Urip Iku Urup
ꦈꦫꦶꦥ꧀ꦆꦏꦸꦈꦫꦸꦥ꧀
Urip iku urup maknanya hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Urip Iku Urup “Hidup itu Nyala”, makna pitutur Jawa ini luar biasa, bahwa kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa dan semua hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, saling menolong dan saling membantu sesama tanpa ada rasa pamrih. Semua agama banyak mengupas hal ini bahwasannya manusia sebagai makhluk sosial harus saling interaksi dan menolong kepada sesama, bahwa kita hidup didunia ini hanyalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal dan lebih baik di kehidupan berikutnya.
Filosofi Urip Iku Urup adalah filosofi yang menyatakan bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya. Jika melakukan hal ini akan mendapatkan hasil yang baik.
Urip Iku Urup Ajaran Sunan Kalijaga
Filosofi Urip Iku Urup adalah filosofi yang menyatakan bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya. Jika melakukan hal ini akan mendapatkan hasil yang baik. Dalam kehidupan bermasyarakat, filosofi ini memiliki nilai-nilai yang sangat penting.
Nilai-nilai tersebut diterjemahkan menjadi norma-norma bagi manusia untuk melakukan aktivitas. Seseorang mengambil tindakan dipandu oleh nilai-nilai yang diyakini. Nilai ini dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku atau berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik individu maupun kelompok. Nilai yang dimaksud adalah nilai sosial, karena nilai sosial mencakup tata perilaku seseorang dalam bermasyarakat dan nilai kebudayaan yang mencerminkan jati diri masyarakat.
Dalam Islam, pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah Swt., selain ditugaskan untuk menyembahNya, juga untuk menjadi makhluk sosial. Sebagaimana yang tertuang pada firmanNya Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 berikut :
وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ…
Artinya:
“…Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Dengan merujuk pada kata “urup” yang menegaskan bahwa sejatinya hidup ini adalah untuk menerangi. Menerangi dimaksudkan sebagai pemberi manfaat.
وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah dapat memberikan kemanfaatan bagi yang lainnya” (H.R. Ahmad dan Ad-Daruquthni)”
Ajaran urip iku urup ini juga terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 7 sebagai berikut.
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Artinya :
“Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”
Maka ajaran ini dapat dijadikan pedoman hidup di lingkungan sosial masyarakat. Seperti gotong royong, melakukan silaturahmi, sikap suka menolong, menyumbangkan ilmu yang dimiliki, dan saling berbagi. Sehingga hidup ini hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita.
Imajiner Nuswantoro