WALI SONGO SUNAN GIRI
Sunan Giri atau yang mempunyai nama lain Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra adalah nama salah seorang Wali Songo yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo orek werdaning ratu” (1365 Saka). dan wafat pada tahun Saka Candra Sengkala “Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428 Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
ANAK MAULANA ISHAQ DARI IBU DEWI SEKARDADU PUTRI PRABU MENAK SEMBUYU
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangan sebagai pembawa kutukan berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri disambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk menghanyutkannya ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dewi Sekardaru. Dewi Sekardadu berlari mengejar bayi yang barusaja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai dengan tidak memikirkan lagi akan nasib dirinya. Dewi Sekardadupun meninggal dalam pencariannya.
Peti besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hinga ke tengah laut. Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil di tengah laut. Tak ayal cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya. Awak kapalpun memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan mengangkanya sebagai anak dengan memberikan nama Joko Samudra.
MAKAM SUNAN GIRI
Saat mulai remaja diusianya yang 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa kecilnya.
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu untuk kembali ke Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh tempat yang diinginkannya, Raden ‘Ainul Yaqin berkelana untuk mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahanya. Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya. Maka didatangilah bukit itu dan di lihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada di kota Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku. Karena pengaruhnya yang luas saat itu Raden Paku mendapat julukan sebagai Raja dari Bukit Giri. Pengaruh pesantren Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan yang disebut Giri. Kerajaan Giri Kedaton menguasai daerah Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Terdapat beberapa karya seni tradisonal. Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, di antaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Jor, Gula-gantiLir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.Perjalanan Sunan Giri.
Selama 40 hari, Raden Paku bertafakur di sebuah gua. Ia bersimpuh, meminta petunjuk Allah SWT, ingin mendirikan pesantren. Di tengah hening malam, pesan ayahnya, Syekh Maulana Ishak, kembali terngiang: ''Kelak, bila tiba masanya, dirikanlah pesantren di Gresik.'' Pesan yang tak terlalu sulit, sebetulnya. Tapi, ia diminta mencari tanah yang sama persis dengan tanah dalam sebuah bungkusan ini. Selesai bertafakur, Raden Paku berangkat mengembara. Di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas, ia kemudian mendirikan Pesantren Giri. Sejak itu pula Raden Paku dikenal sebagai Sunan Giri. Dalam bahasa Sansekerta, ''giri'' berarti gunung. Namun, tak ada peninggalan yang menunjukkan kebesaran Pesantren Giri -yang berkembang menjadi Kerajaan Giri Kedaton. Tak ada juga bekas-bekas istana. Kini, di daerah perbukitan itu hanya terlihat situs Kedaton, sekitar satu kilometer dari makam Sunan Giri.
Di situs itu berdiri sebuah langgar berukuran 6 x 5 meter. Di sanalah, konon, sempat berdiri sebuah masjid, tempat Sunan Giri mengajarkan agama Islam. Ada juga bekas tempat wudu berupa kolam berukuran 1 x 1 meter. Tempat ini tampak lengang pengunjung. ''Memang banyak orang yang tidak tahu situs ini,'' kata Muhammad Hasan, Sekretaris Yayasan Makam Sunan Giri, kepada GATRA. Syahdan, Pesantren Giri terkenal ke seluruh penjuru Jawa, bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Menurut Babad Tanah Jawi, murid Sunan Giri juga bertebaran sampai ke Cina, Mesir, Arab, dan Eropa. Pesantren Giri merupakan pusat ajaran tauhid dan fikih, karena Sunan Giri meletakkan ajaran Islam di atas Al-Quran dan sunah Rasul. Ia tidak mau berkompromi dengan adat istiadat, yang dianggapnya merusak kemurnian Islam. Karena itu, Sunan Giri dianggap sebagai pemimpin kaum ''putihan'', aliran yang didukung Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Tapi, Sunan Kalijaga menganggap cara berdakwah Sunan Giri kaku.
Menurut Sunan Kalijaga, dakwah hendaklah pula menggunakan pendekatan kebudayaan. Misalnya dengan wayang. Paham ini mendapat sokongan dari Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Perdebatan para wali ini sempat memuncak pada peresmian Masjid Demak. 'Aliran Tuban Sunan Kalijaga ingin meramaikan peresmian itu dengan wayang. Tapi, menurut Sunan Giri, menonton wayang tetap haram, karena gambar wayang itu berbentuk manusia. Akhirnya, Sunan Kalijaga mencari jalan tengah. Ia mengusulkan bentuk wayang diubah: menjadi tipis dan tidak menyerupai manusia. Sejak itulah wayang beber berubah menjadi wayang kulit. Ketika Sunan Ampel, 'ketua' para wali, wafat pada 1478, Sunan Giri diangkat menjadi penggantinya.
Atas usulan Sunan Kalijaga, ia diberi gelar Prabu Satmata. Diriwayatkan, pemberian gelar itu jatuh pada 9 Maret 1487, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Gresik. Di kalangan Wali nan Sembilan, Sunan Giri juga dikenal sebagai ahli politik dan ketatanegaraan. Ia pernah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata cara di keraton. Pandangan politiknya pun dijadikan rujukan.
Menurut Dr. H.J. De Graaf, lahirnya berbagai kerajaan Islam, seperti Demak, Pajang, dan Mataram, tidak lepas dari peranan Sunan Giri. Pengaruhnya, kata sejarawan Jawa itu, melintas sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Hitu, dan Ternate. Konon, seorang raja barulah sah kerajaannya kalau sudah direstui Sunan Giri. Pengaruh Sunan Giri ini tercatat dalam naskah sejarah Through Account of Ambon, serta berita orang Portugis dan Belanda di Kepulauan Maluku. Dalam naskah tersebut, kedudukan Sunan Giri disamakan dengan Paus bagi umat Katolik Roma, atau khalifah bagi umat Islam. Dalam Babad Demak pun, peran Sunan Giri tercatat. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh karena diserang Raja Girindrawardhana dari Kaling Kediri, pada 1478, Sunan Giri dinobatkan menjadi raja peralihan. Selama 40 hari, Sunan Giri memangku jabatan tersebut.
