TAHLIL DAN RAHASIA ANGKA 7 DAN 24 DALAM KALIMAT TAHLIL
Doa tahlil merupakan doa yang biasanya dibacakan pada ziarah kubur untuk mendoakan orang yang telah meninggal. Salah satu tujuan dari pembacaan doa tahlil adalah untuk mendoakan agar kubur dari orang yang telah meninggal akan dilapangkan.
Doa tahlil pada umumnya dibacakan sesuai dengan susunan tertentu. Di samping itu, ada banyak keutamaan yang diperoleh dari membaca doa tahlil.
Dalam buku Misteri Surat Yasin, tahlil adalah bacaan zikir secara berjamaah dengan membaca surat tertentu, ayat-ayat tertentu, kalimat-kalimat zikir, salawat dan doa-doa.
Tahlil adalah karangan para ulama aswaja terdahulu yang menginginkan adanya sebuah rangkaian doa-doa terutama digunakan untuk mengirimkan doa kepada orang-orang yang telah meninggal dunia.
Pada masyarakat Indonesia, doa tahlil biasanya dibacakan pada saat tahlilan. Tahlilan merupakan suatu acara seremoni sosial keagamaan untuk memperingati dan sekaligus mendoakan orang yang meninggal.
KEUTAMAAN MEMBACA DOA' TAHLIL
Salah satu keutamaan membaca doa tahlil adalah sebagai jaminan untuk bebas dari api neraka.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada berbagai macam keutamaan yang diperoleh dari bacaan tahlil. Mengutip dari buku Banjir Pahala Saat Sakit karya Atiqah Hamid, berikut macam-macam keutamaan orang sakit :
1. Sebagai Jaminan Bebas dari Api Neraka.
Bacaan tahlil merupakan salah satu doa yang dapat menjamin kebebasan di akhirat nanti agar tidak terjerumus ke dalam api neraka.
2. Mendapatkan Syafaat dari Rasulullah SAW.
Keutamaan kedua adalah memperoleh syafaat dari Rasulullah SAW. Dengan begitu, manusia akan diselamatkan pada hari pembalasan.
3. Kebaikan yang Paling Utama.
Doa tahlil merupakan salah satu kebaikan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang sehat maupun orang sakit. Bacaan tahlil dalam salah satu hadis Nabi disebut sebagai kebaikan yang paling utama.
4. Zikir Terbaik.
Dalam salah satu hadis Nabi menyebutkan bahwa kalimat tahlil merupakan zikir terbaik. Kalimat tahlil sendiri diucapkan sebanyak 160 kali dalam doa tahlil.
5. Sebagai Amalan Sedekah.
Bacaan tahlil dianggap sebagai salah satu amalan sedekah yang mana setiap kali mengucapkan bacaan tahlil dalam doa tahlil dihitung amalannya sebagai sedekah
6. Kunci dari 8 Pintu Surga.
Dalam banyak riwayat telah disebutkan bahwa surga memiliki ratusan pintu. Pintu-pintu surga tersebut dapat dibuka dengan amalan membaca doa tahlil.
SUSUNAN BACAAN TAHLIL
Dalam proses tahlilan, ada beberapa bacaan doa yang diucapkan selain dari doa tahlil di atas. Adapun susunan bacaan tahlil adalah sebagai berikut :
1. Doa Pengantar Tahlil
اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وصَحْبِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para sahabatnya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah...
2. Surah al-Fatihah (1x)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kau kabulkan permohonan kami.”
3. Surat al-Ikhlas (3x)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. اَللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكٌنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ
"Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia".
4. Tahlil dan Takbir
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
"Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”
5. Surat al-Falaq (1x)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ * مِن شَرِّ مَا خَلَقَ * وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ * وَمِن شَرِّ النَّفَّـثَـتِ فِى الْعُقَدِ * وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan yang menguasai waktu subuh dari kejahatan makhluk-Nya. Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang mengembus nafasnya pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia mendengki."
6. Tahlil dan Takbir
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
“Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”
7. Surat an-Nas (1 x)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia. Sesembahan manusia, dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Dari setan dan manusia.’
10. Tahlil dan Takbir
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Artinya, “Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar.”
