R.H. HAMZAH HADIWIDJAJA
Eyang H R Hambyah Hadiwijaya pernah tinggal (Pelas Pesing) bin Kh Moesthoalim / RM Imam Soebroto / R Wirjosentono / Mbah Kyai Jalal Ngadiluwih, sumare wonten makam pesarean masjid Jami' Daarul Jalaal Ngadiluwih.
Cerita menyandang Haji, diperolehnya dari putra dari Garwo ke 2 dengan Haji Badal dari usahanya kanthi Iklas KH. Saifudin Zuhri Ngadiluwih.
Peputra saking garwo R Nganten Moetar (Moetardiati), saking Ngadirejo Kediri, dipun sarehaken (wonten ingkang wastani setono Botoputih) ing makam Ngadirejo Jl. Imam Bonjol Kediri (garwo 1)
Nurunaken 11 putro/putri :
1) R Soewoso Muhasidiq (kota Kediri Jln. Airlangga dekat kantor Bumiputera).
2) R Soecipto Hadiwidjaja (Meninggal sebagai pahlawan kusuma bangsa di Ambarawa melawan penjajah).
3) R Soepraptoyo (pengajar / staff UGM / Jln. Baciro area UGM Jogja)
4) R. Soesigit Hadiwidjaja (Surabaya).
5) R Moetojo Hadiwidjaja (Petemon Surabaya).
6) R Soebekti (Wates Kediri).
7) R Kodrat Samadikoen Al. Sjajid sumeh (Bendo-Pare).
8) R Soetrisno / Dandung (Kandat Kediri).
9) Rr Miko / Rr Soerdjatmiko Diati (Madiun).
9) R Soeyanto / R. Soejadi (Pare) / kembar dampit.
Karena kembar dampit R. Soejadi diambil anak angkat R. Koesoemo Subroto assisten Wedana Regent Kertosono (Seten Ndoro Dono), setelah dewasa ikut kakaknya R. Kodrat Samadikoen waktu itu domisili di Tawang Purwoasri Kediri bekerja di juru staff kecamatan Purwoasri, sambil mengurus usaha janggol dokar hingga R. Soeyanto menjadi tentara KKO angkat laut.
10) Rr Suryati (Pakunden Blitar) / kembar dampit.
11) Rr Moertati (Banyumas).
Eyang Hj. Dewi Ngadiluwih
Peputra saking garwo Hj. Dewi saking Mojo / Sambi / Ngadiluwih (garwo 2) nurunaken 4 putro-putri :
1) ......, Saudari gawan dari Eyang Dewi (tinggal di Kali Lanang Sambi Kandat/Ringinrejo)
2) Kh. Saefudin Zuhri (Ngadiluwih) / Prasetiadi
3) H. Pras (Keras) / Prasetiyo
4) Kh. Zaenal Matfakir (Selomanen)
Keterangan :
- Putra R.H. Hamzah Hadiwidjaja Prasetiadi dan Prasetiyo (asma kethok kunir) adalah putra kembar.
Otobiografi R.H. Hamzah Hadiwidjaja
Menurut cerita dari putra-putri beliau kami rangkum dalam beberapa cerita-cerita menarik selama masih hidupnya R.H. Hamzah Hadiwidjaja.
Menurut salah satu cucu (R. D. Setiyo Adi Sidoarjo) mendiang R.H. Hamzah Hadiwidjaja meninggal pada Ahad Kliwon 1948 (tafsiran kalender Jawa 1948) dari penelusurannya kepada Pak Lek H. Deni Prasetiyo Keras.
R.H. Hamzah Hadiwidjaja (lahir ?, wafat sekitar tahun 1947/1948), dalam usia 90-an tahun.
R. Hadiwidjaja kesehariannya menggunakan pakaian Jawa (beskap dan jarik juga keris / sengkelat selalu tidak pernah ketinggalan serta teken (tongkat), dengan rambut panjang di gelung memakai blangkon.