Setelah itu, ia menyerahkannya kepada Raden Patah, putra Raja Majapahit, Brawijaya Kertabhumi. Sejak itulah, Kerajaan Demak Bintoro berdiri dan dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Padahal, sebenarnya, Sunan Giri sudah menjadi raja di Giri Kedaton sejak 1470. Tapi, pemerintahan Giri lebih dikenal sebagai pemerintahan ulama dan pusat penyebaran Islam. Sebagai kerajaan, juga tidak jelas batas wilayahnya. Tampaknya, Sunan Giri lebih memilih jejak langkah ayahnya, Syekh Maulana Ishak, seorang ulama dari Gujarat yang menetap di Pasai, kini Aceh. Ibunya Dewi Sekardadu, putri Raja Hindu Blambangan bernama Prabu Menak Sembuyu.
Kisah Sunan Giri bermula ketika Maulana Ishak tertarik mengunjungi Jawa Timur, karena ingin menyebarkan agama Islam. Setelah bertemu dengan Sunan Ampel, yang masih sepupunya, ia disarankan berdakwah di daerah Blambangan. Ketika itu, masyarakat Blambangan sedang tertimpa wabah penyakit. Bahkan putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, ikut terjangkit. Semua tabib tersohor tidak berhasil mengobatinya. Akhirnya raja mengumumkan sayembara: siapa yang berhasil mengobati sang Dewi, bila laki-laki akan dijodohkan dengannya, bila perempuan dijadikan saudara angkat sang dewi. Tapi, tak ada seorang pun yang sanggup memenangkan sayembara itu. Di tengah keputusasaan, sang prabu mengutus Patih Bajul Sengara mencari pertapa sakti.
Dalam pencarian itu, patih sempat bertemu dengan seorang pertapa sakti, Resi Kandayana namanya. Resi inilah yang memberi ''referensi'' tentang Syekh Maulana Ishak. Rupanya, Maulana Ishak mau mengobati Dewi Sekardadu, kalau Prabu Menak Sembuyu dan keluarganya bersedia masuk Islam. Setelah Dewi Sekardadu sembuh, syarat Maulana Ishak pun dipenuhi. Seluruh keluarga raja memeluk agama Islam. Setelah itu, Dewa Sekardadu dinikahkan dengan Maulana Ishak. Sayangnya, Prabu Menak Sembuyu tidak sepenuh hati menjadi seorang muslim. Ia malah iri menyaksikan Maulana Ishak berhasil mengislamkan sebagian besar rakyatnya. Ia berusaha menghalangi syiar Islam, bahkan mengutus orang kepercayaannya untuk membunuh Maulana Ishak. Merasa jiwanya terancam, Maulana Ishak akhirnya meninggalkan Blambangan, dan kembali ke Pasai. Sebelum berangkat, ia hanya berpesan kepada Dewi Sekardadu yang sedang mengandung tujuh bulan agar anaknya diberi nama Raden Paku. Setelah bayi laki-laki itu lahir, Prabu Menak Sembuyu melampiaskan kebenciannya kepada anak Maulana Ishak dengan membuangnya ke laut dalam sebuah peti. Alkisah, peti tersebut ditemukan oleh awak kapal dagang dari Gresik, yang sedang menuju Pulau Bali.
Bayi itu lalu diserahkan kepada Nyai Ageng Pinatih, pemilik kapal tersebut. Sejak itu, bayi laki-laki yang kemudian dinamai Joko Samudro itu diasuh dan dibesarkannya. Menginjak usia tujuh tahun, Joko Samudro dititipkan di padepokan Sunan Ampel, untuk belajar agama Islam. Karena kecerdasannya, anak itu diberi gelar ''Maulana `Ainul Yaqin''. Setelah bertahun-tahun belajar, Joko Samudro dan putranya, Raden Maulana Makhdum Ibrahim, diutus Sunan Ampel untuk menimba ilmu di Mekkah.
Tapi, mereka harus singgah dulu di Pasai, untuk menemui Syekh Maulana Ishak. Rupanya, Sunan Ampel ingin mempertemukan Raden Paku dengan ayah kandungnya. Setelah belajar selama tujuh tahun di Pasai, mereka kembali ke Jawa. Pada saat itulah Maulana Ishak membekali Raden Paku dengan segenggam tanah, lalu memintanya mendirikan pesantren di sebuah tempat yang warna dan bau tanahnya sama dengan yang diberikannya. Kini, jejak bangunan Pesantren Giri hampir tiada. Tapi, jejak dakwah Sunan Giri masih membekas. Keteguhannya memurnikan agama Islam juga diikuti para penerusnya.
PERANAN SUNAN GIRI DALAM PERJUANGAN WALI SONGO (VERSI 1)
Dimuka telah disebutkan bahwa hanya dalam tempo waktu tiga tahun Sunan Giri berhasil mengelola Pesantrennya hingga namanya terkenal ke seluruh Nusantara. Menurut Dr. H.J. De Graaf, sesudah pulang dari pengembaraannya atau berguru ke Negeri Pasai, ia memperkenalkan diri kepada dunia, kemudian berkedudukan di atas bukit di Gresik, dan ia menjadi orang pertama yang paling terkenal dari Sunan-sunan Giri yang ada. Di atas gunung tersebut seharusnya ada istana karena dikalangan rakyat dibicarakan adanya Giri Kedaton ( Kerajaan Giri ) . Murid-murid Sunan Giri berdatangan dari segala penjuru, seperti Maluku, Madura, Lombok, Makasar, Hitu dan Ternate. Demikian menurut De Graaf.
Menurut Babat Tanah Jawa murid-murid Sunan Giri itu justru bertebaran hampir di seluruh penjuru benua besar, seperti Eropa (Rum), Arab, Mesir, Cina dan lain-lain.
Semua itu adalah pengembara kebesaran nama Sunan Giri sebagai ulama besar yang sangat dihormati orang pada jamannya. Disamping pesantrennya yang besar ia juga membangun masjid sebagai pusat ibadah dan pembentukan iman ummatnya. Untuk para santri yang datang dari jauh beliau juga membangun asrama yang luas.
Disekitar bukit tersebut sebenarnya dahulu jarang dihuni oleh penduduk dikarenakan sulitnya mendapatkan air. Tetapi dengan adanya Sunan Giri masalah air itu dapat diatasi. Cara Sunan Giri membuat sumur atau sumber air itu sangat aneh dan gaib, hanya beliau seorang yang mampu melakukannya.
