Kerajaan Salakanagara
Nusantara memiliki banyak sekali kerajaan yang tersebar di seluruh wilayahnya sejak dulu kala. Salah satu kerajaan yang kerap disebutkan sebagai kerajaan tertua adalah Kerajaan Salakanagara.
Klaim kerajaan tertua milik Salakanagara, tertuang dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara. Tertulis dari Naskah Wangsakerta yang diperkirakan dibuat pada tahun 1.600-an.
Kerajaan Salakanagara diketahui berdiri pada tahun 130 M yang ditunjukkan dengan memerintahnya Dewawarman I, raja pertama.
Berdirinya kerajaan ini pada tahun tersebut yang memberinya klaim sebagai kerajaan tertua di nusantara.
Selain merupakan kerajaan tertua di nusantara, naskah wangsakerta juga memberikan klaim lain kepada Kerajaan Salakanagara.
Melalui naskah tersebut, Salakanagara diyakini sebagai awal mula terbentuknya suku Sunda.
Hal tersebut terjadi karena peradaban yang dimiliki oleh kerajaan ini memiliki kesamaan dengan wilayah peradaban yang dimiliki oleh leluhur suku Sunda selama berabad-abad.
Tahun 1600 para budayawan dan sejarawan berkumpul lalu menyusun sejarah tatar Sunda jadi ada nama Aki Tirem dan sebagainya. Masih sejaman dengan itu, para penulis Eropa ada yang menyebut Negeri Agire yang kurang lebih artinya perak atau Salaka.
Masa Kejayaan Kerajaan Salakanagara
Masa kejayaan dari Salakanagara terjadi di bawah pemerintahan Dewawarman VIII atau raja terakhir yang memerintah.
Majunya kerajaan ini tercermin melalui negara yang subur dan makmur serta kehidupan keagamaan yang maju seperti yang dituliskan dalam laman Kemdikbud.
Kemajuan keagamaan pada Salakanagara ditunjukkan oleh para rakyatnya yang menganut agama Wisnu, memuja Siwa, memuja Ganesha, memuja Siwa Wishnu.
Namun, rakyat Salakanagara paling banyak melakukan pemujaan kepada Ganesha atau Ganapati.
Pada masa tersebut, penduduk Salakanagara memiliki beragam pekerjaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, seperti berburu, bertani, berdagang serta menjadi nelayan.
Raja-Raja yang Pernah Memerintah
Berikut merupakan raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Salakanagara yang dituliskan dalam laman milik Kemdikbud yang terdapat dalam Pustaka Rajnyarajya I Bhumi Nusantara dan Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa :
1. Dewawarman I dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara yang memerintah dari tahun 130 M hingga 168 M (38 tahun).
2. Dewawarman II dengan nama Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra yang memerintah dari tahun 168 M - 195 M (27 tahun).
3. Dewawarman II dengan gelar Sangasagara Bimayasawirya yang memerintah dari tahun 195 M - 238 M (43 tahun).
4. Dewawarman IV, aslinya merupakan Raja Ujung Kulon yang bernama Darma Satyanagara. Ia menikahi putri Dewawarman III, yaitu Tirta Lengkara dan memerintah dari tahun 238 M - 252 M (14 tahun).
5. Dewawarman V yang bernama Darmastayajaya, ia menikahi putri sulung Dewawarman IV yaitu, Mahisasuramardini Warmandewi dan memerintah dari tahun 252 M - 276 M (24 tahun. Ia juga dikenal sebagai Sang Mokteng Samudera (mendiang di lautan).
6. Dewawarman V juga merupakan Senapati Sarwajala (panglima Angkatan Laut). Sayangnya, ia gugur pada saat menghadapi perompak karena dipanah dari belakang. Oleh sebab itu, kekuasaannya dilanjutkan oleh istrinya dari tahun 276 M - 289 M.
7. Dewawarman VI dengan nama Prabu Ganayanadewa yang memerintah dari tahun 289 M - 308 M.
8. Dewawarman VII dengan gelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati dan memerintah dari tahun 308 M - 340 M.
9. Rani (Ratu) Salakanagara, putri sulung dari Dewawarman VII dengan nama Spatikarnawa Warmandewi yang memerintah dari tahun 340 M - 348 M (8 tahun). Ia melepaskan tahtanya saat menikah dengan Dewawarman VII.
10. Dewawarman VIII, raja dengan gelar Prabu Darmawirya Dewawarman yang memerintah dari tahun 348 M - 363 M (15 tahun). Di bawah pemerintahannya, Salakanagara berada pada masa jayanya.
Dewawarman VIII dianggap sebagai raja terakhir dari kerajaan ini karena putra bungsunya yang menjadi Dewawarman IX telah menjadi raja bawahan Tarumanegara karena kerajaan tersebut menjadi besar dan kuat.
