Sri Maharaja Budawaka (Batara Brahma)
Mendung yang menggelayut di Kerajaan Gilingaya, seakan menyiratkan duka Sri Maharaja Budawaka (Batara Brahma) atas kehilangan putrinya Dewi Brahmaniyari. Sepekan telah berlalu, Patih Suweda dan para punggawa telah mencari ke segenap penjuru tapi keberadaan sang putri tetap tak terlacak.
Saat kebingungan menerpa perasaan Sang Budawaka, datanglah 3 dewa yaitu Batara Sukadi, Batara Reksakadi, dan Batara Rasikadi yang memohon supaya diterima mengabdi di Kerajaan Gilingaya.
Sri Maharaja Budawaka bersedia menerima pengabdian ketiga dewa empu tersebut asalkan dibantu mencari ke mana hilangnya Dewi Brahmaniyari. Batara Sukadi segera mengheningkan cipta dan mendapatkan petunjuk bahwa sang dewi saat ini berada di Kahyangan Saptapratala yang terletak di dalam perut bumi. Namun, ia mengaku tidak mengetahui caranya untuk bisa sampai ke sana.
Batara Reksakadi mengaku mengetahui jalan menuju Kahyangan Saptapratala, tetapi ia tidak berani menghadapi kesaktian Batara Anantaboga. Batara Rasikadi kemudian mengajukan diri untuk mencari Dewi Brahmaniyari dan ia mengaku berani menghadapi kesaktian Batara Anantaboga. Maka, Batara Reksakadi pun menggambarkan peta jalan menuju Kahyangan Saptapratala untuk dipelajari Batara Rasikadi.
Dengan berbekal peta buatan kakaknya, Batara Rasikadi berhasil memasuki Kahyangan Saptapratala. Ternyata Dewi Brahamaniyari memang benar berada di sana karena telah diculik oleh Batara Basuki, adik Batara Anantaboga.
Kedatangan Batara Rasikadi disambut dengan baik oleh Batara Anantaboga. Batara Rasikadi berterus terang menyampaikan maksud kedatangannya untuk menjemput Dewi Brahmaniyari. Batara Anantaboga mempersilakan Batara Rasikadi melaksanakan niatnya, asalkan ia bersedia mengajari Batara Basuki ilmu pertempuran. Permintaan ini sebenarnya adalah sindiran, bahwa Batara Rasikadi harus merebut Dewi Brahmaniyari melalui perkelahian.
Awalnya mereka hanya berlatih bersama namun lama-lama menjadi pertarungan sungguhan. Setelah sekian lama, Batara Rasikadi terlihat lebih unggul dan pertarungan itu akhirnya dihentikan oleh Batara Anantaboga. Ia mempersilakan Batara Rasikadi membawa pulang Dewi Brahmaniyari karena putri Kerajaan Gilingaya itu memang bukan jodoh Batara Basuki.
Batara Rasikadi membawa Dewi Brahmaniyari kembali ke Kerajaan Gilingaya dan menghadapkannya kepada Sri Maharaja Budawaka. Dengan keberhasilan ini Budawaka berkenan menerima pengabdian Batara Sukadi, Batara Reksakadi, dan Batara Rasikadi.
Setelah diterima di Gilingaya, ke 3 dewa itu membuat masalah baru. Ternyata ketiganya telah jatuh hati kepada sang dewi dan masing-masing menganggap diri paling berjasa dan merasa paling berhak menjadi suaminya. Batara Rasikadi mengatakan bahwa dirinya telah berjasa membawa pulang Dewi Brahmaniyari. Batara Reksakadi mengatakan bahwa perbuatan itu bisa terjadi berkat peta yang digambarkannya. Sementara itu, Batara Sukadi berpendapat, bahwa peta tersebut bisa digambar adalah karena ia yang pertama kali mendapatkan petunjuk tentang keberadaan sang dewi yang disembunyikan di Kahyangan Saptapratala.
Sri Maharaja Budawaka bingung menentukan pilihan, apalagi persaingan ketiga bersaudara itu semakin memanas dan berubah menjadi pertengkaran.
Tiba-tiba datang pula seorang raja raksasa bernama Prabu Jambuwana dari Kerajaan Prajantaka yang mengaku telah mendapat perintah dewata melalui mimpi supaya mempersunting salah satu putri Sri Maharaja Budawaka demi kemakmuran negerinya.
Budawaka : Jambuwana, belum usai kebingunganku menentukan siapa yang berhak menjadi menantuku dari ketiga dewa ini...eh sekarang engkau menambah kebingunganku dengan melamar anakku yang lain.
Jambuwana: Uooeee..heheheh, Rama Prabu...wah saya sudah PD saja menyebut Rama Prabu hehehe...saya ini orang jujur yang mengikuti ilham dan kata hati, karena ilham yang saya terima saya harus menjadi menantu Rama Prabu...ya itulah yang saya jalankan heheheh.
Budawaka: Permintaanmu akan aku pertimbangkan kalau engkau bisa membantuku menentukan siapa di antara ketiga dewa ini yang berhak menjadi suami Brahmaniyari.
Jambuwana: Uuueee...hehehe...Rama Prabu...nge test ya...saya yakin sebenarnya Rama Prabu juga sudah bisa menentukan siapa yang berhak...baiklah saya coba menjawab ....Pepuntone nggonira dumadi, ngugemana mring catur upaya, mrih tan bingung pangesthine, kang dhingin wekasingsun, anirua marang kang becik, kapindho anuruta mring kang bener iku, katri nggugua kang nyata, kaping pate miliha ingkang pakolih, dadi kanthi ning ndonya...huehehehe, Rama Prabu, Hakikat hidup di dunia, berpeganglah pada empat usaha, agar tidak bingung mencapai tujuan, yang pertama, contohlah apa yang baik, kedua tirulah kehendak yang baik, ketiga indahkanlah apa yang nyata, keempat pilihlah apa yang membawa keberhasilan, itulah bekal hidupmu.....jadi, yang nyata yang berhasil sampai menghadirkan sang Dewi ke Gilingaya ini siapa? Sarana prasarana yang mengantarkan dia sampai berhasil...seharusnya dipahami sebagai bantuan antarsaudara yang guyub rukun dan saling melengkapi...bukan malah dijadikan bulan-bulanan jasa siapa yang paling besar...begitu khan Rama Prabu?
Budawaka : Hmmm...ya..ya...tampangmu sangar, Raja Denawa yang menakutkan, tapi kebijaksanaanmu luarbiasa...aku puas dengan jawabanmu.
Jambuwana : Huehehehehe...lha iyalah..gampang saja sebenarnya...Dewi Bramaniyari akan lebih aman bersanding dengan laki-laki yang berani mempertaruhkan nyawa untuknya...gitu aja kok repot...huahahahah.
Sri Maharaja Budawaka sangat senang mendengar pendapat itu dan segera mengumumkan bahwa Dewi Brahmaniyari akan dinikahkan dengan Batara Rasikadi. Di lain pihak, Batara Sukadi dan Batara Reksakadi juga mendapatkan hadiah pengganti atas jasa-jasa mereka, yaitu masing-masing diangkat sebagai raja bawahan di negeri Citrahoya dan Wameswara. Sesuai janjinya di awal tadi, lamaran Prabu Jambuwana pun diterima pula. Raja raksasa itu diizinkan menikahi adik Dewi Brahmaniyari yang bernama Dewi Brahmaniyoni.
Koleksi Imajiner Nuswantoro