11. Surat al-Fatihah (1x)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ. اَمِينْ
"Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terlontar. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Kau Anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Semoga Kau Kabulkan permohonan kami.”
12. Surat al-Baqarah 1-5
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. المّ. ذَلِكَ الكِتابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدَى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَا اُنْزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْاَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. اُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ، وَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Alif lam mim. Demikian itu kitab ini tidak ada keraguan padanya. Sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang gab, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad SAW) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya. Merekalah orang orang yang beruntung.”
13. Surat al-Baqarah ayat 163
وَاِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَّاحِدٌ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa. Tiada tuhan yang layak disembah kecuali Dia yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.”
14. Ayat Kursi
اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَاْ خُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَّهُ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَينَ اَيْدِيْهِمِ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلاَ يُحْيِطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ، وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمُا، وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيْمُ
“Allah, tiada yang layak disembah kecuali Dia yang hidup kekal lagi berdiri sendiri. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat menjaga keduanya. Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung"
15. Surat al-Baqarah ayat 284-286
لِلَّهِ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ. وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْ تَخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ. فَيَغْفِرُ لَمِنْ يَّشَاءُ وَيُعْذِّبُ مَنْ يَّشَاءُ. وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ. اَمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ. كُلٌّ اَمَنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ. لَانًفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ. وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكَتْسَبَتْ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَاْنَا. رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
“Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan atau merahasiakan apa saja yang di hatimu, maka kamu dengan itu semua tetap akan diperhitungkan oleh Allah. Dia akan mengampuni dan menyiksa orang yang dikehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah dan orang-orang yang beriman mempercayai apa saja yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan kepada para utusan-Nya. ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang rasul dari lainnya.’ Mereka berkata, ‘Kami mendengar dan kami menaati. Ampunan-Mu, wahai Tuhan kami, yang kami harapkan. Hanya kepada-Mu tempat kembali.’ Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan kemampuannya. Ia mendapat balasan atas apa yang dia perbuat dan siksaan dari apa yang dia lakukan. ‘Tuhan kami, janganlah Kau siksa kami jika kami terlupa atau salah. Tuhan kami, jangan Kau tanggungkan pada kami dengan beban berat sebagaimana Kaubebankan kaum sebelum kami. Jangan pula Kaubebankan pada kami sesuatu yang kami tidak mampu. Ampunilah kami. Kasihanilah kami. Kau pemimpin kami. Tolonglah kami menghadapi golongan kafir,”
16. Surat Hud Ayat 73 (3x)
ارْحَمْنَا، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Kasihani kami, wahai Tuhan yang Maha Pengasih.”
17. Surat al-Ahzab ayat 33
اِنَّمَا يُريِدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Sungguh Allah berkehendak menghilangkan segala kotoran padamu, wahai ahlul bait, dan menyucikanmu sebersih-bersihnya,”
18. Surat al-Ahzab ayat 56
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمً
“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah salawat untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
19. Salawat Nabi (3x)
اَلَّلهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ صَلَاةٍ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
"Ya Allah, tambahkanlah rahmat dan kesejahteraan untuk pemimpin dan tuan kami Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, sebanyak pengetahuan-Mu dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Mu pada saat zikir orang-orang yang ingat dan pada saat lengah orang-orang yang lalai berzikir kepada-Mu.”
20. Salam Nabi
وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ
“Semoga Allah yang Maha Suci dan Tinggi meridhai para sahabat dari pemimpin kami (Rasulullah).”
21. Surat Ali Imran ayat 173 dan Surat al-Anfal ayat 40.
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
"Cukup Allah bagi kami. Dia sebaik-baik wakil. (Surat Ali Imran ayat 173). Dia sebaik-baik pemimpin dan penolong,”
22. Hauqalah
وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Agung.”
23. Istighfar (3x)
اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ
"Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.” (3 kali).
24. Hadits Keutamaan Tahlil
الَّذِيْ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَوْجُوْدٌ
"Sebaik-baik zikir–ketahuilah–adalah lafal ‘La ilāha illallāh’, tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan ujud.”
25. Tahlil (160x)
لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ
"Tiada tuhan selain Allah.”
26. Dua Kalimat Syahadat
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Tiada tuhan selain Allah. Nabi Muhammad SAW utusan-Nya.”
