SIDHAKEP SALUKU TUNGGAL & MUDRA PARA DUKKHA DUKKHITHA
Mengutip suluk yang disulukkan kocap kacarita dalang Ringgit Purwa saat tokoh wayang dipentaskan dalam lakon Begawan / Satria, sedang menjalankan tapa brata.
Tapa brata utawa semedi yaiku Nalika semana wus sidhakep saluku tunggal, nutupi babahan hawa sanga mandeng puncaking grana, mawas mahya menjinging buswa.
Posisi sidhakep saluku tunggal adalah mudra yang selalu dipergunakan para pelaku spiritual Jawa saat semedi.
Mudrā adalah gerakan simbolik atau ritual dalam agama Hindu yang dilakukan dengan penuh rasa kegembiraan yang memiliki tujuan sebagai pembersihan. Sementara beberapa mudrā melibatkan seluruh tubuh, sebagian besar dilakukan dengan tangan dan jari.
Menurut Guru Sadh : Kata mudra secara harafiah berarti “segel.” Ini adalah posisi tangan tertentu. Mudra adalah ilmu halus yang mengatur tubuh kita dengan cara tertentu. Cara sistem kita berfungsi dapat diubah hanya dengan mengubah posisi telapak tangan kita. Ini adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang pada dasarnya melibatkan geometri dan sirkuit tubuh . Dengan memegang mudra tertentu, energi cenderung bergerak dengan cara tertentu. Dalam yoga, terdapat sistem di mana kita dapat mengatur napas dengan cara tertentu, dengan hitungan dan proporsi tertentu. Dengan melakukan ini, kita dapat mengarahkan energi kita ke sel mana pun di tubuh jika kita mau.
Mudra dalam seni Buddha
Mudra adalah serangkaian gerakan tangan dan posisi jari yang berfungsi sebagai simbol dalam seni Buddha, yang mewakili berbagai peran dan keadaan pikiran Buddha . Mudra pertama kali terlihat pada patung
Gandhara pada abad pertama, dan tampaknya telah dikodifikasi pada abad ketiga (mudra berarti “segel” atau “tanda” dalam bahasa Sansekerta).
Jari-jari tangan dianggap mewakili lima tingkat kesadaran yang diperlukan untuk mencapai kebuddhaan, oleh karena itu berbagai konfigurasi gerak tubuh dipandang sebagai sintesis dari faktor-faktor ini. Mudra juga mewakili tema-tema dominan dalam episode-episode tertentu kehidupan Sang Buddha, menjadikan gerak tubuh berguna sebagai alat narasi dan pedagogi bagi pemirsa yang akrab dengan simbolisme. Mereka biasanya ditampilkan dilakukan oleh tokoh otoritas agama seperti Buddha dan bodhisattva .
Ada 3 buah patung di seluruh dunia yang menunjukkan mudra ini yaitu :
1. Patung pertama adalah patung Gajah Mada buatan baru abad 20 di madakaripura probolinggo, dibuat dengan meniru mudra yang dilakukan para pelaku spiritual Jawa.
2. Patung kedua adalah patung Buddha di Gal Vihara, Sri Lanka abad ke 12. dari patung ini saya mengetahui bahwa mudra nya bernama : para dukkha dukkhitha.
3. Kemudian patung ketiga adalah patung koleksi metmuseum yang ditemukan di lumajang dan berasal dari masa prasejarah, dengan perkiraan pembuatan 500 tahun sebelum masehi.
MUDRA PARA DUKKHA DUKKHITHA
Maknanya adalah kesedihan untuk kesedihan.
SIDHAKEP SALUKU TUNGGAL
Sedangkan sidhakep saluku tunggal artinya untuk laku prihatin.
Mencapai kehampaan diri dan menemukan hakekat hidup yang sebener benernya tentang diri dan pribadi, laksana mampu mengguncang istana sadar samudra.
TAMBAHAN PUISI SASTRA :
SEDAKEP SALUKU TUNGGAL
Ini mesu diri
Bukan mengurusi kursi
Ini lelaku sejati
Menyelam hingga ke lubuk Sang Diri.
Ini perjalanan nyawiji
Memerdekakan diri
Dari dunia dan ambisi
Kumasuki gerbang telinga Dewa Ruciku sendiri
Pancer dumunung ana aku
Gatiku pikir gatiku raga gatiku rasa
Sadulurku papat kalima pancer
Kang lungguh ana tengahing jagat
Aku pancer dadi ratuning jagat
Papat-papating atunggil
Tunggalku mapat
Papatku manunggal
Jagatku njalma kiblat
Kiblatku njalma jagat
Wahai kalian yang berhamburan di sana
Yang berputar-putar kebingungan
Yang terjebak oleh angin seribu penjuru
Yang tengah buta terhadap kasunyatan
Karena terbentur dinding fatamorgana
Wahai kalian yang terjerembab di lembah-lembah
Yang mempertengkarkan kerendahan
Yang melompati waktu
Karena tidak sabar terhadap ketinggian
Dan tidak bertapa di gua kemuliaan
Tutuplah mulut kalian
Gembok rapat-rapat kedua bibir kalian
Bukalah gerbang jiwa
Bertapalah di sukma
Sumèlèh rebah di telapak tangan Sang Maha Titah
Kalian adalah Bima
Yang disorong merenangi samudera
Belajarlah tetap bernapas
Di sela-sela lalulintas antara air dengan udara
Mulutmu jangan ternganga karena alpa
Hingga dimasuki oleh buih-buih tipudaya dunia
Bertapalah dalam gerak
Bergeraklah dalam tapa
Matahari di depanmu hanya sedepa
Tempuhlah dengan kesabaran dan puasa
Takkan tersentuh oleh tanganmu yang fana
Karena ia akan datang menyapa
Ketika jiwamu baka
Madhep mantep sumeleh teteg
Sidik amanah tabligh fathonah
Berhentilah gugup oleh bayangan-bayangan fana
Merdekakan diri dari kerumunan prasangka
Menep bersila di gua baka
Imajiner Nuswantoro