KI AGENG TARUB
Dengan
mengucap syukur Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas segala limpahan Rahmat, Taufik serta Hidayahnya. Sehingga pada kesempatan
ini dapat kami persembahkan sebuah tulisan sejarah ringkas KI AGENG TARUB yang
dimakamkan di desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa
Tangah.
Sejarah
ini berisi cerita tentang berbagai persoalan yang mampu menimbulkan daya
khayal, daya kagum dan juga sekaligus daya kritik bagi masyarakat, mulai dari
anak-anak yang seang tumbuh remaja sampai yah sudah dewasa.
Dalam
Sejarah ini mengajarkan budi pekerti terselubung yang seolah-olah penuh
rahasia, tetapi jika jeli dan pandai menangkap isi yang tersirat didalamnya
serta mampu menangkap rahasia yang terselip dibalik sejarah tersebut, maka kita
akan beruntung karena dapat menemukan nilai-nilai luhur peninggalan nenek moyang
atau Leluhur kita yang sangat berharga ini.
Dalam
Sejarah KI AGENG TARUB yang konon berhasil menikah dengan bidadari ini
disajikan kepada para pembaca dengan tujuan agar generasi muda dapat mengenal
suatu hal yang sebenarnya terjadi bukan hanya cerita fiktif belaka dan ini
salah satu asset budaya bangsa kita yang patut kita uri-uri dan kita pelihara
keberadaannya. Dari sejarah ini juga kita dapat memetik hikmah dan pelajaran
yang berisi pendidikan Agama Islam dan juga pelajaran Budi Perkerti yang luhur
dan nyaris punah dari hadapan kita ini.
Di
satu sisi figur KI AGENG TARUB juga seorang tokoh di Tanah Pulau Jawa yang
menurunkan tokoh-tokoh negarawan, dan tokoh-tokoh agama islam yang tersebar di
seluruh tanah Jawa dan bahkan Nusantara tercinta ini.
SITUS
MAKAM KI AGENG TARUB
Situs
makam KI AGENG TARUB ( JOKO TARUB ) walau banyak yang mengaku disana sini tapi
disini penulis tetap berkeyakinan bahwa situs makam yang asli adalah Makam KI
AGENG TARUB yang berada di esa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan
Propinsi Jawa Tengah.
Sebuah
penelitian situs makam KI AGENG TARUB yang pernah dilakukan oleh Ibu AMBAR
WIDYAWATI Alumnus UNES Tahun 2003 yang sekarang sebagai Pengajar di sebuah
Sekolah Menengah Atas Negeri, sekitar 8 tahun lalu melakukan penelitian situs
makam KI AGENG TARUB se EKS Karesidenan se Jawa Tengah beliau bersama mantan Dosennya
Bapak SUKADARYANTO menuturkan ada 5 situs di jawa Tengah antara lain :
1.
Di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.
2.
Di Desa Sani Kabupaten Pati.
3.
Di Desa Tarub Kabupaten Karanganyar.
4.
Di Desa Tarub Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.
5.
Di Desa Bulupitu Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen.
Namun
menurut beliau situs Makam Ki Ageng Tarub yang asli adalah situs makam yang
berada di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.
Disamping
dari hasil penelitian yang dilakukan Ibu AMBAR tersebut untuk menambah
keyakinan bahwa makam KI AGENG TARUB yang asli ada di Desa Tarub Kecamatan
Tawangharjo Grobogan adalah setiap tahun di laksanakan Haul Ki AGENG TARUB
selalu di hadiri dari Jajaran Karaton Surakarta Hadiningrat seperti Gusti
Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Ayu Koes Indriyah,
GKR Galuh serta yang lainnya setiap beliau-beliau memberikan sambutan pasti
mengatakan bahwa “ Disinilah letak Makam KI AGENG TARUB Leluhur Para Raja Tanah
Jawa yang sebenarnya...!!!! kepada para hadirin.