1. R.H. Hamzah Hadiwidjaja adalah putra tunggal dari KH. Moesthoalim
2. Beliau pernah menempuh pendidikan pondok pesantren di Tebuireng Jombang
3. Pengalaman beliau pernah menjadi waker / pengawas kebun tebu pabrik gula di karesidenan Kediri.
4. Beliau pernah menjadi mantri pasar era jaman kolonial antara lain di :
- Pasar Pelas Keras
- Pasar Toengloer Paree
- Pasar Ngringging
5. Hobby beliau senang seni melukis.
6. Hobby yang lain adalah memelihara dan memikat (Jawa : njodog/mikat/pulut) burung perkutut.
Dalam kisahnya beliau pernah mempunyai burung perkutut suara KUNG (mempunyai ules katuranggan dan suara istimewa). Seperti biasa sambil uro-uro nembang mocopat Jawa (lantunan doa) dan mendengarkan suara burung perkutut peliharaanya (jumlahnya banyak) sambil duduk di kursi goyang kuno, karena keadaan sepi, ada orang yang ingin berbuat jahat (ingin memiliki perkutut KUNG tersebut, dalam kisahnya si pencuri / si jahat membuat tali dari "dhuk" serabut hitam dari pohon aren. Si pencuri / si jahat membentangkan tali serabut tersebut dekat leher R.H. Hamzah Hadiwidjaja, karena burung yang akan dicuri "nglebeg-nglebeg" takut pada orang asing, seketika R.H. Hamzah Hadiwidjaja terbangun namun tidak bisa menangkap si pencuri / si jahat karena leher R.H. Hamzah Hadiwidjaja terjerat tali dhuk ireng hingga kesakitan. Si pencuri bisa lari sambil membawa burung kutut.
7. Beliau juga seorang ahli obat tradisional Jawa (njampi-njampi).
8. Beliau juga seorang pendekar ahli pecak silat.
9. Selain itu beliau juga ahli tirakat.
10. Kesenangan memelihara kuda, selain untuk alat transportasi juga hobby memelihara kuda.
11. Beliau juga tidak meninggalkan budaya Jawa mulai hari, weton, pindah omah, lelaku hingga thetek bengek tentang Jawa dan Islam Kejawen termasuk seni kebudayaan gamelan Jawa.
12. Beliau pernah tinggal di belakang pasar Paing Kota Kediri. Memang istri pertamanya yang bernama R. Nganten Moetardiati (sumare wonten pesarean Boto Putih Ngadisimo kota Kediri Ngaglik / jln. Imam Bonjol), berasal dari Ngadirejo kota Kediri seorang keluarga putri ningrat Wedono.
13. Beliaulah yang memindahkan makam leluhur Nyai Sedah Mirah dari sekitar pasar Paing dipindah di dekat perempatan (sekarang Retjo Pethung) timur pasar Setono Betek kota Kediri. Jarak pemindahan ke arah barat kurang lebih 1 km.
14. Pada waktu kangmasnya R. Soecipto sedo di Ambarawa sebagai pahlawan kusuma bangsa, R. Hadiwidjaja lah yang menyusun anaknya R. Kodrat Samadikoen untuk mengurusi jenasah R. Soecipto di Ambarawa.
15. Ada kisah lain ketika R. Soewoso di tangkap Londo ketika bekerja di pabrik Garam Surabaya/Madura, karena menggunakan titel Raden. Maka disuruhlah anaknya R. Kodrat Samadikoen untuk menjelaskan trah turun gelar Raden yang disandangnya, dengan bukti otentik serta lobbynya bisa menerangkan kepada pihak Belanda, akhirnya kakaknya barep R. Soewoso dapat bekerja di pabrik Garam hingga pensiun.
Bisa di baca / klik situs disini :
https://syehhakediri.blogspot.com/2023/11/pesarean-sedah-merah-di-kediri-makam.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2020/11/r-h-habyah-hamzah-hadiwidjaja.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2023/05/halal-bihalal-keluarga-besar-rh-hamzah.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2022/09/area-pesarean-r-nganten-moetardiati.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2022/09/reuni-keluarga-besar-rh-hadiwidjaja-di.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2018/06/surabaya.html
https://majapahit2010.blogspot.com/2023/05/halal-bihalal-keluarga-besar-rh-hamzah.html
Cerita pendekar :
1. Pada waktu menjadi waker pengawas pabrik gula (ada yang bilang sinder tebu) di karesidenan Kediri, beliau membawa uang dari pabrik untuk dibagikan kepada tuan tanah. Didalam perjalanan tersebut beliau akan dirampok oleh gerombolan penjahat. Dengan gagah beraninya R. Hadiwidjaja mengendarai blendi (kereta kecil yang di tarik seekor kuda). Situasi saat itu masih gung lewang-lewung (sepi jauh dari rumah penduduk). Dengan senjata pecut dan dugang (kayu untuk menyandat kereta waktu berhenti), di tengah perjalanan sempat dipukul-pukulkan ke gerombolan perampok. Sambil membunyikan bell kereta blendi yang bunyinya : kling klong....kling klong....kling klong terus hingga masuk di perkampungan.
