SEDAH MERAH SEORANG PUJANGGA & TEKA-TEKI SEDAH MIRAH
(Seri : Menelusuri Jejak Sedah Merah/ Sedhah Mirah)
Nyai Sedah Mirah adalah seorang pujangga sekaligus garwa ampil (selir) Pakubuwana IV yang cantik dan pintar menurut cerita Sedah Merah ahli sastra, ahli strategi perang dan juga linuwih (mempunyai kesaktian pada jamannya).
Asal Usul BRAy Adipati Sedah Mirah & Petilasan Kraton Surakarta.
Amangkurat II tidak mau menempati keraton Mataram yang berada di Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta karena menurut kepercayaan Jawa, Kerajaan yang sudah pernah diduduki oleh musuh berarti telah ternoda. Sunan Amangkurat II kemudian memerintahkan Senopati Urawan untuk membangun Kraton baru di kawasan Pajang.
Perintah ini dilaksanakan dan akhirnya Senopati Urawan dibantu oleh Nerang Kusuma berama rakyat berhasil mendirikan Keraton yang terletak di sebelah barat Pajang, yang kemudian dinamakan Keraton Wanakerta. Itulah asal usul situs Kraton (lama) Kartasura Hadiningrat. Keraton di Wanakerta secara resmi mulai ditempati pada tahun 1680 oleh Sunan Amangkurat II.
Situs Keraton Kartasura (1680 – 1745) kini hanya tinggal puing-puing saja, dengan pagar tembok/benteng Baluwarti terbuat dari batu bata merah setebal 2-3 meter dan tinggi kurang lebih 3 meter.
Petilasan ini membuktikan keberadaan Keraton Kartasura Hadiningrat memang pernah ada sebelumnya di masa lalu.
Di dalam situs antara lain terdapat ; alun-alun, kolam segaran yang sekarang berubah menjadi tanah lapang, gudang mesiu yang sekarang berubah menjadi gedong obat.
Tembok berlubang sebagai saksi bisu atas terjadinya peristiwa Geger Pacinan, Sumur Madusaka digunakan untuk memandikan pusaka-pusaka kerajaan, genthong batu, lingga dan yoni, tombak Kyai Jangkung dan Tombak Kyai Slamet. Dan terdapat beberapa makam keramat di antaranya adalah Makam Mas Ngabehi Sukareja, Makam B.R.Ay Adipati Sedah Mirah, Makam KPH Adinegoro, Makam Ki Nyoto Carito dalang Keraton yang terkenal pada masanya, serta masjid tua yang dibangun Sunan Paku Buwono II.
Peninggalan sejarah yang masih dapat dijumpai di situs Keraton Kartasura berupa reruntuhan bangunan dan nama-nama tempat atau toponim. Sedangkan luas kota Kartasura di masa lampau diperkirakan mencakup seluruh wilayah Kecamatan Kartasura saat sekarang, ditambah beberapa kawasan yang masuk wilayah Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Saat sekarang, Keraton Kartasura yang terletak di Kelurahan Siti Hinggil, menjadi kota kecamatan seperti pada umumnya.
Karya-karya pujangga Nyai BRAy Sedah Merah antara lain :
BRAy Adipati Sedah Mirah adalah seorang pujangga, beliaulah penulis Kitab Ponconiti.
Selain itu beliau juga dikenal sebagai pemegang babon serat yasan dalem Susuhunan seperti kitab Wulang Reh yasan dalem PB IV, dan serat babad Centhini yang ditulis semasa PB V. Kepandaiannya dalam bidang olah kanuragan atau ilmu beladiri pencak silat, membuat sang Raja berkenan menganugerahkan gelar padanya sebagai seorang Adipati.
Berkat kepiawaian beliau banyak bidang khususnya spiritual, BRAy Adipati Sedah Mirah dipercaya oleh Keraton untuk mengemban tugas sebagai pemimpin upacara dan ritual sakral yakni Adhang Dhandhang Kyai Duda atau menanak nasi menggunakan alat berupa kukusan dan dhandhang yang terbuat dari tembaga.
Dhandhang Kyai Duda adalah pusaka peninggalan Ki Ageng Tarub dan istrinya yang seorang bidadari Dewi Nawang Wulan. Berkat dhandhang pusaka ini pula bidadari Dewi Nawang Wulan menanak nasi cukup hanya satu butir beras tetapi nasinya bisa dimakan orang banyak. Selanjutnya BRAy Adipati Sedah Mirah memimpin acara labuh semua bekas acara ritual adhang dhandhang Kyai Duda ke pantai selatan tepatnya di pantai Parangkusumo. Acara ini cukup langka karena diadakan hanya setiap 8 tahun atau sewindu sekali.
Yang pasti, Adipati Sedah Mirah adalah seorang yang serba bisa, termasuk kecakapannya dalam ilmu pengobatan tradisional Jawa.
Begitulah beliau menjelaskan bagaimana kehidupannya di zaman dulu pada saat masih hidup dengan raga.
Sekarang beliau telah hidup tanpa raga dan mencapai tataran kamulyan sejati karena amal perbuatannya sewaktu hidup, beliau mengabdikan hidupnya agar berguna untuk banyak orang.
Keterangan :
Penulis akan membahas lebih dalam lagi sambil mengumpulkan sumber referensi tentang Kitab Ponconiti, babon serat yasan dalem Susuhunan seperti kitab Wulang Reh yasan dalem PB IV, dan serat babad Centhini yang ditulis semasa PB V dikesempatan artikel blogger berikutnya.
Catatan penulis blogger :
Team Imajiner Nuswantoro sampai saat ini masih memburu karya-karya pujangga Sedhah Mirah.
Sumber sementara bahwa Nyai Sedah Merah / Sedhah Mirah adalah seorang putri raja dari Blambangan, selain linuwih beliau juga ahli strategi perang juga seorang sastrawan / pujangga.