KITAB ASMARAGAMA
Pulau Jawa di Negara Indonesia Asia Tenggara di antara Benua Australia dan Benua Asia.
Di dalam Kitab Pangracutan, ada yang memaparkan Ilmu yang dinamakan Sang Sejati Laki-laki dan Sang Sejati Perempuan yang sebagian isinya terurai di bawah ini.
Yang disebut roh Idlafi adalah roh perempuan, akan tetapi bertempat pada laki-laki.
Sang sejati perempuan itu roh Kudus mulia, akan tetapi bahwa roh laki-laki, sesungguhnya bertempat pada perempuan, Yang Maha Suci pada Jinem, bertempat di dalam Junub, makanya berkuasa menumbuhkan bergerak sendiri-sendiri saling tarik menarik, karena roh perempuan dipakai oleh laki-laki dan roh laki-laki dipakai oleh perempuan. Sehingga mengakibatkan akan saling berusaha menarik rohnya masing-masing, yang pada akhirnya saling bertukar sari, dengan cara bercinta dan kesudahannya berkuasa mengadakan sifat. Itulah sebabnya disebut sanggama, artinya bersatu menyatukan rasa, atau disebut saresmi, artinya bercampurnya sari berbaur yang menimbulkan saling merasa sama puasnya, karena terpengaruh oleh Dzat Tuhan Yang Maha Suci, dan biji yang dihasilkan akan tercetak atas warna ayah bundanya. Sebagaimana rincian berikut :
1. Yakni dalam kurun waktu 35 hari, di antara laki-laki dan perempuan siapa yang tergerak terlebih dahulu hatinya ingin bersetubuh, jika yang perempuan yang tergerak hatinya terlebih dahulu kepada laki-laki, maka tatkala telah sampai peristiwa menurunkan biji, niscaya akan keluar menjadi biji laki-laki.
2. Dan jika yang tergerak hatinya terlebih dahulu untuk bersetubuh adalah yang laki-laki, niscaya setelah sampai menurunkan biji, maka akan keluar menjadi biji perempuan. Dengan syarat, keduanya haruslah seimbang. Apabila tidak seimbang dalam hal rasa, meskipun bisa menghasilkan biji, akan tetapi bisa menimbulkan cacat. Sedangkan wujud cacatnya bisa bermacam-macam, di antaranya :
a. Jika salah satunya ada kesan kecewa atau kurang hasrat untuk bersetubuh, kelak akan memberi kesan kepada perangai sang anak akan mudah kecewa hatinya, kadang-kadang bisa menimbulkan kesengsaraan dan menderita dalam hidupnya bagi sang anak tersebut.
b. Apabila salah satunya ada yang merasa sedih atau marah dalam hatinya, yang tidak nampak dalam tata lahirnya, maka akan memberi kesan kepada perangai anaknya akan mudah timbul hawa nafsunya, yang bisa mengakibatkan hidupnya menjadi susah dan sengsara.
c. Jikalau salah satu dari pasangan yang hendak bersetubuh ada rasa kurang pas, maka akan membawa kesan bagi perangai anaknya di kemudian hari. Jika yang merasa kurang pas pihak perempuan maka akan memberi akibat tidak baik kepada anak laki-laki dan sebaliknya bila yang merasa kurang pas pihak laki-laki, maka akan memberi akibat tidak baik terhadap anak perempuan. Kesemuanya itu masuk bilangan tanda pengenal di dalam kurun waktu 35 hari itu wajib di jaga cipta dan rasa perasaan batin dari kedua belah pihak. Oleh karena itu perhitungan umur bayi lahir adalah dengan perhitungan umur setiap 35 hari, yang disebut dalam penanggalan Jawa dengan nama SELAPAN untuk menghitung umur bayi, dan setelah bayi berumur 1 (satu) tahun disebut anak, yang artinya kuat, dan selanjutnya perhitungan umurnya dengan perhitungan tahun.
Bersumber dari pesan wasiat Kanjeng Sunan Kalijaga, tentang hal menjaga olah rasa (lupa dan lengah) atau mensucikan bathin, menjernihkan pikiran; sedapat mungkin menciptakan ujud yaitu dalam gerak hati diharuskan dengan rasa timbang terima (ikhlas memberi dan menerima) cipta sasmita dari keduanya sebelum melakukan persetubuhan, serta harus mensucikan badan terlebih dahulu agar supaya baik kejadiannya, atau diharuskan dengan tatacara perilaku yang baik dalam bersetubuh, dan dalam cipta masing-masing keduanya janganlah ada pikiran yang tidak baik agar biji yang akan diturunkan pun baik.
