KISAH Batara Guru Krama
Kisah
ini menceritakan bagaimana Batara Guru menaklukkan Lembu Andini menjadi
kendaraannya, serta perkawinan Batara Guru dengan Dewi Umayi yang kemudian
bergelar Batari Uma. Juga dikisahkan bagaimana Batara Guru menyebarkan agama
Dewa ke segenap penjuru Daratan Asia. Kisah ini disusun dengan sumber Serat
Paramayoga karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja
Purwa (balungan) karya Ki Tristuti Suryosaputro, dengan sedikit pengembangan.
Diceritakan
bahwa Sanghyang Manikmaya atau Batara Guru yang merupakan anak dari Sanghyang
Tunggal, cuci dari Sanghyang Wenang diserahkan tanggung jawab untuk mengatur
dunia dan ketentraman penghuninya. Kakak Sanghyang Betara Guru yaitu Sanghyang
Ismaya menyerahkan putra-putranya yaitu
Batara Wungkuam, Batara Siwah, Batara Wrehaspati, Batara Kuwera, Batara Candra,
Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Kamajaya dan Batara Temburu untuk
mengabdi di Suryalaya. Tentu saja dengan senang hati Batara Guru menerima para
keponakannya.
Sanghyang
Ismaya menjelaskan bahwa di wilayah pegunungan Himalaya ada sebuah sinar Teja,
sinar itu berasal dari seekor sapi betina yang bernama Lembu Andini.
Lembu
Andini oleh masyarakat sekitar dipertuhankan dan disembah-sembah. Mendengar hal
ini Batara Guru marah dan meminta para keponakannya untuk menyerang Kerajaan
Himaka di daerah Himalaya.
Terjadilah
pertempuran sengit antara pasukan kerajaan Himaka dan para dewa. Prabu Japaran
diminta bertobat oleh Betara Wungkuam, namun dengan pongahnya Prabu Japaran
justru memerintahkan agar Para Dewa menyembah Lembu Andini. Para dewa kemudian
mengamuk dan memukul mundur pasukan Himaka. Lembu Andini yang melihat kejadian
tersebut langsung menyerang para dewa. Kesaktian Lembu Andini memang luar
biasa, akhirnya para dewa dipukul mundur dan kembali ke Kahyangan.
Melihat
keponakannya gagal meringkus Lembu Andini, akhirnya Batara Guru turun tangan. Batara
Guru meminta rakyat Himaka untuk menyembah Tuhan bukan menyembah seekor lembu. Batara Dewa bahkan menyingkap silsilah Lembu
Andini dan disebutkan bahwa ia keturunan siluman Rohpatanam.
Lembu
Nadini kemudian mengamuk sejadi-jadinya dan akhirnya, Batara Guru menyucuk
hidung Lembu Andini hingga akhirnya lembu betina tersebut tak berdaya.
Dengan
mengerahkan Aji Pangabaran, Batara Guru berhasil menjinakkan Lembu Andini dan
menaiki punggungnya. Rakyat yang melihat kesaktian Batara Guru setelah
menaklukkan sesembahan mereka, kemudian tertunduk patuh serta mendeklarasikan
diri menjadi pengikut Sanghyang Batara Guru dan tidak lagi memuja hewan.
Batara
Guru lalu membawa Lembu Andini naik ke Kahyangan Tengguru dan sejak saat itu
sang sapi betina menjadi kendaraannya.
Batara
Guru pun mendapatkan julukan baru sebagai Sanghyang Pasupati, yang berarti
“penguasa hewan ternak”. Di zaman Sanghyang Nurcahya hingga Sanghyang Tunggal,
Para Dewa memeluk agama langit atau agama dewa yang dianut oleh para makhluk di
alam akhirat. Namun setelah Batara Guru menjabat agama dewa atau agama langit
kemudian dianut oleh setiap manusia, jin, hewan, pepohonan, dan reksasa.
Setelah
Lembu Andini menyerah kalah dan menjadi kendaraan Batara Guru, para pengikutnya
pun ikut takluk pula. Batara Guru kemudian menyebarkan agama Dewa ke Tanah
Tiongkok. Setelah rakyat di segenap
Tanah Tiongkok dan Hindustan
menganut agama langit atau agama Dewa, Batara Guru pun mendapat julukan
baru sebagai Sanghyang Jagadnata, yang berarti “pemimpin dunia.