Alhasil kereta blendi masuk di perkampungan akhirnya tidak jadi di rampok.
2. Diceritakan pada waktu itu di sekitar karesidenan Kediri khususnya di Pelas dan sekitarnya banyak China Mindring (migran dari pasukan Tiongkok yang perahunya banyak bersandar di sungai Brantas. Diatas telah dipaparkan bahwa beliau hobby melukis. Pada saat melukis di ruang joglo (sekarang ruang tamu) tampak kanvas ukuran sedang dengan lukisan belum selesai. Biasa seniman nyambi kegiatan lain jika senggang melanjutkan hobby lukisannya.
Pada suatu hari ada beberapa China Mindring menghampiri dalemnya (rumahnya), di mungkinkan bahwa banyak China Mindring menemui R Hadiwidjaja karena ingin kulak gula langsung dari orangnya pabrik. Pasti harga agak murah.
Kembali ke lukisan, di ruang joglo depan di Pelas Kediri ada lukisan belum selesai, dan beberapa orang China Mindring ndayoh, namun R Hadiwidjaja sedang ada kegiatan lain. Didalam menunggu di dalem rumah R Hadiwidjaja itu China Mindring ikut melukis (corat-coret) lukisan di kanvas (kain kuno/blaco).
Datanglah R Hadiwidjaja dengan nada marah kepada China Mindring hingga terjadi perkelahian antara pencak silat dan kungfu China Mindring. Ada yang bilang China Mindring dicathut pupunya, karena kurang ajarnya itu. Lukisan bukannya baik tapi rusak, maklum kain pada waktu itu langka dan mahal. Alhasil China Mindring berlarian tunggang langgang.
Namun beberapa jam berikutnya membawa teman-temannya China Mindring dengan kata lain tidak terima temannya dikalahkan. Yang datang lebih banyak semua ahli-ahli kungfu silat China Mindring.
Dalam perkelahian tersebut R Hadiwidjaja di keroyok 10-15 orang China Mindring.
R Hadiwidjaja piyantun kesdhik, mempunyai ilmu kanuragan digdaya (wong kuno).
Dengan melompat ke kanan ke kiri bagaikan selembar kapuk, sambil memutar-mutarkan sepeda dengan pegangan pengayuh sepeda. Alhasil gerombolan China Mindring lari kalang kabut semua kalah ilmunya dengan wong Jawa.
3. Cerita kanuragan digdaya kanuragan lainnya. Salah satu putranya R. Kodrat Samadikoen dalam ceritanya menuturkan bahwa Kodrat disuruh menaiki sepeda untuk ketemu di suatu tempat. Anehnya R Hadiwidjaja sudah nyampek duluan. Menurut cerita R Hadiwidjaja mempunyai kesaktian ngelmu Seipi angin (ilmu dengan sekejap mata sudah di tepat yang di tuju), menurut kisahnya beliau mempunyai ilmu saipi angin (dengan ijin dan RidloNya)
4. Cerita nyata pernah di alami putranya yang bernama Kodrat. Pada perang agresi salah satu putranya adalah pejuang pemuda (ketua pemuda). Di dalam perjalanan gerilya kartu pejuang pemuda jatuh dan disampaikan ke pihak Belanda kolonial, mengapa bisa nyampek ke tangan Belanda kolonial, pada waktu itu banyak sekali yang disebut LONDO GODHONG maknanya orang-orang pengkhianat seolah-olah berjuang untuk merdeka namun orang-orang Londo Godhong berkhianat membela Belanda kolonial.
Didalam perjalanan tersebut Kodrat menjadi golek-golekan (buron) Walanda dan sekutunya.
Akhirnya ke cekel dan di bawa ke penjara terkeras pada waktu itu Kalisosok Surabaya. Dalam beberapa hari di penjara tiba-tiba (kesabaran dan pasrah R Hadiwidjaja sambil membawa pompa sepeda), muncul dan mengajak keluar dari deruji penjara tanpa ada rintangan sama sekali.
Sebelum keluar penjara Kalisosok Kodrat bermimpi 2 burung perkutut warna putih dan hitam, dengan petunjuk lewat mimpi ketemu bapaknya untuk melepas burung perkutut warna hitam.