27. Doa Tahlil
Terakhir, ditutup dengan bacaan atau doa tahlil berikut ini.
Bacaan Doa Tahlil
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَالنَّاعِمِيْنَ، حَمْدًايُوَافِيْ نِعَمَه وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ تَقَبَّلْ وَاَوْصِلْ ثَوَابَ مَاقَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَااسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْنَا عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً اِلَى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا سَيِّدِنَا وَمَوْلنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِلَى جَمِيْعِ اِخْوَانِه مِنَ الْاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَآءِ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَآءِ الْعَالِمِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ خُصُوْصًا اِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلاَنِيِّ
ثُمَّ اِلى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ اِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا اِلَى آبَآءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا مَنِ اجْتَمَعْنَاههُنَا بِسَبَبِه وَلِاَجْلِه
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُم
اَللهُمَّ اَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ عَلى اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ اَهْلِ لَآاِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
اَللهُمَّ اَرِنَاالْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَااتِّبَاعَهُ وَاَرِنَاالْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَااجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اَلْفَاتِحَةْ
Artinya :
“Aku berlindung diri kepada Engkau dari setan yang dirajam. Dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian Alam. Sebagaimana orang-orang yang bersyukur dan orang orang yang memperoleh nikmat sama memuji, dengan pujian yang sesuai dengan nikmatnya.
Tuhan kami, hanya Engkau segala puji, sebagaimana yang patut terhadap kemuliaanEngkau dan keagungan kekuasaan Engkau. Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarganya.
Ya Allah terimalah dan sampaikanlah pahala ayat-ayat Quranul’azim yang telah kami baca, tahlil kami, tasbih dan istigfar kami, dan bacaan sholawat kami kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW sebagai hadiah yang bisa sampai, rahmat yang turun, dan berkah yang cukup kepada kekasih kami, penolong dan buah mata kami, penghulu dan pemimpin kami yaitu Nabi Muhammad SAW.
Kepada semua temannya dari para Nabi dan para utusan, kepada para wali, para syuhada, orang-orang sholeh, para shabat dan tabi’in, kepada para ulama dan pengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas, dan kepada semua pejuang di jalan Allah, Allah raja seru sekalian alam. Dan kepada para malaikat muqarrabin dan khususnya kepada penghulu kami Syekh Abdul Qodir Al Jailani.
Kemudian kepada semua ahli kubur, muslim yang laki-laki dan perempuan dari dunia timur dan barat, di darat dan dilaut, terutama lagi kepada bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, nenek-nenek kami yang laki-laki dan perempuan, lebih terutama lagi kepada orang yang menyebabkan kami berkumpul disini dan untuk keperluannya. Ya Allah ampunilah mereka, kasihanilah mereka, dan maafkanlah mereka.
Ya Allah turunkanlah rahmat dan ampunan kepada ahli kubur yang ahli mengucapkan “ Laa ilaaha illallah, Muhammadu Rasullullah”. Tuhan kami, tunjukkanlah kami kebenaran yang jelas, jadikanlah kami pengikutnya. Tunjukkanlah kami perkara batil yang jelas dan jadikanlah kami menjauhinya.
Tuhan kami berikanlah kami kebaikan dunia dan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api neraka. Maha suci Tuhanku, Tuhan yang bersih dari sifat yang diberikan oleh orang-orang kafir, semoga keselamatan tetap dlimpahkan kepada utusanNya. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Al Fatihah"
APA ISTIMEWANYA ANGKA 7 DAN 24 ?
Apalah arti sebuah angka jika berdiri sendiri. Angka hanyalah sebuah simbol digunakan pada bilangan untuk menggambarkan nomor pada posisional di sistem bilangan.
Belajar angka-angka menjadi penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam menjalankan agamnya.
Dengan memahami angka, umat Islam dapat mengetahui berapa jumlah shalat fardhu, jumlah rakaat, kapan masuk waktu shalat, memulai puasa, kapan hari raya Idul Adha, Idul Fithri, dan sebagainya. Selain sebagai simbol, terkadang ada angka yang dianggap sebagai angka keberuntungan dan angka sial oleh sebagaian masyarakat.
Padahal segala keberuntungan bukanlah datang dari angka-angka yang dibuat oleh manusia.
