sebagainya; bukan berarti seperti
zaman yang sudah-sudah kita diharuskan mengembalikan “suara kepada yang punya
suara”, dalam pemikiran timbul gugatan “Siapa yang punya suara”?
Menurut
Wirid Hidayat Jati “Iradatnya Dat” dalan bahasa Indosnesia-nya kurang lebih
sebagai berikut : ………. karena sebenar-benarnya yang menjadi larangan atau
pantangan dari para ulah Ilmu Kasampurnan itu hanya terletak pada “nafsu”.
Kalau dapat mengikis (mengurangi) biasanya timbul hati yang awas dan ingat
(awas lan emut, Jawa).
Karena
benar-benar bahwa kita hidup melulu pengemban rasa dengan keterangan-keterangan
Hidayat Jati tersebut benar dan nyata bahwa surga dan neraka yang berpintu
tujuh dari poko asalnya (salurannya) berpintu tiga bukan di “sana-sana” tetapi
disilah, dibadan kita yang keselurahannya minta perhatian khusus, agar tidak
nyeleweng yang dapat menimbulkan rasa-rasa yang kita inginkan! Sesungguhnya
memang Peksi Nala-lah yang dapat mempengaruhi, misesa, memerintah atau
mengendalikan semua hasrat-hasrat lahir bathin; karenanya benar-benar sukses
atau tercapai segala tujuan, hanya terletah pada hati!.
Harap
diingat bahwa wirid tersebut sekali lagi hanya dapat “MERINGANKAN” jalannya Roh
waktu meninggalkan badan sewaktu ajal, agar tidak terperosok ke alam penasaran,
lebih-lebih kalau mulai sekarang kita amalkan dan hayati sesuai petunjuk Guru
masing-masing, insya’allah ajal kita menuju sempurna, kembali ke asal awalnya
“DARI TIADA RASA KE TIADA RASA”!!
Amin,
Amin, Amin.