PERAN SUNAN GIRI (VERSI 2)
1. Islam Di daerah Blambangan.
Ketika Raden paku selesai belajar di pasai kemudian beliau bersama Raden Makdhum Ibrahim meneruskan perjalanan ke mekah untuk menuaikan ibadah haji, kemudian baru pulang ke Jawa. Setelah itu, Raden Paku ditugaskan sunan ampel untuk kembali berdakhwah ke negeri blambangan (tempat kakek kandungnya sendiri, Prabu Minak Sembuyu). Prabu Minak Sembuyu sangat senang sekali sebab cucunya yang pernah dibuang ke lautan itu ternyata masih hidup dan kini sudah dewasa.Setelah mengetahui tujuan raden paku untuk mendakwahkan Islam, Prabu Minak Sembuyu tidak menghalang halanginya.Karena itu lah,akhirnya Agama islam menjadi berkembang di Blambangan. Sedang agama Hindu Budha menjadi terdesak sampai ke pulau bali dan gunung tengger.
2. Perkembangan islam di Gresik.
Menurut riwayat lain,setelah selesai belajar di pasai Maulana Ishaq memerintah sunan giri untuk kembali ke Jawa. Sebelum itu, Raden Paku dibekali bungkusan kain putih yang berisi tanah. Jika ia telah sampai digresik, maka Raden Paku diperintah untuk mendirikan pesantren yang warna tanahnya sama dengan warna tanah yang ada dibungkusan itu.Setelah itu Raden Paku pergi kembali pulang untuk memberitahu pengalamannya itu kepada Sunan Ampel dan kemudian ia diperintahkan tuk kembali ke Gresik untuk bertemu kembali dengan ibu angkatnya, Nyai Ageng Pinatih. Ketika sampai di Gresik, ia kembali membantu Nyi Ageng Pinatih untuk berdagang sambil berdakwah. Ada salah satu peristiwa yang merupakan salah satu keistimewaan Sunan Giri yaitu mengubah karung yg semula berisi batu dan pasir menjadi karung yang berisi damar, rotan, dan emas,dsb. Dan akibat peristiwa itu Nyi Ageng Pinatih yang semula tdk pernah bersedekah menjadi org yg senang berzakat kepada fakir miskin di wilayah gresik. Dan dengan demikian Islam menjadi lebih berkembang di Gresik (Peristiwa panjangnya akan dijelaskan di keistimewaan nanti).
3. Pembangunan Pesantren Giri.
Setelah menikah, Sunan Giri tetap membantu ibunya berdagang sambil menyebarkan islam. Karena itulah Sunan Giri banyak dikenal di nusantara. Demikian juga sewaktu dirumah beliau mengajar orang orang yang ingin belajar kepadanya. Tapi Nampaknya, semakin lama semakin banyak orang yang ingin belajar kepada sunan giri. Kemudian Sunan Giri meminta izin untuk meninggalkan dunia perdagangan dan memfokuskan dirinya dalam penyiaran agama Islam dengan mendirikan pesantren. Setelah ada persetujuan, Sunan Giri mengasingkan diriuntuk bertafakur selama 40 hari 40 malam di sebuah goa didesa kembangan wilayah gresik.Setelah bertafakur ia kembali teringat akan pesan ayahnya untuk mencari tanah yang sama dengan bungkusan itu. Kemudian ia mulai mengembara dan Pada akhirnya Sampailah ia di daerah yang dimaksud itu. Maka Sunan Giri segera membangun pesantren dengan bantuan masyarakat dan nyai ageng pinatih. Pesantren itu terletak di daerah dataran tinggi atau perbukitan. Kemudian Pesantren itu diberi nama pesantren GIRI. Giri adalah Bahasa sanksekerta yang artinya gunung. Pesantren itu kini terletak di dusun desa sidomukti, kecamatan kebomas, Gresik.
4. Dalam Peresmian Masjid Demak.
Sunan Giri juga ikut berperan dalam peresmian masjid demak.Ketika itu Sunan kalijaga hendak meresmikan masjid demak dengan pertunjukan wayang.Pada waktu itu pertunjukan wayang bentuknya masih berupa wayang beber. Wayang beber itu wayang yang bentuknya mirip manusia. Tetapi pendapat Sunan Kalijaga ini ditolak oleh Sunan Giri. Karena, wayang bergambar manusia itu haram hukumnya menurut ajaran Islam. Karena peringatan itulah,sunan kalijaga membentuk kreasi wayang yang bentuknya mirip karikatur dan saat itulah wayang kulit tidak berwujud gambar manusia. Sewaktu peresmian, pagelaran wayang kulit dibuka untuk mengumpulkan rakyat dan baru boleh masuk kalau sudah membayar dengan mengucapkan dua kalimat syahadat sbg karcisnya.dengan demikian,persebaran islam semakin meningkat.
5. Pesantren giri menjadi giri kedaton..
Semakin lama persebaran masyarakat semakin luas,maka Pesantren Giri kini berubah nama menjadi giri kedaton yang menurut babad jawa artinya keraton/kerajaan Giri
6. Sunan Giri Sebagai sesepuh Wali Sanga.
Dengan adanya giri kedaton menunjukan bahwa di giri ada semacam pemerintahan ulama.Tepatnya Ketika Sunan Ampel wafat, Sunan Giri diangkat menjadi sesepuh walisanga/pemimpin Islam se jawa timur. Maka dari itu, berarti Sunan Giri adalah pemimpin walisongo sekaligus menjadi seorang raja di Giri Kedaton.
Sampai akhir hayatnya, Sunan Giri tetaplah merupakan pahlawan islam yang sangat diagungkan. Beliau merupakan orang yang banyak menyebarkan ajaran Islam di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan sekitarnya. Tepat pada hari Senin bulan Dzulhijjah beliau meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di Gunung Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Sampai saat ini banyak peziarah dari penjuru tanah air datang ke makam beliau karena jasa-jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam. Semoga jasa-jasa beliau dalam menegakkan ajaran agama Islam diterima di sisi Allah SWT. Amien Ya Robbal Aalamien.