Keberuntungan adalah mutlak atas karunia Allah kepada hamba-Nya.
. فَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٦٤).
“Maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.” (QS Al-Baqarah : 64).
Namun demikian, bukan berarti angka selalu tak memiliki makna sama sekali, apalagi bila ia terkait dengan sesuatu yang agung. Syekh Muhammad Syatha Dimyathi dalam Kifâyatul Atqiyâ wa Minhâjul Ashfiyâ mengungkap makna angka 7 dan 24 di balik lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah.
Angka-angka itu sendiri sebenarnya cuma angka biasa.
Hanya saja, 7 dan 24 di tangan Syekh Muhammad Syatha Dimyathi bisa menjadi alat bantu menemukan keistimewaan dalam sebuah kalimat. Pertama, angka tujuh.
Syekh Muhammad Syatha Dimyathi mengatakan :
: وَيُقَالُ لَا اِلَهَ اِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ سَبْعُ كَلِمَاتٍ وَلِلْعَبْدِ سَبْعَةُ اَعْضَاءٍ وَلِلنَّارِ سَبْعَةُ اَبْوَابٍ فَكُلُّ كَلِمَةٍ مِنْ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ السَبْعِ تُغْلِقُ بَابًا مِنْ اَبْوَابِ النَّارِ السَبْعَةِ عَنْ كُلِّ عُضْوٍ مِنَ الْاَعْضَاءِ السَبْعَةِ .
Dikatakan, lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah terdiri dari tujuh kata.
Pada diri hamba pun terdapat tujuh anggota badan. Neraka juga memiliki tujuh pintu.
Barangsiapa membaca tujuh kata ini, maka dapat mengunci pintu-pintu neraka dari setiap anggota badan yang tujuh. (Syekh Muhammad Syatha Dimyathi, Kifâyatul Atqiyâ wa Minhâjul Ashfiyâ (Indonesia: Daru Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, hal. 109).
Tujuh anggota badan manusia merupakan sumber terjadinya kemaksiatan. Mata, lidah, telinga, tangan, perut, alat kelamin, dan kaki.
Dengan membaca lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah yang berjumlah tujuh kata, harapannya Allah akan mengampuni dosa-dosa dari ketujuh anggota badan tersebut.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat al-Qurtubi: Rasulullah bersabda, “Malaikat maut mendatangi seorang laki-laki dan memeriksa seluruh anggota badannya.
Namun tidak ditemukan satupun kebaikan di dalamnya. maka kemudian membelah hatinya, disanapun tidak ditemukan adanya kebaikan. Sampai akhirnya ia merobek mulutnya dan ditemukanlah pada ujung lidahnya ada lafal Lâ ilâha illa-Llâhu. Maka ditetapkan baginya surga.” (HR. Al-Qurtubi).
Kedua, angka 24 (dua puluh empat). Setelah menjelaskan hubungan antara tujuh kata Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah, tujuh anggota badan, dan tujuh pintu neraka, Ibnu Abbas menambahkan dengan angka 24 yang menunjukkan jumlah jam dalam sehari semalam.
Jumlah ini sama dengan jumlah huruf pada lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah, maka barang siapa membaca kalimat tersebut maka setiap hurufnya dapat melebur dosa selama satu jam.
Dari kedua penjelasan di atas dapat ditarik pada satu pemahaman adanya keutamaan bagi setiap yang membaca Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah, sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam :
: مَنْ كَانَ اَخِرَ كَلَامِهِ مِنَ الدُّنْيَا لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ دَخَلَ. الْجَنَّةَ .
“Barangsiapa yang menutup perkataannya (ketika meninggal dunia) dengan lafal Lâ ilâha illa-Llâhu maka masuk surga,” (HR Abu Dawud dan Hakim).
Surga adalah milik Allah, siapa pun yang akan menghuninya pastilah atas kuasa dan rahmat dari Allah.
Lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah menjadi salah satu ikhtiar manusia dalam menggapainya.
Membacanya tentu dibarengi dengan keimanan dan ketakwaan serta amal shalih.
Tidak cukup membaca kemudian mengharap surga Allah tanpa menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Angka 24.