Kisah Kerajaan Salakanagara (2)
Kerajaan Salakanagara, berdasarkan naskah Wangsakerta-Pustaka Rajyarajya i Bumi Nusantara diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajataputra. Salaka berarti perak, sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak, kota inilah yang disebut Agyre oleh Ptolemeus tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Salakanagara awalnya berbentuk suatu masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, bahkan namanya belum disebut Salakanagara, hanya dipimpin atau dikelola oleh penghulu. Aki Tirem merupakan penghulu dan penguasa kampung setempat. Nama lain Aki Tirem Luhurmulya adalah Angling Dharma dan Wali Jangkung, namun ada pendapat lain bahwa Prabu Angling Dharma lebih tepat pada Raja Dewawarman. Prabu Angling Dharma terkenal sebagai kisah cerita rakyat (folkore) masyarakat Bojonegoro.
Raja pertama Kerajaan Salakanagara adalah Dewawarman. Dewawarman yang merupakan duta dari kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhurmulya dengan puterinya bernama Pwahaci Larasati (orang sunda menyebut Dewi Pohaci), maka setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhurmulya diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I yang memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokopala Dewawarman Haji Raksagapurasagara sedangkan Dewi Pohaci diberi gelar Dwi Dwani Rahayu penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M, dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan sunda yang dikenal dengan Saka Sunda. Rajataputra adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 326 M menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII). Salakanagara berdiri selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 M sampai 362 M. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra.
Penelusuran saya tentang kejayaan kerajaan Sunda yang dimulai dari Kerajaan Salakanagara diperkuat setelah membaca novel sejarah berjudul “Perang Bubat” disana dikemukakan pada dasarnya, hampir semua rumpun yang ada di tanah Jawa ini punya hubungan dengan Sunda. Sang Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh, berputra Mandi Minyak. Mandi Minyak kemudian menjadi Raja di Bumi Mataram. Putra Mandi Minyak diantaranya adalah Senna. Kemudian Senna ini pun menjadi Raja Mataram. Senna berputra Sanjaya. Sanjaya ini termasuk ksatria keturunan Sunda yang gagah dan pandai berperang. Dia menaklukkan beberapa di wilayah Jawa Tengah. Berhasil menaklukkan kekuatan perompak di Selat Sunda yang di dukung Kerajaan Sriwijaya. Dan pada akhirnya Sanjaya pun berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya yang kala itu di perintah oleh Raja Sriwijaya Kelima.
Bangunan keraton megah yang pertama kali dibuat adalah di Pakuan, bernama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Arsiteknya adalah Maharaja Tarusbawa, Raja Kerajaan Sunda. Keraton Kerajaan Sunda yang kala itu ibu kotanya terletak di Pakuan meiliki arti khusus. Lima bangunan megah yang berjajar yang disebut sebagai mandala, melambangkan kekuasaan Kerajaan Sunda. Mandala pertama disebut sebagai “Sri Bima”, melambangkan wilayah kekuasaan Sunda yang ada di Jawa Kulon. Mandala kedua diberi nama “Punta” melambangkan kekuasaan Sunda di sebagian wilayah Sumatra. Mandala ketiga bernama “Narayana” melambangkan kekuasaan Sunda di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mandala keempat bernama “Madura”, melambangkan kekuasaan di Madura dan sekitarnya. Kemudian mandala kelima disebut sebagai “Suradipati” melambangkan kekuasaan Sunda yang mencakup Bali dan Nusa Tenggara. Atas pengakuan ini pula, kelak di kemudian hari di Nusantara di kenal wilayah Sunda Besar dan Sunda kecil.
Kerajaan Majapahit yang kala itu menjadi Kerajaan terbesar di Asia Tenggara mengakui asal usul kerajaannya, Prabu Rajasanagara atau lebih dikenal dengan Hayam Wuruk bermaksud untuk meminang Putri mahkota kerajaan Sunda yaitu Dyah Pitaloka Citraresmi, kehendak Sang Raja sempat di cegah oleh Mahapatih Gajah Mada dikarenakan Sumpah Amukti Palapa yang telah terucap oleh Gajah Mada bahwa “Tidak akan makan buah palapa sebelum Nusantara dipersatukan di bawah Majapahit”, tapi Prabu Hayam Wuruk mengingatkan kembali bahwa Majapahit ini memiliki riwayat yang panjang, dan kesemuanya bermuara ke tanah Sunda. Sekarang aku beritahu, Sunda itu leluhur kami. Kami harus hormat pada mereka. Mungkin ini jadi masalah berat bagimu. Tundukkanlah seluruh negeri yang ada di Nusantara. Jadikan mereka negeri bawahan Majapahit kecuali Sunda. Dengan mereka, bahkan aku ingin mengentalkan kembali kekerabatan, Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk mengambil permaisuri dari tanah Sunda., ” Kata Sang Prabu.
Jadi cikal bakal Kerajaan Nusantara itu berasal dari Kerajaan Salakanagara, dari masa kejayaannya hingga masa keruntuhannya Salakanagara telah melahirkan kerajaan-kerajaan hebat di Nusantara. Sisa-sisa peninggalan berupa Menhir Cihunjura, dolmen, batu magnit, batu dakon, air terjun curug putri, pemandian Prabu Angling Dharma terdapat di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari, dan ujung kulon.
Koleksi artikel Imajiner Nuswantoro