SEJARAH SINGKAT KI AGENG TARUB
Kurang
lebih pada tahun 1300 M ada utusan (Mubaligh) dari Arab yaitu Syeh Jumadil
Kubro beliau mempunyai putri bernama Thobiroh dan Thobiroh mempunyai putra Syeh
Maulana Maghribi. Pada saat itu beliau mendapat perintah untuk mengembangkan
Syiar agama Islam di Tanah Jawa, karena pada saat itu orang-orang jawa masih
memeluk agam Budha serta pada saat itu juga orang-orang jawa masih ahli dalam
bertapa dalam hal mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, sehingga orang-orang
Tanah Jawa banyak yang istilah jawa disebut “ Ora Tedhas Papak Palu ning Pande
“ (Kebal kulitnya terhadap senjata apapun).
Kemudian
Syeh Maulana Maghribi mulai memasukkan syariat Islam di tengah-tengah
masyarakat Jawa dalam berKhalwat untuk mendekatkan diri kepada ALLAH dengan
cara bertapa pula sehingga seperti budaya masyarakat Jawa yang masih beragama
budha dengan maksud untuk menarik perhatian masyarakat jawa untuk bias memeluk
agama Islam. Namun cara bertapa yang dilakukan oleh Syeh Maulana Maghribi lain
dengan cara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa umumnya, Syeh Maulana Maghribi
dalam bertapa dengan cara naik ke atas pohon dengan menggelantungkan badannya
seperti kelelawar cara seperti ini oleh masyarakat Jawa disebut dengan bertapa
Ngalong ( Kalong ) kemudian dalam bertapa Syeh Maulana Maghribi bertemu dengan
putrid Bupati Tuban I yang bernama DEWI RETNO ROSO WULAN adik perempuan R.
Sahid (Sunan Kalijaga). Yang saat itu Dewi Retno Roso Wulan diperintah oleh
Ayahandanya Adipati Wilotikto untuk melakukan bertapa Ngidang dengan cara masuk
hutan selama 7 tahun tidah boleh pulang dan tidak boleh makan kecuali makan
daun-daun yang berada di hutan.
Perintah
bertapa ini dilakukan oleh Dewi Retno Roso Wulan agar supaya cita-citanya untuk
bertemu dengan kakaknya Raden Sahid dapat terwujud. Namun dalam proses
pencarian R. Sahid berjalan ia bertemu dengan Syeh Maulana Maghribi, pertemuan
ini terjadi pada saat masih menjalankan bertapa, dan dari pertemuannya ini
mereka terjalin rasa saling mencintai dan saling ada kecocokan yang akhirnya
menjadi suami istri . Pertemuan keduanya yang sudah menjadi suami istri,
dilanjutkan dengan pulang ke Adipati Tuban untuk menghadap Ayahandanya, tetapi
Dewi Retno Roso Wulan yang sudah dalam keadaan hamil pulang seorang diri dan
tidak bersama suaminya Syeh Maulana Maghribi. Sesampainya di Kadipaten Tuban
Dewi Retno Roso Wulan ditanya oleh Ayahandanya “ Siapa Suamimu, sehingga kamu
pulang dalam keadaan hamil? “
Saat
ditanya Dewi Retno Roso Wulan diam tidak menjawab karena rasa takutnya kepada
ayahandanya, akhirnya Dewi Retno Roso Wulan kembali ke hiutan untuk mencari
suaminya yaitu Syeh Maulana Maghribi ayah dari anak yang dikandungnya itu.
Ditengah perjalanannya Dewi Retno Roso Wulan melahirkan seorang bayi laki-laki
yang keliahatan lucu, tempat dimana Dewi Retno Roso Wulan melahirkan bayi itu
sampai sekarang diberi nama Desa BABAR.
Setelah si Jabang bayi lahir niat untuk mencari Syeh Maulana Maghribi ayah dari bayi itu oleh Dewi Retno Roso Wulan tetap dilanjutkan dan saat mencari ayah si bayi Dewi Retno Roso Wulan masih dalam keadaan bertapa. Kemudian bayi di letakkan di Sendang ( Mata Air. Red ) dekat Syeh Maulana Maghribi bertapa diatas pohon Giyanti. Setelah melihat istrinya datang dengan bayinya Syeh Maulana Maghribi turun dari pertapaannya untuk menimang bayi yang putranya sendiri hasil pernikahannya dengan Dewi Retno Roso Wulan, entah ada rahasia apa yang kemudian bayi itu dibuatkan tempat yang sangat indah dan terbuat dari emas yang disebut BOKOR KENCONO.