Tentang sejarah kejadian di jazirah Arab. Sebenarnya kejadian ini tidak ada hubungannya dengan judul artikel diatas, namun kejadian tersebut sebagai hikmah yang dilafalkan di bacaan Tahlil.
Tahun 24 hijriyah Utsman bin Affan dibai’at menjadi khalifah.
Pemilihan terhadap Usman tersebut berlangsung pada penguhjung bulan Zulhijjah tahun 23 H/644 M dan diresmikan pada awal muharram 24 H/644 M, dengan dilakukannya pembai’atan kalifah Usman bin Affan oleh seluruh umat muslim.
Angka 7.
Keterangan dalam Al-Qur’an langit ada 7.
Dialah (Allah), yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 29)
Tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 29 :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Huwal ladzī khalaqa lakum mā fil ardhi jamī‘an, tsummas tawā ilas samā’i fa sawwā hunna sab‘a samāwāt. Wa huwa bi kulli syai’in ‘alīmun. Artinya, “Dia (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia menuju langit, lalu menyempurnakannya menjadi tujuh lapis langit. Dia maha mengetahui atas segala sesuatu.” (Surat Al-Baqarah ayat 29). Ragam Tafsir Tafsir Jalalain menyebutkan, (Dia [Allah] yang menciptakan segala apa yang ada di bumi) seisinya (untuk kalian) ambil manfaat dan ambil pelajaran darinya. (Kemudian) setelah menciptakan bumi, (Dia menuju) bermaksud pada (langit, lalu menyempurnakannya) memutuskan langit (menjadi tujuh lapis langit. Dia maha mengetahui atas segala sesuatu) baik secara umum maupun secara rinci.
Apakah manusia, kata Tafsir Jalalain, tidak mengambil pelajaran bahwa Zat yang kuasa menciptakan alam semesta pada awalnya juga kuasa untuk menciptakan kembali mereka.
Dialah Allah, Zat yang lebih agung daripada mereka.
Kitab Ma’alimut Tanzil karya Imam Al-Baghowi mengatakan, penciptaan langit dan bumi pada Surat Al-Baqarah ayat 29 dimaksudkan agar manusia mengambil pelajaran dan menjadikan bukti kebesaran Allah.
Tetapi sebagian ahli tafsir menyebut penciptaan langit dan bumi dimaksudkan agar manusia menerima manfaat dari keduanya. Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya mengutip pandangan sahabat Ibnu Abbas RA dan mayoritas ulama salaf di bidang tafsir terkait kata istawā, yaitu naik ke langit. Sedangkan Ibnu Kaisan, Al-Farra, dan sekelompok ulama nahwu memahami istawa dengan menghadapi penciptaan langit.
Sebagian ahli tafsir, kata Imam Al-Baghowi, ada juga yang memahami istawā dengan qashada atau menuju, bermaksud, atau berkeinginan karena Allah awalnya menciptakan bumi, kemudian berkeinginan untuk menciptakan langit. Kemudian Allah menciptakan tujuh lapis langit dengan lurus atau sama rata tanpa retakan dan pemisahan. Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wīl karya Imam Al-Baidhawi menyebutkan, Surat Al-Baqarah ayat 29 menjelaskan nikmat lain menyusul nikmat Allah yang disebutkan pada Surat Al-Baqarah ayat 28. Langit dan bumi pada Surat Al-Baqarah ayat 29 merupakan ciptaan Allah yang menjadi tempat kekal dan tempat penghidupan manusia.
Lakum atau untuk kalian pada Surat Al-Baqarah ayat 29, kata Tafsir Al-Baidhawi, bermakna demi kalian dan demi kemanfaatan kalian di dunia dengan pemanfaatan bumi untuk kemaslahatan badan kamu dengan atau tanpa perantara di satu sisi; dan kemanfaatan agama kalian melalui penetapan bukti, pelajaran, dan pengenalan atas nikmat dan siksa akhirat bahwa penciptaan dunia bukan tujuan.
Adapun kata istawā dalam Surat Al-Baqarah ayat 29, kata Tafsir Al-Baidhawi, bermakna berkeinginan atau berkehendak seperti kalimat :
istawā ilaihi kas sahmil mursal idzā qashadahū qashdan mustawiyan min ghairi an yalwiya alā syai’in” atau berkehendak padanya seperti anak panah yang dilepas bila dituju dengan tujuan yang lurus tanpa berbelok pada apapun.