METODE BERDAKWAH
Sunan Giri Berdakwah melalui cara ceramah-ceramah di masyarakat dan di pesantren Giri.Selain Ceramah,beliau juga menyampaikan ajaran ajaran agama islam dengan cara mengadakan permainan tradisional anak-anak,seperti Jelungan dan cublakcublak suweng.
Sembari melakukan permainan yang disebut jelungan itu biasanya anak-anak akan menyanyikan lagu Padhang Bulan :
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré
Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan
melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
Adapun lagu Cublak-cublak suweng yaitu : Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter,
mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere,
sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong,
Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442 M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yang sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia.Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil.
Berikut ini Makna lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng yang menakjubkan :
Cublak-cublak suweng,
Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Suwenge teng gelenter,
Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudel,
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Pak empo lera-lere,
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). Menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
Sir-sir pong dele kopong,
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya.
Secara garis besar makna filosofi dari lagu dan permainan ini bisa ditafsirkan sebagai berikut :
untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dsb. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat
Kesimpulan Pesan moral lagu dolanan “Cublak Suweng” adalah:
“Untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja ”
KEISTIMEWAAN
1. Dapat Bertahan di Tengah Samudra.
Ketika Sunan Giri masih bayi ia dibuang ke laut.Peti tersebut tampak timbul dan tenggelam dipermainkan gelombang laut.Namun,anehnya peti yg berisi bayi tersebut tidak tenggelam dan bayi yg ada didalamnya pun masih tampak sehat.Ketika hari telah malam ada sebuah kapal dagang yang melintas di Selat bali dan menubruk peti itu.Sungguh aneh sekali,sebab tiba2 kapal itu macet,tidak bisa bergerak maju atau mundur.Ketika diperiksa oleh dua anak buah nahkoda kapal,ternyata kapal itu tidak menubruk tapi disebelahnya ada peti berisi bayi.Peti tersebut kemudian dibawa oleh nahkoda itu.Tetapi ada kejadian aneh lagi ketika nahkoda itu ingin melanjutkan pelayarannya ke selat bali,Kapal itu tidak mau bergerak.Tapi ketika kapal itu hendak diputar kembali ke gresik,kapal itu pun dapat melaju dengan cepat.Setelah itu nahkoda itu memberikan peti bayi itu kepada atasannya,Nyi Ageng Pinatih.Dan kemudian dirawatlah bayi itu.Mulai saat itu juga Nyi Ageng Pinatih menjadi ibu angkat Sunan Giri.
2. Dapat melompati lautan.
Ketika sunan giri berumur sebelas tahun, barulah ia belajar ilmu pengetahuan kepada sunan ampel.Setiap hari ia pergi ke Surabaya untuk menuntut ilmu dan sore kembali pulang ke Gresik.Padahal dimasa itu belum ada kendaraan bermotor. Tetapi, atas ijin yang maha kuasa ia diberi suatu kemudahan.Tanpa susah payah untuk menempuh perjalanan jauh,ketika hendak berangkat ia cukup hanya datang ke pantai Gresik dan kemudian ia berdoa.Atas kekuasaan allah pantai Surabaya mendekat ke gresik,maka sunan giri tinggal melompatinya saja.Demikianlah setiap hari ketika ia hendak belajar kepada sunan ampel.ia pulang pergi dari Gresik ke Surabaya dan sebaliknya.
3. Wajahnya memancarkan cahaya di tengah malam Sunan Ampel yang belum tahu tentang keistimewaan Sunan Giri yang dapat melompati lautan, tentu saja merasa kasihan kepada sunan giri. Lalu ia menyarankan agar sunan giri mondok dipesantrennya. Pada suatu malam ketika sunan ampel hendak melakukan solat malam ia menjenguk para santrinya.Setelah membuka pintu kamar santrinya,beliau terkejut melihat seberkas sinar memancar dari wajah seorang santrinya.Saat itu keadaan sangat gelap sehingga sunan ampel tidak jelas melihat wajah santrinya.Tapi beliau mendekati dan memberi tanda ikatan sarung kepada santrinya itu.Keesokan harinya,ternyata sunan giri lah yang terdapat ikatan sarung tersebut. Mulai saat itu sunan ampel menjadi ingin tahu siapakah sunan giri sebenarnya.Ketika Nyi Ageng Pinatih datang tuk menjenguk sunan giri,Sunan ampel bertanya kepadanya perihal sunan giri.Atas pengakuan Nyi Ageng Pinatih,sunan ampel teringat kembali cerita pamannya,Syeikh Maulana Ishaq dan beliau yakin dialah anak dari pamannya tersebut.
4. Dapat merubah Karung Isi batu dan Pasir menjadi karung Isi rotan, damar, dan emas.
Pada usia 23 tahun, Sunan Giri diperintah oleh ibunya untuk mengawal barang dagangan ke pulau Banjar/kalimantan. Nahkoda kapal diserahkan kepada pelaut kawakan yaitu Abu Hurairah. Walau pucuk pimpinan berada di tangan Abu Hurairah tapi Nyai Ageng Pinatih memberi kuasa pula kepada Sunan Giri untuk ikut memasarkan dagangan di Pulau Banjar.
Tiga buah kapal berangkat meninggalkan pelabuhan Gresik dengan penuh muatan. Tetapi sesudah kapal merapat dipelabuhan Banjar,Raden paku membagi-bagikan barang dagangannya dari Gresik itu secara gratis kepada penduduk setempat.Abu Hurairah pun merasa cemas. Ia menasehati sunan giri,tetapi sunan giri tetap menenangkan hati abu Hurairah agar dagangan itu tetap dibagi bagikan. Sebab, penduduk Banjar saat itu sedang dilanda bencana kekeringan dan kurang pangan.Sedangkan ibunya sudah terlalu banyak mengambil keuntungan dari mereka.Padahal Nyi Ageng pinatih belum pernah mengeluarkan hartanya dan membayar zakat.Nah,dengan membagikan dagangan itulah ibunya bisa berzakat tuk membersihkan diri.Ketika hendak kembali ke Gresik, Karung-karung dagangannya diganti dengan pasir dan batu agar kapal tidak oleng.Setelah mengetahui perbuatan anak angkatnya itu,Nyai Ageng pinatih marah besar.Tetapi sunan giri tetap meminta ibunya untuk tetap bersabar dan membuka Karung-karung tersebut. Ajaibnya, ketika awak kapal membuka karung-karung itu mereka terkejut. Karung-karung itu isinya menjadi barang-barang dagangan yang biasa mereka bawa dari banjar, seperti rotan, damar , kain dan emas serta intan. Bila ditaksir harganya jauh lebih besar ketimbang dagangan yang disedekahkan kepada penduduk Banjar.Kemudian Nyi Ageng menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada sunan giri.Mulai saat itu juga ia menjadi senang berzakat sehingga semakin berkembang pula lah islam pada saat itu.