Sementara
itu Dewi Kasihan ditinggal wafat suami tercintanya yang bernama Aryo
Pananggungan dan belum dikaruniai keturunan, karena sayangnya Dewi Kasihan
terhadap suaminya walau sudah wafat setiap malam ia selalu menengok makam
suaminya. Pada saat itu Syeh Maulan Maghribi membawa putranya yang telah
dimasukkan ke Bokor Kencono kemudian diletakkan didekat makam Aryo Pananggungan
tersebut.
Di
malam itu juga kebetulan Dewi Kasihan keluar dari rumah menengok arah makam
suaminya, ternyata didekat makam suaminya ada Bokor Kencono yang sangat indah
tersebut dan ternyata didalamnya ada bayi yang sangat mungil dan sangat lucu.
Disaat
itu pula Dewi Kasian sangat terperanjat hatinya ketika melihat si jabang bayi,
lalu diambilnya jabang bayi itu lalu dibawa pulang. Kabar mengenai orang
meninggal bias memberikan anak pada istri jandanya telah tersiar sampai
kepelosok negeri.
Masyarakat
berbondong-bondong ingin melihat kebenaran berita tersebut. Akhirnya Dewi Kasihan
yang semula tidak memiliki harta benda namun dengan adanya kabar tersebut yang
bisa mendatangkan banyak orang dan banyak memberikan uluran tangan kepada Dewi
Kasihan sehingga lambat laun Dewi Kasihan menjadi kaya raya berkat uluran
tangan dari orang-orang yang dating melihat bayi tersebut. Jabang bayi tersebut
oleh Dewi Kasihan diberi nama JOKO TARUB.
Nama
JOKO TARUB diambil dari kata TARUBAN yang diatas makam suaminya, karena saat
jabang bayi diambil Dewi Kasihan berada diatas makam ARYA PENANGGUNGAN atau
suaminya, dimana makam tersebut dibuat bangunan TARUBAN.
Pada
usia kanak-kanak JOKO TARUBmempunyai kegemaran menangkap kupu-kupu di lading,
setelah dewasa JOKO TARUB mulai berani masuk hutan untuk mencari burung-burung
dihutan pada suatu saat Joko Tarub sedang mencari burung dihutan Joko Tarub
bertemu dengan orang tua yang memberikan bimbingan ilmu Agama dan diberi
aji-aji ( Pusaka. Red ) yang diberi nama “ TULUP TUNJUNG LANANG “.
Diwaktu
mendapat pusaka berupa tulup tersebut JokoTarub langsung bergegas pulang untuk
menyampaikan berita tersebut kepada ibu asuhnya yakni Dewi Kasian,selain itu
juga Joko Tarub bercerita bahwa di tengah hutan Joko Tarub telah berjumpa
dengan orang yang sudah sangat tua, dalam pertemuannya itulah Joko Tarub diberi
Pusaka berupa sebuah TULUP (Sumpit) yang diberi nama “ TULUP TUNJUNG
LANANG “, mengingat rasa sayangnya kepada Joko Tarub anak satu-satunya Dewi
Kasihan tidak memperbolehkan lagi Joko Tarub pergi ke hutan untuk mencari
burung, mereka khawatir kalua anak satu-satunya ini diterkam binatang buas atau
dibunuh orang yang tidak senang dengan Joko Tarub. Namun Joko Tarub tidak takut
lebih-lebih sekarang dia telah memiliki bekal pusaka Tulup Tunjung Lanang, maka
Joko Tarub masih saja senang masuk hutan untuk berburukususnya burung-burung.