Dengan ijin Allah SWT besok harinya bisa keluar dari penjara Kalisosok Surabaya menuju Malang untuk dirawat di salah satu rumah sakit palang merah Malang. Di rumah sakit Malang dirawat oleh Bu Hadi (istri dari Soehadi), secara kebetulan jadi tetangga di rumah Bendo Pare.
Setelah sembuh di rawat rumah sakit Malang karena tulang rusuknya patah dan tulang kaki retak. Kemudian melanjutkan perjuangannya ke Kediri sebelumnya mengunjungi makam di Mojoagung ulama besar Seh Syajid, semua karena Allah dapat petunjuk hingga mendirikan rumah sakit korban agresi di Ngrogol Kediri.
Dalam ceritanya Kodrat Samadikoen masih hidup kejadian tersebut terjadi 2 kali. Karena kersane Allah SWT Maha Pemurah si Kodrat masih diparingi hidup hingga bisa menikmati masa pensiun.
Kisah Kodrat muda jadi buron Belanda hingga dijebloskan di penjara Kalisosok Surabaya
Kodrat muda merupakan pejuang tulen.
Penah diamanahi sebagai Ketoea Pemoeda Rajat Indonesia bermarkas di Gubeng Surabaia. Kebetulan ada salah satu masih saudaranya merupakan tokoh pergerakan pemuda melawan penjajah Belanda bermarkas di Gubeng.
Ini terbukti dari amanah yang diberikan sebagai ketua pemuda pejuang melawan kompeni Belanda. Suatu ketika dalam perang gerilya agresi kartu anggota Kodrat muda jatuh waktu dalam perjuangannya.
Perlu di ketahui bahwa dulu penduduk Belanda bisa dihitung dengan jari, yang banyak adalah Londo Godhong (antek-anteknya Londo / para pengkianat bangsa Indonesia). Ketika jatuh kartu anggota griyawan tersebut di pungut oleh para Londo Godhong diserahkan pada perwakilan Belanda. Akhirnya Kodrat muda jadi buron Belanda, menurut ceritanya hingga di cari sampai di Kediri. Ada cerita di Wates Kediri Kodrat muda pernah di buru hingga di daerah itu. Ceritanya begini, salam satu kakak kandung Kodrat muda ada yang kawin dapat anak Lurah Wonorejo Wates, mungkin waktu itu pingin silahturahmi atau sembunyi dalam pengejaran Belanda. Itulah banyak Londo Godhong bertebaran dimana mana makanya Indonesia di jajah ratusan tahun karena antek-anteknya Londo Godhong tersebar dimana-mana. Suatu ketika Kodrat muda diketahui keberadaannya di Wates dan Belanda beserta antek-anteknya mengeledah rumah Lurah. Kersane Allah SWT Kodrat muda di sembunyikan di dhobong (semacam tempat menyimpan hasil pertanian). Belanda tidak dapat menemukan Kodrat muda pulang dengan tangan hampa. Itulah jika berjuang dengan tulus ikhlas sebagai pejuang yang benar-benar tulen Tuhan akan melindungi Nya.
Pertanyaannya mengapa Belanda mengejar-ngejar hingga ke pelosok, tidak mungkin jika Kodrat muda mempunyai peranan penting dalam perjuangannya.
Dalam kisahnya Kodrat muda pernah digladi militer di PETA (Pembela Tanah Air) jaman Jepang.
Pernah ikut pelatihan di KNIL seperti kakaknya R. Soecipto yang meninggal sebagai kusuma bangsa meninggal di laga perang Ambarawa.
Ada kisah sewaktu ikut Peta kisahnya jika istirahat Kodrat muda sering berdiskusi dengan Sodanco Supriyadi komandan peta di bawah pohon kembang sepatu. Tentunya berdiskusi tentang pergerakan perjuangan kemerdekaan waktu itu.
Penulis sebagai anak kandung masih mencari informasi tambahan, mengapa Kodrat muda menjadi boron Belanda ?
Logikanya jika Kodrat muda orang biasa akan lain ceritanya, tapi pada waktu perang gerilya yang di jalankan para pejuang memang merepotkan Belanda dan antek-anteknya.
Hingga Kodrat muda di tangkap Belanda 2 kali di jebloskan Penjara Kalisosok Surabaya.
Yang tearkhir lari bersama para senasib sepenjara di Kalisosok Surabaya, menyusuri sungai-sungai, disebutkan sungai / kali Karanggayam hingga di Pandaan (sekarang jadi Polsek/ diperempatan bambu runcing dulu sebagai markas PMI (Red Cross).