5. Menikah dengan dua istri dalam sehari.
Al-kisah ada seorang bangsawan Majapahit bernama Ki Ageng Supa Bungkul ia mempunyai sebuah pohon delima yang aneh didepan rumahnya. Setiap kali ada orang yang hendak mengambil buah delima itu,pasti akan mengalami nasib celaka hingga tertimpa penyakit berat sampai meninggal dunia. Suatu ketika Sunan Giri tanpa sengaja lewat didepan pekarangan Ki Ageng Supa Bungkul.Begitu ia berjalan dibawah pohon delima, tiba-tiba buah delima pohon itu jatuh mengenai kepala Sunan Giri.Ki Ageng Bungkul pun tiba-tiba muncul dan menyuruh sunan giri untuk menikahi putrinya.Memang, Ki Ageng Bungkul telah mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat memetik buah delima itu dengan selamat maka ia akan dijodohkan dengan puterinya yang bernama Dewi Wardah. Raden Paku bingung menghadapi hal itu. Maka peristiwa itu disampaikan kepada Sunan Ampel.Sunan ampel menyarankan agar ia menikah dengan dewi wardah pula.Sebab,Ki Ageng Bungku adalah serang muslim yang baik dan Dewi Wardah juga seorang muslimah yang baik. Karena hal itu telah menjadi niat Ki Ageng Bungkul untuk menikahkan putrinya,maka sunan giri juga tidak boleh mengecewakan niat baiknya itu.Sunan ampel juga tidak keberatan jika sunan giri menikah dengan dua istri.Maka,Sesudah melangsungkan akad nikah dengan Dewi Murtasiah(anak sunan ampel) selanjutnya sunan giri akan melangsungkan perkawinan dengan Dewi Wardah.Itulah liku-liku perjalan hidup Raden Paku. Dalam sehari ia menikah dua kali. Menjadi menantu Sunan Ampel, kemudian menjadi menantu Ki Ageng Bungkuk seorang bangsawan Majapahit yang hingga sekarang makamnya terawat baik di Surabaya.
6. Mengalahkan seorang Pertapa gunung lawu (Begawan Minta Semeru).
Kurang lebih tiga tahun lamanya Sunan Giri mendirikan pondok pesantren yang terletak di gunung giri, termasyurlah nama pondok itu ke seluruh penjuru Pulau Jawa. Dan pada saat itu, tersebutlah di Gunung Lawu terdapat sebuah padepokan yang dipimpin oleh seorang Begawan sakti bernama Minto Semeru. Konon kabarnya Begawan Minto ini sangat sakti dan iri akan kemasyuran padepokan sunan giri.Begawan Minto merasa tersaingi, karena itu berangkatlah Begawan Minto ke padepokan Giri. Pada saat Begawan Minto tiba, Sunan Giri sedang mengerjakan sholat. Dia hanya bertemu dengan salah satu muridnya yang menjaga pintu gerbang padepokan Giri.Setelah selesai solat,sunan giri menemui Begawan minto.Sunan Giri menyambut kedatangannya dengan ramah, sedikitpun tak ada kecurigaan bahwa kedatangan sang Begawan untuk mengajak adu kesaktian.Setelah itu Begawan Minto menjelaskan maksud kedatangannya dan mengajak adu kesaktian.Sunan giri menerangkan bahwa disemesta ini semua adalah kehendak allah.Jadi,Jika Begawan hendak mengalahkan sunan giri dan memenggal lehernya tetapi jika Tuhan tidak menghendaki maka berbagai cara yang ditempuh Begawan mintopun pasti tidak dapat mengalahkannya.Tapi,Begawan minto tetap saja menantang sunan.Ia mengajukan perjanjian kepada sunan,bila sunan giri kalah maka ia akan dibunuhnya.Tapi jika sunan giri menang maka Begawan minto akan berguru kepada sunan giri.
Maka, Kedua orang itu kemudian keluar dari lingkungan Pesantren menuju lapangan luas dan saling berhadapan.Sebelum pertarungan dimulai Begawan minto berlari menuju gunung pertukangan,ia membawa dua ekor angsa(jantan dan betina) lalu kedua angsa itu dikubur hidup-hidup.Setelah selesai dia kembali ke tempat semula Kanjeng Sunan berada.Ia menyuruh sunan giri menebaknya.Sunan Giri menjawab dengan tenang bahwa yang telah dikubur itu adalah sepasang ular naga.Otomatis Begawan minto tertawa dan menganggap tebakan itu salah.Namun sunan giri menyuruh Begawan minto untuk membongkar kuburan itu.Ketika dibukanya kuburan itu dan ternyata keluarlah sepasang ular naga. Sang Begawan sangat terkejut dan mengakui dirinya kalah namun ia tidak menyerah untuk mulai melakukan serangan.Berkali-kali sang Begawan mengeluarkan ilmu kesaktiannya, dan berkali-kali pula ia tidak dapat mengalahkan ilmu Kanjeng Sunan, hingga akhirnya sang Begawan mengeluarkan ilmu andalannya dengan melepaskan ikat kepala dan melemparnya ke udara.Tapi,kemudian sunan giri juga melemparkan sorbannya ke udara sehingga ikat kepala milik Begawan dapat dikalahkan oleh sorban sunan giri.
Hal tersebut menandakan bahwa sang Begawan tetap kalah. Sang Begawan semakin penasaran, dicobanya adu kesaktian sekali lagi. Sang Begawan menciptakan beberapa butir telur. Telur-telur itu disusunnya dari bawah ke atas. Anehnya, telur-telur itu tidak jatuh. Melihat permainan itu, Kanjeng Sunan tidak mau kalah. Telur-telur itu diambilnya satu persatu dari bawah, dan lebih aneh lagi, telur-telur itu tidak jatuh ke bawah hingga telur itu dapat diambil semuanya.