Kisah Batara Guru Krama (2)
Seorang
saudagar bernama Omaran (Umaran) , yang tidak punya tempat tingal tetap, karena
selalu berkeliling dari kerajaan yang satu ke kerajaan lainnya. Isterinya
bernama Dewi Nurweni, adalah anak raja Gandarwa (jin). Mereka mempunyai seorang
puteri bernama Uma.
Saat
Uma lahir dari rahim ibunya, ia bukan berupa bayi biasa, melainkan berwujud
segumpal cahaya merah yang saat lahir segera melesat ke angkasa. Cahaya itu
melayang kesana-kemari. Sang ayah segera mengejarnya dan mencoba menangkapnya,
namun selalu gagal.
Akhirnya,
cahaya itu hinggap di puncak Gunung Tengguru, suatu tempat yang dikuasai para
gandarwa. Di tempat itu, Umaran lalu bersemadi, mohon pada Yang Maha Kuasa agar
anaknya yang berwujud cahaya itu dapat diwujudkan menjadi bayi biasa.
Do’anya
terkabul, cahaya ajaib itu menjelma menjadi seorang bayi, tetapi memiliki
kelainan. Bayi itu berkelamin ganda.
Setelah berujud bayi, Umaran membawa anaknya ke Kerajaan Merut dan memberi nama
bayi itu, Umayi. Umaran dan istrinya memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.
Umayi
ternyata tumbuh menjadi seorang gadis yang amat cantik, walaupun ia tetap
berkelamin ganda. Sejak remaja, Umayi
atau Uma, gemar menuntut ilmu, gemar bertapa, sehingga akhirnya ia
memiliki kesaktian yang sulit dicari tandingannya.
Berita
dan cerita mengenai kesaktian dan kecantikan Dewi Uma terdengar oleh Batara
Guru, penguasa kahyangan. Pemuka dewa itu mendatangi Dewi Uma untuk menyaksikan
sendiri gadis cantik yang didengarnya dari orang-orang. Namun, kedatangan
Batara Guru ternyata sudah diketahui oleh Dewi Uma.
Untuk
menguji kesaktian Batara Guru, gadis itu mengubah wujudnya menjadi seekor ikan
turbah dan terjun ke dasar samudra. Pada awalnya, Batara Guru bingung karena
tidak dapat segera menemukan gadis yang dicarinya. Namun setelah mengamalkan
kesaktiannya, ia tahu bahwa Dewi Uma sengaja mempermainkan dirinya dengan
mengubah ujudnya menjadi ikan di dasar samudra.
Batara
Guru segera memburu ikan jelmaan Dewi Uma itu di lautan, saat nyaris
tertangkap, ikan itu menjelma kembali menjadi seorang gadis yang segera melesat
ke angkasa. Batara Guru menyusulnya, terjadi kejar-menegjar di angkasa. Namun,
setiap kali hendak tertangkap, Dewi Uma selalu saja dapat meloloskan diri.
Dengan begitu, usaha Batara Guru untuk meringkus gadis cantik yang lincah dan
sakti itu selalu gagal.
Karena
kesal dan penasaran, Batara Guru lalu memohon kepada Sang Hyang Wenang, agar
diberi tambahan sepasang tangan supaya dapat menangkap Dewi Uma. Permohonannya
terkabul. Seketika itu juga tumbuh dua tangan baru di bahu Batara Guru,
sehingga sejak itu, dewa itu bertangan empat. Setelah bertangan empat, barulah
Dewi Uma dapat ditangkap.
Sebagai
hukuman, karena merasa kesal, Batara Guru mencabut semua kesaktian yang
dimiliki Dewi Uma. Batara Guru kemudian meruwat Uma sehingga alat kelamin
prianya hilang. Sesudah menjadi wanita yang sempurna, Batara Guru kemudian
memperistrinya.
SINAR TEJA DARI TENGGARA
Batara
Guru di Kahyangan Tengguru menerima kedatangan para putra Batara Ismaya, yaitu
Batara Wungkuam, Batara Siwah, Batara Wrehaspati, Batara Yamadipati, Batara
Surya, Batara Candra, Batara Kuwera, Batara Temburu, dan Batara Kamajaya.
Rupanya sebelum berangkat menuju alam Sunyaruri untuk bertapa, Batara Ismaya
telah berpesan kepada mereka supaya mengabdi kepada Batara Guru di Kahyangan
Tengguru.