Kebiasaan
berburu burung tetap saja dilakukan oleh Joko Tarub sehingga pada suatu ketika
saat Joko Tarub sampai di atas pegunungan, dia mendengar suara burung perkutut
yang sangat indah sekali suaranya. Kemudian pelan-pelan Joko Tarub mendekati
arah suara burung perkutut itu berada, setelah menemukannya langsung Joko Tarub
melepaskan anak tulup itu kearah burung tersebut, namun usahanya gagal. Dan
kegagalannya itu membuat si Joko Tarub berfiki dan beranggapan bahwa burung
Perkutut itu pasti bukan sembarang burung atau bukan burung Perkutut biasa.
Usaha
berburu burung dilanjutkan hingga terdengar lagi suara burung dari arah
selatan, kemudian dia dekati lagi dengan sangat pelan-pelan lalu dilepaskannya
lagi anak tulup kearah burung tersebut, akan tetapi tidak mengenainya lagi dan
ternyata anak tulup justru mengenai dahan pohon jati dimana burung perkutut itu
hinggap dan bersuara. Dan tempat yang ditinggalkan burung perkutut tadi
sekarang diberi nama “ KARANG GETAS “.
Usaha
berburu burung selalu gagal sehingga Joko Tarub merasa sedih, karena
kesedihannya maka Joko Tarub memberinya nama “ DUKUH SEDAH “.
Kemudian
terdengar lagi suara burung dari arah yang sama didekati dengan pelan-pelan dan
pada posisi yang strategis dan burung dalam keadaan terpojok, maka anak
Tulup
pun kembali dilepaskan namun tidak kena lagi dan burung pun terbang kea rah
selatan lagi, dan tempat tersebut diberi nama “ DUKUH POJOK “. Akan tetapi Si
Joko Tarub pemuda yang tidah mudah putus asa maka upaya memburu burung perkutut
tadi terus saja dilakukan. Burung perkutut yang dia buru tadi terbang kea rah
selatan terus dan hinggap di sebuah pohon asam, Joko Tarub selalu berusaha
melepaskan anak tulupnya kearah burung tersebut akan tetapi usahanya selalu
gagal dan burung itu terbang lagi menuju arah selatan terus. Dan tempat burung
perkutut hinggap di pohon asam tadi dan tempat yang ditinggalkan diberi nama “
DUKUH KARANGASEM “
Sambil
mengejar burung perkutut yang selaluterbang menuju arah selatan Joko tarub
sambil merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung yang
wajar ataukah burung yang merupakan godaan? Dan tempat Joko Tarub merenungkan
burung tersebut maka diberi nama “ DUKUH GODAN”. Setelah merenung sesaat lantas
Joko Tarub kembali bergegas untuk mengejar burung buruannya tadi yang menuju
kea rah selatan dan terus keselatan, dan tempat melihat burung terbang menuju
arah selatan Joko Tarub memberikan nama “ DUKUH JENTIR”.
Karena
kemauannya yang keras Joko Tarub terus berusaha mengejar dan melacak kea rah
selatan dimana burung perkutut tadi terbang, ketika saat pencariannya Joko
Tarub tiba disuatu tempat yakni SENDANG TELOGO dan di tepi sendang itu Joko
Tarub Menancapkan Tulup Pusakanya, karena saat itu tiba waktunya Sholat Dzuhur,
sambil istirahat Joko Tarub menuju kearah sendang untuk mengambil air wudlu
untuk Sholat Dzuhur. Disaat Joko Tarub berwudlu tiba-tiba datanglah bidadari
untuk mandi, saat itu pula ada salah satu pakain dari bidadari yng diletakkan
diatas Tulup Pusaka Joko Tarub yang sedang ditancapkan ditepi sendang, setelah
habis wudlu dan sholat dzuhur Joko Tarub langsung pulang tanpa membawa buah
hasil buruannya kemudian sesampainya dirumah Joko tarub laporan kepada ibunya
sambil berkata “ Ibunda saya berburu hari ini tidak mendapatkan satu burung
pun, akantetapi saya hanya mendapatkan pakain perempuan yang ditaruh diatas
tulup saya dan dia sedang mandi di SENDANG TELAGA……”
Tanpa
banyak bertanya sang Ibu langsung menyimpan pakaian tersebut di ruang kusus
untuk menumpuk padi ( Lumbung.red ), kemudian Joko Tarub bergegas kembali lagi
ke sendang dengan membawa pakaina ibunya, setelah sampai di dekat sendang
ternyata para bidadari sudah terbang, dan masih ada yang tertinggal satu
bidadari yang masih berada di tepi sendang Telogo dengan menangis sedih sambil
berkata “ Sopo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen
kakung tak dadekke bojoku “ artinya “ Barang siapa yang bis menolong aku jika
dia perempuan aku jadikan saudaraku dan jika dia laki-laki maka akan saya
jadikan suami” disaat itu Joko Tarub mendekat di bawah pohon sambil melontarkan
pakaian ibunya tadi, setelah berpakaian bidadari itu langsung diajak pulang ke
rumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putrid ini adalah putri
Sendang Telogo.