Dengan diliputi rasa malu, akhirnya sang Begawan Minto mengajak duel Kanjeng Sunan dengan jurus-jurus pamungkas. Setelah keduanya siap, mulailah sang Begawan menyerang Kanjeng Sunan dengan jurus-jurus andalannya. Secepat kilat pukulan sang Begawan menghantam Kanjeng Sunan, secepat kilat pula Kanjeng sunan mengembalikan pukulan itu kepada sang Begawan dengan dorongan telapak tangannya. Sesuai dengan janji, akhirnya sang Begawan mengaku kalah dan berlutut dihadapan Kanjeng Sunan seraya meminta maaf atas kesombongannya.
Demikianlah hasil adu kesaktian sang Begawan Minto Semeru dengan Kanjeng Sunan Giri yang dimenangkan oleh Kanjeng Sunan Giri dan akhirnya Begawan Minto Semeru menjadi murid Kanjeng Sunan Giri.Setelah dirasa sudah cukup lama menimba ilmu dari Kanjeng Sunan Giri, akhirnya Begawan Minto Semeru kembali ke Gunung Lawu. Disana sang Begawan mengajak murid-muridnya untuk mengenal ajaran agama Islam.
Perlu kita ketahui bahwasannya diantara salah satu kejadian adu kesaktian Begawan Minta semeru dengan Sunan Giri yang diabadikan yaitu sepasang angsa menjadi naga.Hal itu sampai sekarang dapat disaksikan dengan adanya monumen sepasang naga dari ukiran batu yang mirip dengan angsa.Monumen sepasang naga dari ukiran batu yang mirip dengan angsa itu dapat dilihat pada tangga pintu gerbang masuk ke makam sunan Giri.
SEBAGAI PEMIMPIN KAUM PUTIHAN
Dalam menentukan hokum agama yang pada saat itu memang sedang menghadapi ujian adanya masalah-masalah ummat yang pelik, Sunan Giri sangat berhati-hati, beliau kuatir terjerumus pada jurang kemusyrikan. Itu sebabnya beliau sangat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang sahih.
Ibadah menurut beliau haruslah sesuai dengan ajaran Nabi, tidak boleh dicampuri dengan berbagai kepercayaan lama yang justru bertentangan dengan agama Islam. Karena mahirnya beliau di bidang ilmu fiqih maka beliau mendapat sebutan Sultan Abdul Fakih. Di bidang tauhid beliau juga tak kenal kompromi dengan adat istiadat lama dan kepercayaan lama. Kepercayaan Hindu-Budha atau animesme dan dinamisme harus dikikis habis. Adat istiadat lama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus dilenyapkan supaya tidak menyesatkan ummat dibelakang hari.
Pelaksanaan syariat Islam di bidang agama ibadah haruslah sesuai dengan ajaran aslinya yang termasuk di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena sikapnya ini maka Sunan Giri dan pengikutnya disebut kaum Putihan atau Islam Putih. Islam Putihan ini artinya adalah dalam beragama mengikuti jalan lurus, putih bersih seperti ajaran aslinya. Pemimpin kaum putihan adalah Sunan Giri yang didukung oleh Sunan Ampel dan Sunan Drajad.
Kalau ada Islam Putihan tentunya ada Islam Abangan, anak Islam Abangan ini adalah para pengikut Sunan Kalijaga yang didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Muria.
Tujuan Aliran Islam Abangan ini adalah agar Islam cepat tersiar keseluruh penduduk Tanah Jawa. Agar semua rakyat dapat menerima agama Islam, karena itu mereka berpendapat :
1. Membiarkan dahulu adat istiadat yang sukar diubah, atau tidak merubah adat yang berat ditiadakan, sehingga tidak terjadi usaha kekerasan dalam menyebarkan Islam.
2. Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi mudah dihilangkan maka ditiadakan.
3. Mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan adat rakyat tetapi diusahakan untuk mempengaruhi sedikit demi sedikit agar mereka menerima Islam yang benar.
4. Menghindarkan terjadinya konfrontasi secara langsung atau terjadinya kekerasan dalam menyiarkan agama Islam. Maksudnya ialah mengambil ikannya tanpa mengeruhkan airnya.
5. Tujuan utama kaum Abangan adalah merebut simpati rakyat sehingga rakyat mau diajak berkumpul, mendekat dan bersedia mendengarkan keterangan apa sih ajaran agama Islam itu ? Jadi tidak dibenarkan menghalau rakyat dari kalangan ummat Islam, melainkan berusaha menyenangkan hati mereka supaya mau mendekat kepada para ulama atau para Wali. Untuk itu tidak ada salahnya penggunaan kesenian rakyat seperti gending dan wayang kulit sebagai media dakwah untuk mengumpulkan mereka.
Itulah pendapat kaum Abangan yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Perlu diketahui walaupun ada perbedaan dalam cara menyiarkan Islam, tapi pada waktu itu tidak sampai terjadi ketegangan kedua pihak masih sama-sama berfaham Ahlussunah waljamaah dan bermahZab Syafi’i. Kedua pihak sama-sama menyadari pentingnya pos mereka. Pihak Putihan menjaga kemurnian agama Islam agar tidak bercampur dengan faham yang berbau syirik. Sedangkan pihak Abangan adalah mengajak masyarakat atau rakyat secepatnya menjadi pemeluk agama Islam. Bila sudah menjadi pemeluk Islam tinggal menyempurnakan iman mereka saja.
PERESMIAN MASJID DEMAK
Dalam peresmian Masjid Demak, Sunan Kalijaga mengusulkan agar dibuka dengan pertunjukan wayang kulit yang pada waktu itu bentuknya masih wayang beber yaitu gambar manusia yang dibeber pada sebuah kulit binatang. Usul Sunan Kalijaga ditolak oleh Sunan Giri, karena wayang yang bergambar manusia itu haram hukumnya dalam ajaran Islam, demikian menurut Sunan Giri.
