Nasihat Sunan Kalijaga Lewat Lakon Semar
1. Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe
(Jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).
2. Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo
(Jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain).
3. Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti Allah
(Jangan mengaku suci jika masih belum bisa menyatu dalam Gusti).
****
Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan misalnya dalam kakawin Siwa Sogata, Sanghyang Nawaruci dan Sudamala (yang juga terdapat dalam relief di Candi Sukuh).
Beliau dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, sosok paripurna yang telah menemukan jati dirinya.
Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, sumeleh ing pamikir (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan sumarah ing karep (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).
Kata Jawa sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti eling, dan waspada. Meskipun seseorang keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut ora njowo. Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut njowo. Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, Syekh Siti Jenar sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya. Melalui lakon Semar dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran tentang manusia Jawa sejati.