Sesuai
dengan Ikrar atau janji sang bidadari yang menyatakan “ Sopo sing biso nulung
aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung tak dadekke bojoku “,
akhirnya Joko Tarub menikah dengan bidadari yang bernama DEWI NAWANG WULAN.
Adapun sendang yang digunakan untuk mandi bidadari diberi nama “ SENDANG TELOGO
BIDADARI “ yang berada di DUKUH SREMAN desa POJOK Kecamatan Tawangharjo
Kabupaten Grobogan. Tanah Sendang Telaga Bidadari tersebut milik Keraton
SURAKARTA HAININGRAT atau disebut TANAH PERDIKAN, dan sampai saat ini lokasi
Sendang Bidadari oleh masyarakat masih dikeramatkan kususnya pada malam 10
Muharam.
Setelah
Joko Tarub menikah dengan Dewi Nawang Wulan mendapat gelar KI AGENG atau SUNAN
TARUB, beliau menyebarkan Agama islam untuk meneruskan perjuangan ayahandanya
yakni Syekh Maulana Maghribi. Dalam pernikahannya beliau dikaruniai seorang
keturunan yang diberi nama DEWI NAWANGSIH.
Pada
saat masih bayi Dewi Nawangsih mengalami riwayat yang sangat hebat. Dikala Dewi
Nawangsih di ayunan, ibunya hendak berangkat mencuci pakaian disungai yang
terletak tidak begitu jauh dari rumah kediaman Ki Sunan Tarub berpesan kepada
suaminya yakni Ki Ageng Tarub agar mengayun putrinya yang sedang terlelap tidur
dan jangan sampai membuka KEKEP (penutup dandang). Berangkatlah Dewi
Nawang Wulan untuk mencuci pakaian ke sungai, namun setelah Dewi Nawang Wulan
pergi kesuangai rasa ingin tahu Ki Ageng Tarub terhadap pesan istrinya timbul
dan semakin penasaran apa yang sebenarnya dimasak oleh istrinya sampai beliau
berpesan seperti itu,
kemudian
diam-diam Ki Ageng Tarub membuka kekep itu, setelah melihat yang ada dalam
kukusan beliau sangat terkejut ternyata yang dimasak istrinya hanyalah seuntai
padi. Tidak lama kemudian Dewi Nawang Wulan dating dan langsung membuka masakan
tersebut dan ternyata masakan masih utuh berupa padi untaian.
Kemudian
Dewi Nawang Wulan bertanya kepada suaminya “ Apakah Ki Ageng membuka kekep itu?
“ Dengan jujur Ki Ageng Tarub menjawab “ Ya memang aku membukanya istriku”
Melihat
kejadian itu Dewi Nawang Wulan menyadari sehingga beliau meminta kepada Ki
Ageng Tarub untuk dibuatkan peralatan dapur yang berupa Lesung, Alu dan Tampah.