Jika Sunan Kalijaga mengusulkan peresmian Masjid Demak itu dengan membuka pegelaran wayang kulit, kemudian diadakan dakwah dan rakyat berkumpul boleh masuk setelah mengucapkan syahadat, maka Sunan Giri mengusulkan agar Masjid Demak diresmikan pada saat hari jum’at sembari melaksanakan shalat jamaah Jum’at. Sunan Kalijaga yang berjiwa besar kemudian mengadakan kompromi dengan Sunan Giri. Sebelumnya Sunan Kalijaga telah merubah bentuk wayang kulit sehingga gambarannya tidak bisa disebut sebagai gambar manusia lagi. Lebih mirip karikatur seperti bentuk wayang yang ada sekarang ini.
Sunan Kalijaga membawa wayang kreasinya itu dihadapan sidang para Wali.
Karena tak bisa disebut sebagai gambar manusia maka akhirnya Sunan Giri menyetujui wayang kulit itu digunakan sebagai media dakwah. Perubahan bentuk wayang kulit itu adalah dikarenakan sanggahan Sunan Giri, karena itu, Sunan Kalijaga memberi tanda khusus pada momentum penting itu. Pemimpin para dewa dalam pewayangan oleh Sunan Kalijaga dinamakan Sang Hyang Girinata, yang arti sebenarnya adalah Sunan Giri yang menata.
Maka perdebatan tentang peresmian Masjid Demak bisa diatasi.
Peresmian itu akan diawali dengan shalat Jum’at, kemudian diteruskan dengan pertunjukan wayang kulit yang dinamakan oleh Ki Dalang Sunan Kalijaga.
PRABU SATMATA DAN GIRI KEDATON
Semakin hari pengaruh Sunan Giri semakin besar. Kekuatan spiritualnya juga semakin luas. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pesantren Giri kemudian berubah menjadi kerajaan Giri yang sering disebut Giri Kedaton. Dan Sunan Giri sebagai raja pertama bergelar Prabu Satmata.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478, maka Sunan Girilah yang diangkat sebagai sesepuh Wali Songo atau Mufti (pemimpin agama se Tanah Jawa). Sunan Ampel adalah Penasehat bagian politik Demak. Jasa beliau sungguh besar bagi perjuangan Wali Songo, yaitu menyebarkan agama Islam tanpa kekerasan. Beliaulah yang paling tidak setuju atas beberapa usul agar Raden Patah segera menyerang Majapahit agar Demak dapat berdiri sebagai kerajaan Islam merdeka tanpa harus tunduk kepada Majapahit. Sunan Ampel dan Sunan Giri yang masih terhitung keluarga kerajaan Majapahit memang dianggap Prabu Brawijaya sebagai pembesar atau para Pangeran Majapahit yang berkuasa didaerah masing-masing. Sunan Ampel berkuasa di Surabaya dan Sunan Giri berkuasa di Giri Gresik. Dengan demikian Sunan Ampel adalah orang yang paling tahu situasi kerajaan Majapahit. Ketika beberapa wali mengusulkan untuk menyerbu Majapait, Sunan Ampel menyatakan ketidak setujuannya.
“Tanpa diserbupun Kerajaan Majapahit sudah keropos dari dalam. Lagi pula Prabu Brawijaya Kertabumi itu masih ayah kandung Raden Patah selaku Pangeran Demak Bintoro,” Kata Sunan Ampel. “Apa kata orang nanti bila seorang anak durhaka menyerang dan merebut tahta ayahnya sendiri ? Saya kira Kerajaan Majapahit akan sirna dengan sendirinya, beberapa adipati yang masih beragama Hindu sudah banyak yang ingin merebut kekuasaan. Kita tak usah ikut-ikutan merebut tahta Majapahit yang hanya mencemarkan keagungan agama yang kita anut.”
Ramalan Sunan Ampel memang benar. Tidak lama setelah beliau meninggal dunia. Adipati Keling atau Kediri bernama Girindrawardhana menyerbu kerajaan Majapahit. Ada yang menyebutkan bahwa Prabu Kertabumi atau Ayah Raden Patah itu tewas dalam serangan mendadak yang dilakukan Prabu Girindrawardhana dari Kediri. Setelah Sunan Ampel wafat, penasehat bagian politik Demak digantikan oleh Sunan Kalijaga. Sedang Sunan Giri dianggap sesepuh yang sering dimintai pertimbangan di bidang politik kenegaraan.
Para Wali mengadakan sidang sesudah jatuhnya Majapahit oleh serangan menyerang Prabu Girindrawardhana yang berkuasa di Majapahit. Sebab Raden Patah adalah pewaris utama kerajaan Majapahit. Dengan demikian ketika Demak menyerbu Majapahit bukanlah menyerang Prabu Kertabumi yang menjadi ayah Raden Patah, melainkan justru merebut tahta Majapahit dari tangan musuh Prabu Kertabumi. Pada waktu Prabu Girindrawardhana ini berkuasa di Majapahit pernah berusaha menggempur Giri Kedaton, karena Sunan Giri dianggap salah satu kerabat Prabu Kertabumi. Tetapi serangan itu dapat dipatahkan oleh Sunan Giri.
Kebesaran nama Sunan Giri yang bergelar Prabu Satmata itu juga terdengar oleh seorang Begawan dari Lereng Lawu. Namanya Begawan Mintasemeru. Brahmana ini sengaja datang ke Giri Kedaton untuk menentang Sunan Giri adu kesaktian. Diantara adu kesaktian beragam jenisnya itu, yang paling terkenal adalah adu tebakan. Begawan Mintasemeru menciptakan sepasang angsa jantan dan betina, kemudian dikubur hidup-hidup diatas gunung Patukangan. Sesudah itu dia kembali menemui Sunan Giri.
“Apakah yang baru saya tanam di puncak gunung Patukangan itu, demikian tanya Begawan Mintasemeru menguji Sunan Giri.
“Yang Tuan tanam adalah sepasang naga jantan dan betina!” jawab Sunan Giri dengan tenangnya.
Begawan itu tertawa terbahak-bahak sembari memperolok-olok kebodohan Sunan Giri.
“Jika Tuan Begawan tidak percaya boleh anda lihat lagi, hewan apakah yang Tuan tanam di puncak gunung itu,” kata Sunan Giri.