Batara
Guru menerima pengabdian para keponakannya itu dengan senang hati. Batara Guru
lalu membicarakan adanya sinar teja, atau semacam pelangi tegak lurus yang
berasal dari wilayah Pegunungan Himalaya di sebelah tenggara Kahyangan
Tengguru. Batara Guru mengetahui bahwa sinar teja itu berasal dari seekor sapi
betina bernama Lembu Andini yang dipertuhankan oleh masyarakat di sekitar sana.
Batara
Guru lalu memerintahkan Batara Wungkuam dan adik-adiknya untuk menaklukkan sapi
tersebut. Para keponakan pun mohon izin kemudian berangkat segera.
LEMBU ANDINI MENGALAHKAN PARA DEWA
Lembu
Andini adalah sapi betina yang dapat berbicara. Ia dihadap pengikutnya dari
Kerajaan Himaka yang bernama Prabu Japaran dan Patih Parasdya. Seluruh rakyat
Kerajaan Himaka telah memuja dan menyembah Lembu Andini bagaikan Tuhan. Dalam
pertemuan itu Lembu Andini meramalkan akan datang pasukan dewa yang dikirim
Batara Guru untuk menaklukkannya. Prabu Japaran pun diperintahkan menghadapi
kedatangan mereka itu.
Tidak
lama kemudian, para putra Batara Ismaya telah tiba dan langsung dihadang
pasukan Prabu Japaran. Batara Wungkuam meminta Prabu Japaran supaya
meninggalkan penyembahan terhadap Lembu Andini dan menganut agama Dewa. Prabu
Japaran menolak dan ganti meminta para dewa supaya menyembah Lembu Andini.
Perdebatan itu berlanjut dengan pertempuran. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama, para dewa berhasil memukul mundur Prabu Japaran beserta pasukannya.
Lembu
Andini datang ke pertempuran. Batara Wungkuam dan para adik berusaha
menangkapnya namun mereka tidak mampu menandingi kekuatan dan kesaktian sapi
betina itu. Bahkan, daya perbawa yang dipancarkan Lembu Andini justru membuat
para putra Batara Ismaya itu terlempar kembali ke Kahyangan Tengguru.
BATARA GURU MENGALAHKAN LEMBU ANDINI
Melihat
para keponakan tak kuasa menghadapi kesaktian Lembu Andini, Batara Guru pun
berangkat sendiri. Setelah berhadapan dengan Lembu Andini, mereka langsung
terlibat adu kepandaian. Ternyata Batara Guru dapat menebak asal-usul Lembu
Andini yang merupakan anak seorang jin bernama Jin Rohpatanam.
Lembu
Andini marah sekaligus malu karena kalah dalam adu kepandaian. Ia pun menyerang
Batara Guru dan terjadilah pertarungan. Setelah bertempur cukup lama, akhirnya
Lembu Andini menyerah tak berdaya terkena daya kesaktian Batara Guru yang
mengerahkan Aji Pengabaran. Batara Guru kemudian menaiki punggung Lembu Andini
dan menjadikannya kendaraan.
Prabu
Japaran dan pasukannya datang ke tempat itu. Mereka terkejut melihat ada
seorang laki-laki menaiki punggung sapi betina yang mereka sembah selama ini.
Lembu Andini menjelaskan bahwa sejak hari ini ia memeluk agama Dewa, dan Batara
Guru yang berdiri di atas punggungnya adalah raja para dewa. Prabu Japaran dan
yang lain masih bimbang dan ragu. Namun setelah Batara Guru memancarkan
kesaktiannya, mereka pun meringkuk tak berdaya dan menjadi pengikutnya pula.
Batara
Guru lalu membawa Lembu Andini naik ke Kahyangan Tengguru dan sejak saat itu
sang sapi betina menjadi kendaraannya. Batara Guru pun mendapatkan julukan baru
sebagai Sanghyang Pasupati, yang berarti “penguasa hewan ternak”.
AGAMA DEWA BERKEMBANG DI DARATAN ASIA
Sejak
zaman Sanghyang Nurcahya sampai Sanghyang Tunggal, agama Dewa hanya dianut oleh
makhluk berbadan rohani, yaitu para dewa, jin, dan siluman. Begitu Batara Guru
berkuasa, pemeluk agama Dewa menjadi berkembang pesat, yaitu merambah para
makhluk berbadan jasmani, antara lain bangsa manusia dan raksasa. Hal ini
karena Batara Guru bisa berbadan jasmani sekaligus rohani sehingga bisa menjadi
penguasa di alam kasar dan alam halus.