Setelah
kejadian itu Dewi Nawang Wulan sebelum memasak beras untuk menjadi nasi harus
menumbuk padi terlebih dahulu, sehingga lambat laun padi yang berada di lumbung
semakin lama semakin habis. Setelah tumpukan padi semakin menipis dan sampai
tumpukan yang paling bawah yaitu padi ketan hitam ternyata ada pakainnya yang
dulu hilang disaat mandi diletakkan di tepi telaga diatas tulup Jaka Tarub yang
kemudian diberikan kepada diberikan kepada ibu Jaka Tarub dan oleh ibu Jaka
Tarub diletakkan di bawah tumpukan padi kemudian diambilnya pakaian tersebut
oleh Dwi Nawang Wulan dan terus menghadap Jaka Tarub.
Dengan
diketemukan pakaian Dewi Nawang Wulan timbullah niat Dewi Nawang Wulan untuk
kembali ke asalnya yaitu alam Kawidodaren (Alam Bidadari).
Dewi
Nawang Wulan sebelum pergi berpesan kepada suaminya si Jaka Tarub, bila
putrinya menangis minta disusui agar diletakkan di depan rumah di atas
anjang-anjang.
Sesampainya
di alam kawidodaren, Dewi Nawang Wulan tidak diterima oleh Ayahandanya karena
telah dianggap melanggar Pranatan ( Peraturan. Red ) yang ada di alam
kawidodaren, sehingga Dewi Nawang Wulan berniat menuju ke Laut Selatan,
sesampainya di Laut Selatan Dewi Nawang Wulan berperang dengan Nyai Roro Kidul
sebagai penguasa laut selatan dan akhirnya Nyai Roro Kidul mampu di taklukkan
oleh Dewi Nawang Wulan dan akhirnya Laut Selatan menjadi kekuasaan Dewi Nawang
Wulan dan Nyai Roro Kidul menjadi Punggawa Dewi Nawang Wulan.
Pada
waktu itu kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Brawijaya V. Sepeninggal
permaisuri sang prabu sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan. Suatu malam
sang Prabu bermimpi bila sakitnya ingin sembuh Sang Prabu harus mengawini PUTRI
WIRI KUNING, kemudian sang Prabu terbangun dari tidurnya dan memanggil Sang
Patih kemudian sang Patih diperintah untuk mengumpulkan semua putrid-putri yang
ada di Kerajaan. Setelah putri-putri dikumpulkan oleh sang patih setiap putrid
diteliti dan dicocokkan dengan impian sang Prabu. Setelah diteliti satu per
satu dan dicocokkan dengan impian sang Prabu ternyata Putri Wiri Kuning adalah
pembantu sang Prabu sendiri, kemudian pembantunya di sunting dan di peristri
oleh sang Prabu. Dan tidak begitu lama dari Pernikahan sang Prabu dengan Dewi
Wiri Kuning nampaklah tanda-tanda kehamilan Dewi Wiri Kuning dan waktu terus
berjalan hingga tiba waktunya lahirlah seorang jabang bayi, kemudian sang Prabu
memanggil Ki Juru Martani untuk mengasuh dan mendidik bayi tersebut.
Jabang
bayi yang telah diserahkan Prabu Brawijaya V kepada Ki Juru Martani adalah
seorang anak laki-laki kemudian diberi nama BONDAN KEJAWAN, suatu saat ketika
Bondan Kejawan sudah tumbuh semakin besar, tahu bahwa ayah asuhnya hendak
membayar pajak ( upeti ) ke Kerajaan majapahit dan saat itu pula Bondan Kejawan
juga mendengar ayahnya hendak pergi ke Kerajaan maka Bondan Kejawan berniat
akan ikut ayah asuhnya ke Kerajaan, namun oleh ayah asuhnya tidak diijinkan
untuk ikut karena dianggap masih terlalu anak-anak takut mengganggu pisowanan
ayah asuhnya di Kerajaan.
Dengan
tidak diperbolehkannya Bondan Kejawan mengikuti ayah asuhnya pergi ke Kerajaan,
Bondan Kejawan nekat lari dulu dan sampailah Bondan Kejawan di Kerajaan
Majapahit. Sesampainya di Kerajaan Bondan Kejawan langsung masuk Keraton dan
langsung naik di atas kursi Raja, kemudian menabuh bende ( Gong. Red ).