Ada di antaranya, seseorang dalam bersetubuh hanya memikirkan kesenangan dirinya sendiri atau dalam cipta hatinya memikirkan yang tidak-tidak, hal demikian seumpama menjadi biji, maka kelak akan bisa memberi bahaya kepada kedua orang tuanya bahkan bisa memberi bahaya bagi lingkungan bahkan bagi negara.
Sehingga dalam melakukan bersetubuh, sebaiknya diamati dulu dalam kurun waktu sehari seyogyanya atau sebaiknya tidak ada rasa atau kejadian yang tidak mengenakan hati dari keduanya sehingga apabila menjadi biji, akan menjadi biji yang baik, yang akan menjunjung nama kedua orang tuanya, Agama dan Bangsanya.
ILMU ASMARA GAMA
Adapun inti atau sari dari Ilmu Asmara Gama ini, adalah satu-satunya teori tenaga pertemuan antara laki-laki dan perempuan, menuju ke arah dua maksud :
1. Menuruti nafsu keinginan kodrat alam semata, sehingga dapat menyatakan atau mengetahui akan ke indahan rahsa (rasa), dan.
2. Memenuhi iradat Tuhan, sehingga dapat menyatakan atau mengetahui akan keluhuran jiwa, yaitu biji manusia. Maka seyogyanya hal ini harus diketahui dan diperhatikan betul-betul oleh para pemuda dan pemudi sebelum dan setelah menikah, karena akan ada banyak sekali bahaya yang akan dapat merusak hidup manusia dari kesalahan yang ditimbulkan oleh akibat kurang sadar dengan angan-angan yang salah terhadap mulianya pertemuan atau seni asmara antara laki-laki dan perempuan yang akibatnya bisa menimbulkan hal negatif terhadap keturunannya yang diakibatkan hanya menuruti hawa nafsu sexnya saja tanpa ingat kepada tujuan yang mulia yaitu akan menurunkan generasi manusia.
Ilmu Asmaragama bisa dikatakan bersifat seni, kesenian alam. Seni di sini mengandung maksud mengikhtiari kodrat (berusaha merubah kodrat). Karena kesenian tidak hanya berbentuk tulisan, gerak atau benda yang sebagaimana yang telah ada, akan tetapi kesenian berasal dari kodrat sebagaimana uraian selanjutnya.
Kalimat Asmaragama atau asmara dan gama artinya sama saja dengan Asmara = sangat berkehendak, sangat ingin, sangat rindu; Sedangkan Gama sama dengan bersanggama atau bersetubuh melakukan kegiatan sex, yaitu tingkah laku untuk menumbuhkan semangat penarik dan pendorong keluarnya air rahsa yang timbul dari sangat berkehendak tersebut. Air rahsa itu disebut juga mani, yaitu air yang mengandung jiwa berupa biji manusia.
Jadi, Asmaragama berarti meledaknya semangat Roh ke alam nyata, yang ditimbulkan oleh pertemuan antara cipta rasa antara laki-laki dan perempuan, yang tersusun dan dipengaruhi serta dibatasi oleh kekuasaan kodrat. Rasa di sini adalah suatu daya yang bisa menimbulkan kejadian. Sehingga Cipta rasa perlu diperhatikan baik-baik, karena akan menentukan sifat dari keturunannya kelak, jadi di sini berkenaan erat dengan seni (ikhtiar - usaha). Sebab jika Cipta rasa yang hanya berisi nafsu sex belaka, maka akan berakibat buruk pada keturunan yang akan berpengaruh pada kehidupannya. Maka dari itu, ikhtiar dengan berusaha mengubah kekuatan kodrat nafsu sex dengan ingat akan kejadian biji yang akan di turunkan yang akan menjadi manusia hidup, agar terhindar dari sifat-sifat tidak baik dan berubah menjadi sifat baik dan sempurna.
Asmaragama adalah suatu ilmu umum untuk semua manusia, karena di situ mengandung dua hal yang penting bagi manusia, yaitu kehendak keinginan biasa yang berhubungan dengan kesenangan kenikmatan sex pada bagian sifat kelahiran’ dan juga berkenaan dengan biji keturunan. Hal ini juga berkenaan dengan keluhuran batin manusia demi untuk kebaikan dan kesempurnaan keturunannya. Karena kelahiran manusia yang tidak baik dan jahat akan merusak pergaulan hidup dan malah akan merusak sifat manusia dimana sifat manusia yang seharusnya adalah sebagai makhluk tertinggi derajatnya di alam dunia ini.
