BABAD GALUH I
&
BABAD GALUH II
Babad ini mengisahkan mengenai raja-raja yang berkuasa di Tatar Sunda. Dilihat dari pembagian periode kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, maka babad ini mengisahkan raja-raja pada periode ketiga yaitu periode kerajaan Sunda dan Galuh dan berakhir pada masa Prabu Siliwangi, saat mana Kesultanan Islam Cirebon mulai mengembangkan pengaruhnya.
Naskah berisi ringkasan sebuah naskah pegon yang dipinjam Pigeaud (?) dari Tuan I. Behrens di Banyuwangi. Naskah induk berasal dari keluarga R.T. Kusumanegara, seorang Bupati Banyuwangi keturunan Madura. Naskah asli itu terdiri atas 889 halaman, berisi berbagai teks, yang kesemuanya diringkas di sini. Uraian isinya sebagai berikut: Babad Galuh dumugi Mataram (43 pupuh), Suluk Abdul Jalil, Papali Ki Ageng Sela, Suluk Sahadat, berbagai keterangan tentang agama Islam, sebagian memakai ungkapan wangsalan, Serat Ambiya (27 pupuh), dan Cariyois Nabi Dawud anakekaken Dewi Wuryan, nanging boten tinanggapan (20 pupuh). Ringkasan disusun oleh R. Mandrasastra pada tahun 1934, atas permintaan Th. Pigeaud, mungkin di Yogyakarta. Lihat FSUI/SJ.61 untuk turunan pupuh 1-10 teks Babad Galuh dari naskah induk yang sama.
Naskah Babad Galuh memiliki nilai sejarah, budaya, dan pendidikan yang tinggi, dan kajiannya memberikan wawasan tentang keadaan masyarakat dan pemerintahan di masa lalu.
Terdapat beberapa fungsi komunikasi yang dapat diidentifikasi dari Naskah Babad Galuh Imbanagara, yaitu :
1. Pemberdayaan dan Inspirasi: Melalui kajian tentang pemberdayaan yang dilakukan oleh Bupati Raden Adipati Aria Kusumadiningrat, naskah ini dapat berfungsi sebagai sumber inspirasi untuk pemimpin dan pemerintah saat ini dalam mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. Penggunaan metode pemberdayaan dalam naskah bisa dijadikan contoh atau model untuk merancang kebijakan pemberdayaan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
2. Pembelajaran dan Pemahaman Budaya: Teks ini menyajikan nilai-nilai, tradisi, dan kebijakan pemerintah yang dapat memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat Galuh hidup dan berinteraksi di masa lalu.
3. Perkembangan moral dan etika: Teks ini mungkin juga memuat ajaran moral dan etika yang dapat menjadi pedoman bagi masyarakat pada zaman ini. Nilai-nilai tersebut dapat mencakup kepemimpinan etis, tanggung jawab sosial, dan kebajikan yang dianggap penting dalam konteks sosial abad ke-19.
Berkat beragam fungsinya tersebut, Naskah Babad Galuh Imbinagara tidak hanya menjadi dokumen sejarah tetapi juga merupakan dokumen budaya yang berharga, dengan dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.
Berikut Babad Galuh I dan Babad Galuh II dalam bahasa Jawa penulis sajikan dalam bentuk (pdf) :
Ditulis ulang oleh : Imajiner Nuswantoro