Setelah
Lembu Andini menyerah kalah dan menjadi kendaraan Batara Guru, para pengikutnya
pun ikut takluk pula. Prabu Japaran adalah raja manusia yang mengawali memeluk
agama Dewa. Batara Guru kemudian menyebarkan agama Dewa ke Tanah Tiongkok.
Setelah
rakyat di segenap Tanah Hindustan dan Tanah Tiongkok menganut agama Dewa,
Batara Guru pun mendapat julukan baru sebagai Sanghyang Jagadnata, yang berarti
“pemimpin dunia”.
ULAM TIRBAH DARI RAWA SIBLISTAN
Batara
Guru kemudian bermaksud menyebarkan agama Dewa ke arah barat, yaitu Tanah
Persi. Namun ia mendengar kabar bahwa orang-orang Persi saat ini menyembah
seekor ikan bernama Ulam Tirbah bagaikan Tuhan. Maka, ia pun berangkat menuju
Rawa Siblistan, tempat ikan ajaib itu berada.
Batara
Guru telah sampai di Rawa Siblistan dan bertemu dengan Ulam Tirbah. Ternyata
Ulam Tirbah seekor ikan betina berukuran raksasa. Batara Guru memerintahkan
supaya Ulam Tirbah bertobat menghentikan penyembahan atas dirinya dan menjadi
penganut agama Dewa. Ulam Tirbah marah dan mengadu kesaktian dengan Batara
Guru. Sampai akhirnya, Batara Guru mengerahkan kesaktiannya membuat air
rawa-rawa berubah menjadi panas sehingga Ulam Tirbah menyerah kalah.
Batara
Guru kemudian menebak asal-usul Ulam Tirbah pada mulanya seorang wanita cantik
bernama Dewi Umayi, putri Saudagar Umaran yang masih keturunan Nabi Saleh. Ia
memiliki keinginan menjadi istri penguasa dunia namun melakukan sesat jalan
saat bertapa, sehingga berubah wujud menjadi ikan betina.
Batara
Guru berpesan supaya Ulam Tirbah bersabar karena tidak lama lagi akan tiba
waktunya ia berubah kembali menjadi Dewi Umayi. Setelah dirasa cukup, Batara
Guru pun meninggalkan Rawa Siblistan kembali ke Kahyangan Tengguru.
KERAJAAN PERSI TERKENA WABAH PENYAKIT
Setelah
Ulam Tirbah mengalami kekalahan, Kerajaan Persi tiba-tiba diserang wabah
penyakit. Banyak penduduknya yang tewas menjadi korban. Bahkan, raja negeri ini
yang bernama Prabu Dirjasta juga terserang penyakit dan meninggal dunia.
Putra
mahkota bernama Pangeran Dastandar menggantikan sang ayah menjadi raja. Ia
mendapatkan petunjuk dari para ahli nujum, bahwa Ulam Tirbah yang disembah
bangsa Persi sekarang telah tunduk kepada raja dewa bernama Batara Guru. Para
ahli nujum pun menyarankan supaya Prabu Dastandar pergi memohon kepada Batara
Guru untuk membantu melenyapkan wabah penyakit tersebut dari Kerajaan Persi.
SAUDAGAR UMARAN MENCARI PUTRINYA
Prabu
Dastandar pun berangkat dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Namun ia tidak
tahu harus pergi ke mana supaya bisa bertemu Batara Guru. Maka ia pun
memutuskan untuk bertanya kepada Ulam Tirbah di Rawa Siblistan.
Di
tengah jalan Prabu Dastandar bertemu seorang saudagar bernama Umaran yang
ditemani keponakannya bernama Patih Turkan. Saudagar Umaran adalah raja
Kerajaan Merut, yaitu negeri para pedagang. Ia mengaku telah kehilangan
putrinya yang bernama Dewi Umayi. Menurut petunjuk di alam mimpi, putrinya itu
akan muncul di Rawa Siblistan berkat pertolongan Batara Guru.
Prabu
Dastandar merasa kebetulan karena ia sendiri juga ingin bertemu Batara Guru.