Sang Begawan menurut. Dia bongkar kuburan sepasang angsa ciptaannya. Ternyata angsa itu lenyap sebagai gantinya adalah sepasang naga yang meliuk-liuk hendak menerkamnya. Tentu saja sang Begawan merasa teramat malu. Selanjutnya dikatakan bahwa Begawan Mintasemeru masih mendemonstrasikan beberapa kesaktiannya yang menakjubkan, tapi semuanya dapat dikalahkan oleh Sunan Giri. Pada akhirnya Begawan Mintasemeru menyerah kalah, tunduk dan masuk Islam, kemudian menyebarkan agama Islam di Gunung Lawu. Legenda tentang adu tebak kewaskitaan itu diabadikan dalam monumen patung sepasang naga di tangga masuk ke makam Sunan Giri yaitu tangga yang sebelah selatan. Disana ada sepasang naga dari ukiran batu yang mirip dengan angsa.
JASA-JASA SUNAN GIRI
Jasanya yang terbesar tentu saja perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa bahkan ke Nusantara, baik dilakukannya sendiri sewaktu masih muda sambil berdagang ataupun dilakukannya sendiri sewaktu masih muda sambil berdagang ataupun melalui murid-muridnya yang ditugaskan keluar pulau.
Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara pengadilan Syekh Siti Jenar, seorang Wali yang dianggap murtad karena menyebarkan faham Pantheisme dan meremehkan syariat Islam yang disebarkan para Wali lainnya. Dengan demikian Sunan Giri ikut menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan dengan faham Ahlussunnah wal jama’ah. Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni dan konsekwen berdampak positif bagi generasi Islam berikutnya.
Islam yang disiarkannya adalah Islam sesuai ajaran Nabi, tanpa di campuri kepercayaan atau adapt istiadat lama. Di bidang kesenian beliau juga berjasa besar, karena beliaulah yang pertama kali menciptakan tembang dan tembang dolanan anak-anak yang bernafas Islam antara lain : Jamuran, Cublak-ublak Suweng, Jithungan dan Delikan. Diantara permainan anak-anak yang dicintanya ialah sebagai berikut :
Diantara anak-anak yang bermain ada yang menjadi pemburu, dan yang lainnya menjadi obyek buruan. Mereka akan selamat dari kejaran pemburu bila telah berpegang pada tonggak atau batang pohon yang telah ditentukan lebih dulu. Inilah permainan yang disebut Jelungan. Arti permainan tersebut adalah seseorang yang sudah berpegang teguh kepada agama Islam Tauhid maka ia akan selamat dari ajakan setan atau iblis yang dilambangkan sebagai pemburu.
Sembari melakukan permainan yang disebut jelungan itu biasanya anak-anak akan menyanyikan lagu Padhang Bulan :
“Padhang-padhang bulan, ayo gage dha dolanan,
dolanane na ing latar,
ngalap padhang gilar-gilar,
nundhung begog hangetikar.”
Artinya adalah sebagai berikut :
“Malam terang bulan, marilah lekas bermain,
bermain di halaman, mengambil di halaman,
mengambil manfaat benderangnya rembulan,
mengusir gelap yang lari terbirit-birit.”
Maksud lagu dolanan tersebut ialah : Agama Islam telah datang, maka marilah kita segera menuntut penghidupan, di muka bumi ini, untuk mengambil manfaat dari agama Islam, agar hilang lenyaplah kebodohan dan kesesatan.
Sunan Giri jauh-jauh sudah memperingatkan umat agar berhati-hati terhadap perubahan jaman. Beliau pernah meramalkan bahwa pada masa yang akan datang akan banyak orang yang mengaku mendapat wahyu Tuhan tetapi sebetulnya mereka sangat jauh dari agama. Bahkan sama sekali tak mengerti ilmu agama. Mereka dipuja-puja ummat padahal menjadi benalu atau pemeras ummat. Mereka tidak lagi menghiraukan syariat agama, bahkan menginjak-nginjak syariat tersebut dengan mendakwakan dirinya sudah tidak perlu melakukan shalat, tidak perlu berpuasa dan berzakat karena dirinya sudah baik, sudah sempurna. Itulah orang yang tergelincir ilmunya. Mereka sesat dan menyesatkan ummat pengikutnya.
Dimasa yang akan datang juga akan muncul guru-guru ilmu yang merasa ilmunya sudah tinggi, sudah sempurna, mereka mengaku mendapat wangsit dari Tuhan dan karenanya bebas berbuat apa saja. Guru semacam ini justru dipuja-puja para pengikutnya sampai-sampai masyarakat rela mengorbankan harta, harga diri dan jiwanya demi kesenangan sang guru. Dalam kenyataannya ramalan Sunan Giri itu memang sudah sering terbukti. Sudah berapa kalikah masyarakat dibodohi guru-guru semacam itu, mulai dari dukun cabul hingga orang-orang yang mengaku dirinya Wali ternyata adalah bajingan.
PARA PENGGANTI SUNAN GIRI
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1442, memerintahkan kerajaan Giri selama kurang lebih dua puluh tahun. Mulai tahun 1487 hingga tahun 1506. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata. Pengaruh Sunan Giri sangat besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagai bukti adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah memerlukan pengesahan dari Sunan Giri.
Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama hampir 200 tahun. Sesudah Sunan Giri yang pertama meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu :
1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)
8. Pangeran Singosari
Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari sebuah Sunan Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Serbuan ke Giri itu adalah dalam rangka penumpasan pemberontakan yang dilakukan oleh Trunojoyo seorang murid dari Pesantren Giri yang pernah menyungkir balikkan Surakarta dan bahkan pernah menjadi Raja di Kediri.
Pemberontakan Trunojoyo itu dilakukan karena tindakan sewenang-wenang dari Sunan Amangkurat I yang pernah menumpas dan membunuh 6000 ulama’ Ahlusunnah yang dituduh menyebarkan isu ketidakpuasan rakyat terhadap raja. Padahal itu hanya fitnah dari orang-orang yang menjadi kaki tangan Sunan Amangkurat I, mereka adalah para pengikut faham Manunggaling Kawula Gusti, faham yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar yang ditentang Wali Sanga. Sesudah Pangeran Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton. Yang tinggal hanyalah makam-makam dan peninggalan Sunan Giri.