Sebagaimana telah dijelaskan, maka sudah jelas bahwa keturunan ada hubungan yang sangat erat dengan tata cara sanggama. Saat itulah yang akan menentukan jadinya titisan biji yang nantinya akan menjadi jahat atau berbudi luhur. Pertanyaan; apakah tidak ada keturunan yang tidak sama sifatnya seperti sifat dan pikiran ayahnya ketika melakukan sanggama? Jawabnya, ada, akan tetapi kejadian seperti ini adalah suatu kejadian yang amat luar biasa, karena berhubungan erat dengan kodrat Tuhan. Tetapi kita jangan lupa; bahwa kodrat Tuhan adalah kejadian luar biasa, dan di samping kodrat Tuhan, akan menentukan pula Irodat (Usaha -ikhtiar). Jika tidak ada irodat, maka sifat manusia akan sama dengan sifat hewani, dimana manusia akan merosot derajatnya. Sebagaimana keturunan binatang di hutan, bagaimana sifat, wujud dan tabiatnya. Sedangkan bagi manusia, yang menyalahi asal mula keturunan karena tidak seperti tabiat orang tuanya hanya ada seperseribu persen hal itu akan terjadi.
Contoh nyata dari hal tersebut adalah cerita tentang kelahiran Nabi Musa As. Dimana proses kejadiannya tidak sesuai dengan teori yang telah dijelaskan. Karena kejadian tersebut murni atas dasar Kodrat Tuhan.
Sifat tabiat atas dasar pendidikan atau tuntunan dalam olah asmara agar keturunannya mempunyai sifat dan tabiat yang baik, para ahli telah memberi pedoman bahwa kita harus tau sifat dan tabiat yang baik sesuai aturan yang telah digariskan dalam hukum Tuhan, Hukum Negara, Hukum Alam dan Hukum Masyarakat, dan kita harus ingat bahwa dalam melakukan sanggama (sex) akan berpengaruh pada sifat dan tabiat dari anak yang akan dilahirkannya kelak.
Contoh sekedar dari cipta yang salah atas kodrat dan kehendak yang berisi nafsu sex belaka adalah dari cerita Begawan Wisrawa dalam kisah wayang, ketika melakukan senggama dengan Dwi Sukesi, karena terdorong nafsu sex belaka, maka ketika melahirkan putera, puteranya bersifat Raksasa yaitu Rahwana yang bersifat angkara murka, karena cipta yang dikuasai nafsu yang menyalahi hukum alam, dan putera selanjutnya adalah Sang Kumbakarna dan Dewi Sarpakenaka yang keduanya masih bersifat raksasa. Kemudian barulah sadar Begawan Wisrawa, bahwa dalam olah asmara tidak hanya diliputi dan dikuasai oleh nafsu sex belaka, akan tetapi atas dasar daya cipta yang mulia, maka buah hasilnya yang terakhir jadilah lahir putera yang bersifat Satria, gagah dan bijaksana, yaitu Sang Gunawan Wibisana.
Ada contoh lagi menurut catatan yang dikutip dari catatan ilmu nujum dan perbintangan, bahwa di Ingris pada tahun 1703, terlahir dari keluarga ahli hukum, dan dari keturunannya menurunkan :
1. Sarjana ahli hukum 15% dari 881 orang keturunannya.
2. Sarjana pandai 35% dari 881 orang keturunannya.
3. Prajurit 9% dari 881 orang keturunannya.
Pada tahun 1720, terlahir dari seorang penjahat besar, dan dari keturunannya menurunkan :
1. Penjahat 30% dari 1257 orang keturunannya.
2. Pencuri 5% dari 1257 orang keturunannya.
3. Pembunuh 0,6% dari 1257 orang keturunannya.
Dari contoh tersebut, bisa dijadikan pelajaran, bahwa ketika melakukan asmaragama seperti yang dilakukan oleh Begawan Wisrawa, Ahli Hukum dan Penjahat, tidaklah memperhatikan Irodat (seni) asmara, maka hanya kodratnya saja yang mengalir sehingga terjadi hal demikian itu.
Dalam ilmu Asmaragama terdapat beberapa macam seni yang bisa mendorong semangat bercinta, serta memperoleh hasil keturunan yang sempurna. Kesenian yang demikian adalah pokok dari seni di dalam semua kesenian yang ada di dunia ini, bagi orang yang benar-benar mendalami seni dibanding segala jenis seni yang ada dalam seni hidup di dunia ini, demi untuk membina indahnya dalam membina keluarga yang indah dan bahagia.