R. Kodrat Samadikoen al. Sjajid Sumeh.
Nama alias Sjajid di ubah karena namanya sudah dicatat oleh Belanda dan antek-anteknya sebagai pejuang kemerdekaan. Tujuannya untuk mengelabuhi Belanda dan antek-anteknya.
_________
Tentang Penjara Kalisosok
Penjara Kalisosok di Surabaya, Jawa Timur, memiliki banyak cerita menarik, di antaranya :
Bangunan megah
Penjara Kalisosok dibangun pada 1808 oleh Belanda dan beroperasi pada 1850. Bangunan ini dianggap megah dan bagus pada zamannya, berbeda dengan rumah-rumah Bumiputra yang kebanyakan tidak layak.
Penjara bagi pembangkang
Penjara ini dibangun untuk menampung pembangkang, termasuk para pahlawan Indonesia seperti Ir. Soekarno, W. R. Soepratman, dan KH Mas Mansyur.
Penyerbuan tentara Sekutu
Penyerbuan tentara Sekutu ke penjara Kalisosok pada Oktober 1945 menjadi awal pertempuran di Surabaya.
Tempat penyiksaan
Penjara Kalisosok juga digunakan sebagai tempat penyiksaan.
Penjara yang ditakuti
Penjara ini dianggap sebagai tempat yang paling ditakuti para narapidana karena sempit, gelap, dan pengap.
Penjara yang ditutup dan dibuka kembali
Penjara Kalisosok ditutup saat Indonesia merdeka, tetapi dibuka kembali oleh Presiden Soeharto untuk menahan para loyalis Komunis setelah G30S PKI.
Cagar budaya (sekarang)
Pemerintah Kota Surabaya menetapkan Penjara Kalisosok sebagai cagar budaya untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal.
DE KALISOSOK GEVANGENIS SOERABAIA
Kota Pahlawan, tak heran bila Surabaya memiliki banyak tempat peninggalan sejarah. Setiap bangunan bersejarah memiliki ceritanya masing-masing. Begitu pun dengan Penjara Kalisosok, penjara bawah tanah yang sudah dibangun sejak kurang lebih 200 tahun yang lalu.
Banyak cerita yang terukir di balik dinding penjara bawah tanah ini. Banyak pejuang kemerdekaan Indonesia pernah merasakan kejamnya Penjara Kalisosok di Surabaya terutama di masa 1940 hingga 1943, saat masa pendudukan Jepang.
Mulai dari Soekarno, WR.Soepratman, Kiai Haji Mas Mansur hingga Cak Durasim sempat menempati penjara ini. Orang-orang yang masuk penjara ini kebanyakan mereka yang dianggap mengancam atau memprovokasi masyarakat agar semakin benci penjajah.
Penjara Kalisosok dibangun oleh Pemerintah Belanda pada 1 September 1808 dengan biaya sebesar 8000 gulden. Penjara ini terletak di kawasan Surabaya Utara, tepatnya di Jalan Kasuari Nomor 5 Krembangan. Tempat ini diketahui dibangun saat kepimpinan Herman Williem Daendels yang saat itu menjabat gubernur jenderal Hindia Belanda ke-36. Berdasarkan informasi yang dihimpun, di masa lalu, penjara ini memang disebut-sebut sebagai tempat yang paling ditakuti para narapidana. Hal itu dikarenakan tempatnya yang sempit, gelap dan pengap. Satu ruangan di sana hanya berkapasitas 20 orang. Namun kala itu dipaksa agar mampu ditempati 90 orang. Dinding antar biliknya pun dibuat sangat tebal. Diketahui, dahulu penjara bawah tanah ini digunakan sebagai tempat penyiksaan. Tak heran bila masyarakat sekitar menganggap penjara yang berdiri di kawasan JMP Surabaya Utara ini terkesan angker.
Kini, eks Penjara Kalisosok pun masih belum jelas status kepemilikannya. Hal ini membuat penjara ini jadi tidak terurus. Sebenarnya, penjara ini bisa dijadikan wisata heritage bagi warga Surabaya. Mengingat, Penjara Kalisosok ini termasuk Cagar Budaya tipe B yang harus dilindungi pemerintah.
Foto : R. H. Kodrat Samadikoen & Rr. Hj. Moeljo Soelistyowati |
Imajiner Nuswantoro