Mendengar bende Kerajaan berbunyi Sang Prabu sangat marah kemudian anak itu di
tangkap dan dan kemudian dimasukkan ke dalam sel penjara Kerajaan.
Tidak
begitu lama dari kejadian itu kemudian datanglah Ki Juru Martani dengan membawa
padi yang digunakan untuk membayar Upeti , selesai membayar upeti (pajak)
kemudia Ki Juru Martani menghadap baginda raja Sang Prabu Brawijaya V dan
menanyakan anak kecil yang masuk di kerajaan dan membunyikan bende kerajaan,
kemudian
diberitahukan kepada Sang Prabu bahwa anak tersebut diberi nama Bondan Kejawan
adalah putra Sang Prabu Brawijaya sendiri yang diasuh oleh Ki Juru Martani.
Sang
Prabu sedikit terkejut kemudian memanggil anak kecil tersebut sambil membawa
cermin untuk melihat wajah Sang Prabu Sendiri, setelah melihat anak tersebut
dan bercermin ternyata raut wajah BONDAN KEJAWAN mirip sekali dengan Raut wajah
Sang Prabu Brawijaya V sendiri. Sang Prabu Brawijaya V baru yakin dan percaya
bahwa anak tersebut ternyata puteranya sendiri. Selanjutnya Ki Juru Martani
diperintah Sang Prabu untuk mengantarkan puteranya kepada saudaranya yaitu Ki
Ageng Tarub, agar puteranya diasuh dan dididik agama Islam oleh Ki Ageng Tarub.
Dengan
pendidikan ilmu agam islam dan budi pekerti dari Ki Ageng Tarub, maka BONDAN
KEJAWAN tumbuh sebagai anak dewasa yang menguasai banyak hal termasuk ajaran
agama Islam. Dengan tingkah laku dan budi pekerti yang baik, pengetahuan yang
luas serta kepribadian yang matang, timbullah niat BONDAN KEJAWAN untuk berumah
tangga.
Karena
Bondan Kejawan sudah dewasa menurut Ki Ageng Tarub dia memiliki kepribadian
yang baik maka dijodohkan dengan putre Ki Ageng Tarub sendiri yakni Dewi
Nawangsih, dan oleh Ki Ageng Tarub BONDAN KEJAWAN disuruh untuk melanjutkan
perjuangannya mengembangkan ilmu dan ajaran agama islam.
Dari
Pernikahan Bondan Kejawan dengan Dewi Nawangsih beliau dikaruniai keturunan
yang di beri nama KI AGENG GETAS PENDOWO, dan kemudian setelah menikah KI AGENG
GETAS PENDOWO dikaruniai putera di beri nama KI AGENG SELO (SYECH ABDURROHMAN), dari beliaulah terlahir Raja-raja besar di Tanah Jawa.
Setelah
KI AGENG TARUB wafat kemudian di makamkan di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo
Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Dan sampai sekarang makam KI AGENG TARUB banyak
di kunjungi para pelaku spiritual yang Ziarah disana dari berbagai daerah di
seluruh wilayah Negara Indonesia, bahkan di setiap Tahunnya masih rutin
dilaksanakan acara Ritual HAUL KI AGENG TARUB yang selalu dihadiri dari
Punggawa Keraton Surakarta Hadiningrat.
Adapun
tepatnya Haul Ki Ageng Tarub dilaksanakan tepat tanggal 15 Syafar disetiap
tahunnya, adapun acara bulanan rutin berupa Dzikir dan Istigotsah bersama
dilaksanakan pada setiap malam Purnama (tanggal 14 Purnama).
Demikian
sekilas sejarah singkat KI AGENG TARUB yang dapat kami sajikan semoga dengan
tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat dipahami tentang siapa JOKO TARUB dan
dimana Makam JOKO TARUB? Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam tulisan ini masih
banyak kekurangan-kekurangannya.