Sesungguhnya di jaman sekarang, masih banyak orang yang tidak sadar akan indahnya seni dari seni tersebut. Manusia jaman lampau menganggap bahwa kesenian adalah sebagai alat permainan saja. Maka tidak mengherankan bahwa Ilmu Asmaragama itu dianggap sebagai ilmu untuk bersenang-senang semata. Padahal sebetulnya, Ilmu Asmaragama itu adalah suatu kesenian manusia yang paling tinggi dan terbesar pengaruhnya terhadap susunan masyarakat di dunia ini. Karena segala kesenian yang nampak di dunia ini, hanya sebagian saja dari meledaknya keindahan alam semata-mata, sedangkan sumber kenikmatan rasa keindahan, masih tersimpan di dalam Surga.
Itulah pokok rasa keindahan yang digambarkan dalam Ilmu Asmaragama, tetapi yang bisa menyerap Ilmu Asmaragama ini hanya manusia yang mendapat rahmat Tuhan, sebagaimana halnya yang digambarkan dalam kisah Harjuna yang memang sakti dan telah diwejang (diberi ilmu) oleh Hyang Indra dalam merasakan kenikmatan di alam Surga yang indah, yang rasa nikmat keindahannya dibanding rasa nikmat keindahan di dunia satu di banding sepuluh ribu jika di banding nikmat keindahan di alam Surga yang abadi.
Jenis-jenis Ilmu Asmaragama, dibagi beberapa tahapan, yaitu :
1. ASMARA SABDA
Seluruh kehendak manusia yang harus dinyatakan kepada lawan jenisnya, supaya kehendak keinginannya itu dapat sempurna, maka orang harus berlaku dengan cara menyusun kata-kata (Sabda), atau perkataan menjelaskan, untuk menggambarkan sebagaimana sifat dan bentuknya barang yang dikehendakinya itu. Begitu juga dalam berkehendak antara laki-laki dan perempuan, manusia harus bisa menyusun kata-kata indah yang ditujukan kepada lawan jenisnya. Dalam bahasa sekarang, disebut rayuan dan sanjungan yang indah.
Ketahuilah “Asmarasabda Kuna” yang dilakukan oleh para Raja dan Satria di jaman itu disebut bercumbu-cumbuan dalam bahasa Jawa disebut “Ngungrum” dengan kata-kata, lagu yang sangat indah, merdu merayu hingga bisa melambungkan rasa dan mabuk kepayang dan melayang-layang rasanya bagi yang terkena rayuan tersebut.
2. ASMARA TURIDA
Sesungguhnya Asmaraturida, adalah suatu Ilmu untuk menghindarkan penolakan oleh pihak wanita, sehingga pemuda yang menginginkan wanita dapat berhasil atas cita-citanya.
Asmaraturida (Hasrat yang menyala) adalah suatu perasaan rindu yang apabila perasaan ini menyerang manusia akan bisa menimbulkan rasa yang sangat menyedihkan bagi penderitanya.
Barangsiapa yang mengalami peristiwa tersebut, tentu akan merasa menderita. Padahal sebenarnya, seseorang yang sedang menderita perasaan rindu tersebut, adalah suatu rasa perasaan yang terjadi dengan sendirinya, yang terbentuk dari terpusatnya tenaga dari : Budi, kehendak, cipta dan pikiran, yang kesemuanya itu bersatu bekerja sama untuk memperoleh sesuatu yang dikehendakinya, maka rasa rindu atau keinginan yang kuat itu adalah tenaga rasa yang teristimewa yang mudah sekali membangkitkan “Tekad Manusia” , untuk memperoleh yang di idam-idamkannya (di inginkannya). Oleh karena kekuatan lahir dan batin itu terletak dalam perasaan rindu dari keinginan yang kuat maka di saat itu manusia akan mencurahkan tenaga sehebat-hebatnya untuk memperoleh yang diinginkannya itu.
Sehingga dengan demikian Asmaraturida, manusia baru bertindak atas dorongan batin, atau atas dasar “Tenaga Cipta” seperti tersebut di bawah ini :
3. ASMARACIPTA
Syarat yang pertama untuk menjalankan Asmaracipta, bagi seorang pemuda yang jatuh cinta (rindu) adalah dengan jalan tidak bertemu dengan wanita pujaanya selama 3 hari 3 malam bagi wanita atau laki-laki yang berkulit putih dan kuning, 7 hari dan 7 malam bagi yang berkulit merah atau sawo matang, 7 hari sampai dengan 40 hari/malam bagi yang berkulit hitam. Agar diusahakan nafsu yang berkobar tidak membakar cipta, dan cipta tidak dikuasai nafsu hingga cipta dapat menghela dan menuntun nafsu.