Sebagian ahli tafsir, kata Imam Al-Baidhawi, istawā bermakna istawlā wa malaka atau berkuasa dan merajai. Tetapi pengertian pertama lebih mendekati kebenaran.
Adapun pertanyaan seputar tujuh lapis langit berbunyi, Bukankah ahli astronomi menetapkan sembilan falak? Bagi saya, kata Imam Al-Baidhawi, apa yang mereka sebutkan masih mengandung keraguan.
Tetapi kalau pun benar, pandangan mereka tidak bertentangan dengan Surat Al-Baqarah ayat 29 karena ayat ini tidak menafikan jumlah di atas angka tujuh. Sementara saat yang bersamaan Allah juga mengelompokkan Arasy dan Kursi ke dalam langit sehingga sebenarnya tidak ada pertentangan antara temuan sains dan ayat ini. Surat Al-Baqarah ayat 29, kata Imam Al-Baidhawi, menunjukkan bahwa Allah mengetahui hakikat sesuatu serta menciptakan langit dan bumi dengan model paling sempurna dan paling bermanfaat.
Surat Al-Baqarah ayat 29 menunjukkan bahwa Zat yang kuasa melakukan penciptaan dengan susunan yang istimewa dan format yang teratur rapi adalah Zat yang maha tahu karena kesempurnaan perbuatan, putusan, dan penciptaan langit dan bumi dengan bentuk terbaik dan paling bermanfaat hanya akan muncul dari Zat yang maha tahu, bijak, dan penyayang.
Akhir Surat Al-Baqarah ayat 29, kata Imam Al-Baidhawi, memaklumkan bahwa kebenaran kebangkitan dibangun di atas tiga pendahuluan atau muqaddimah yang argumentasinya terbukti pada Surat Al-Baqarah ayat 28-29.
Pertama, materi tubuh memiliki potensi disatukan dan dihidupkan. Kedua, Allah adalah Zat yang mengetahui karakter dan posisi materialnya. Ketiga, Allah adalah Zat kuasa mengumpulkan dan menghidupkan material mereka kembali.
Semua itu ditunjukkan dengan kuasa-Nya atas penciptaan pada mulanya langit dan bumi dengan sempurna yang memberi kemslahatan dan dapat memenuhi hajat hidup manusia, dua zat yang lebih besar dan lebih ajaib dari jenis manusia.
Semua kenyataan ini, kata Imam Al-Baidhawi, menunjukkan kuasa Allah menghadirkan dan menghidupkan kembali manusia.
Hal ini juga menunjukkan puncak ilmu serta kesempurnaan kebijaksanaan Allah yang besar kuasa-Nya dan detail kebijaksanaan-Nya.
Adapun Tafsir Ibnu Katsir perihal Surat Al-Baqarah ayat 29 menyebutkan bahwa bumi diciptakan lebih dahulu daripada langit sebagaimana keterangan Fushshilat ayat 9-12. Dua ayat ini menjadi dalil bahwa bumi diciptakan oleh Allah lebih dahulu daripada langit. Saya, kata Imam Ibnu Katsir, tidak mengetahui perbedaan ulama perihal ini kecuali riwayat yang dikutip Ibnu Jarir dari Qatadah yang menduga bahwa langit diciptakan lebih dahulu sebelum bumi dengan dalil Surat An-Nazi‘at ayat 27-31 pada kata dahāhā.
Imam Ibnu Katsir mengutip jawaban sahabat Ibnu Abbas RA dalam Shahih Bukhari yang ditanya perihal ini. Sahabat Ibnu Abbas RA menjawab, Bumi diciptakan sebelum langit. Tetapi memang bumi dibentangkan setelah langit diciptakan. Demikian jawaban serupa banyak ulama tafsir baik zaman dulu maupun kekinian.
Adapun kata dahāhā atau pembentangan pada Surat An-Nazi‘at, kata Imam Ibnu Katsir, bermakna pengeluaran potensi dan sumber daya alam di bumi seperti air sehingga menumbuhkan aneka pepohonan dengan beragam jenis, sifat, warna, dan bentuknya.