Maka, ia pun menawarkan diri kepada Saudagar Umaran dan Patih Turkan untuk
menjadi penunjuk jalan menuju Rawa Siblistan. Ketiga orang itu lantas pergi
bersama-sama.
ULAM TIRBAH MENJADI DEWI UMAYI
Prabu
Dastandar, Sudagar Umaran, dan Patih Turkan telah sampai di Rawa Siblistan.
Prabu Dastandar mengadakan puja samadi dan kemudian Ulam Tirbah pun muncul ke
permukaan. Ulam Tirbah mengatakan bahwa dirinya tidak lagi pantas disembah
karena sudah tunduk kepada Batara Guru dan menjadi penganut agama Dewa.
Tiba-tiba
Batara Guru datang di Rawa Siblistan. Daya perbawanya yang memancar membuat
Prabu Dastandar, Sudagar Umaran, dan Patih Turkan jatuh pingsan. Setelah mereka
bertiga sadar segera buru-buru menyembah kepada Batara Guru. Batara Guru
menjelaskan kepada Saudagar Umaran bahwa putrinya yang selama ini hilang dan
dicari-cari tidak lain adalah Ulam Tirbah tersebut.
Batara
Guru kemudian berkata kepada Ulam Tirbah bahwa sudah saatnya ia sembuh dari
kutukan. Dengan kesaktiannya, Batara Guru mengembalikan Ulam Tirbah ke wujud
semula, yaitu menjadi Dewi Umayi yang cantik jelita. Saudagar Umaran sangat
gembira bisa bertemu kembali dengan putrinya yang telah lama hilang itu.
Batara
Guru menceritakan kepada Saudagar Umaran awal mula Dewi Umayi berubah wujud
menjadi ikan besar adalah karena sesat jalan sewaktu bertapa untuk bisa menjadi
istri penguasa dunia. Karena saat ini Batara Guru telah mendapat julukan
sebagai Sanghyang Jagadnata, maka Dewi Umayi pun disarankan untuk menjadi
istrinya saja jika masih ingin mewujudkan cita-cita tersebut. Saudagar Umaran
sangat gembira mendengarnya, dan Dewi Umayi juga menurut dan tunduk terhadap
lamaran Batara Guru.
BATARA GURU MENIKAHI DEWI UMAYI
Batara
Guru juga dapat menebak asal-usul Saudagar Umaran, yang merupakan keturunan
Nabi Saleh. Di Kerajaan Merut, Saudagar Umaran memiliki istri bernama Dewi
Nurweni, yang telah melahirkan tiga orang putri bernama Dewi Umari, Dewi Umayi,
dan Dewi Umani. Adapun Dewi Umari yang sulung telah menjadi istri Patih Turkan.
Karena Batara Guru menjadikan Dewi Umayi sebagai ratu kahyangan, maka Dewi
Umani hendaknya menjadi ratu kerajaan, yaitu dengan menjadi istri Prabu
Dastandar, raja Kerajaan Persi. Batara Guru juga dapat menebak bahwa pemuda berpakaian
rakyat jelata yang tadi bersamadi memanggil Ulam Tirbah muncul ke permukaan
tidak lain adalah Prabu Dastandar sendiri yang sedang menyamar.
Saudagar
Umaran sangat gembira menerima saran tersebut. Prabu Dastandar pun menurut dan
membuka penyamaran. Namun ia memohon kepada Batara Guru supaya membantu
melenyapkan wabah penyakit yang melanda Kerajaan Persi. Batara Guru mengabulkan
permohonan itu. Dengan ilmu kesaktiannya, ia mengirimkan angin segar yang
meniup dan memusnahkan semua bibit penyakit yang selama ini meresahkan rakyat
Kerajaan Persi.
Prabu
Dastandar sangat berterima kasih. Ia kemudian mengikuti Saudagar Umaran menuju
Kerajaan Merut untuk menikah dengan Dewi Umani, sedangkan Batara Guru membawa
Dewi Umayi ke Kahyangan Tengguru untuk dijadikan ratu di sana. Sejak saat itu,
Dewi Umayi resmi menjadi istri Batara Guru, dengan bergelar Batari Uma. Dengan
demikian, inilah pertama kalinya keturunan Sayidina Anwar bertemu dengan
keturunan Sayidina Anwas menjadi satu keluarga.
Imajiner
Nuswantoro