Setelah itu, pada waktu sore hingga tengah malam sekitar jam 12 malam tidak boleh tidur, kemudian duduklah di tengah-tengah halaman dengan konsentrasi mengheningkan cipta (Samadi), yaitu dengan cara kedua tangan bersedakep atau disilangkan di dada, badan bersandar di bawah pohon atau tempat duduk yang telah disediakan, lalu menutup tenaga pancaindra, yaitu tidak mendengarkan suara, tidak melihat apa-apa, tidak membau, merasa dan tidak berbicara, paling sedikit selama 5 menit, dan disaat itu hanya memandang keluar masuknya nafas saja.
Berusaha menguasai pancaindra (lima indra) sampai tenang tidak bertenaga, seolah-olah perasaan setengah tidur, sehingga keluar masuknya nafas teratur dan pendek (sesak). Gerak hati juga demikian, dibuat berhenti juga, yaitu diusahakan kehendak (cita-cita), karsa (kemauan), cipta (budi) pikiran, rasa (menimbang-nimbang) jangan sampai bertenaga apa-apa sampai setenang mungkin. Tapi ingat, jangan sampai tertidur.
Untuk lebih jelasnya, di dalam pemandangan nafas, badan wadag (tubuh) badan Indra dan badan batin tersebut, tiga-tiganya berhenti bersama-sama. Sekarang yang tinggal hanya pemandangan nafas, harus segera dipindahkan ke dalam cipta, yaitu menciptakan gambar orang dan dimasukkan ke dalam cipta, karena pandangan cipta bisa menurut sesuai corak kehendak ciptaannya.
Singkat kata, jika gambaran sang kekasih telah menjelma dalam pandangan cipta (pandangan batin), bolehlah gambaran tadi di rasai sepuas-puasnya, laksana pertemuan dalam alam nyata.
Maka akibat yang ditimbulkan, dapat menembus kepada rasa jiwa kekasihnya, walaupun ketika itu sang kekasih sedang tidur nyenyak, maka sang kekasih akan merasakan hal yang sama seperti dalam pertemuan di alam nyata, sehingga ketika itu bisa menimbulkan rasa cinta kepada si pencipta rasa itu.
Jika pihak lawannya itu memang ada rasa cinta, baik pihak wanita ataupun pria tentulah akan berakibat membikin pusing kepala. Hingga akhir yang diharapkan akan sampai pada jenjang pernikahan. Ilmu Asmaracipta juga bisa digunakan di saat ada halangan perpisahan bagi yang telah menikah karena sesuatu hal atau tugas menjalankan kewajiban hidup yang harus terpisah sementara waktu.
4. ASMARAWANITA
Adapun Asmarawanita, Asmara = kehendak, wanita = perempuan (Istri) dalam arti : “Menunjukan rahsa indah yang terdapat dalam tubuh seorang wanita.” Maka di sini akan di uraikan tanda-tanda yang menunjukan tanggal terbitnya, jalan pindah-pindahnya rahsa indah kepekaan rasa dari seorang wanita dalam tiap-tiap hari setiap bulannya.
Di dalam badan wanita, pangkal rahsa indah kepekaan rasanya itu tidak tetap dan tidak hanya berpangkal dalam tempat yang tertentu saja, melainkan berpindah-pindah letaknya. Bagian sensitif itu akan berpindah-pindah mengikuti pengaruh peredaran bulan. Puncak rasa asmara wanita itu paling bergairah saat Bulan Purnama dan saat bulan mati. Karena menurut kodrat alam Bulan adalah sangat berpengaruh dan mengawasi kepada rasa perasaan manusia terutama wanita. Maka daripada itu, jika pada suatu waktu pengaruh sang bulan bertepatan atau mengenai pada bagian anggota tubuh manusia, maka tempat tersebut besar sekali rasa kepekaannya (sensitif) bila di raba agar menggerakkan dan mengobarkan rasa perasaan asmara yang dimaksudkan.
Karena hal itu telah ditetapkan oleh kodrat alam atau hukum alam, bahwa rahsa indah bagian sensitif dalam tubuh seorang wanita itu, tiap-tiap 24 jam berpindah-pindah, maka perlu sekali bagi seorang suami memahami berganti-gantinya letak kepekaan seorang wanita berdasarkan knop kalender yang berdasar peredaran bulan, bukan kalender yang berdasar peredaran matahari, untuk lebih jelasnya, letak kepekaan atau letak sensitif wanita; sebagaimana uraian di bawah :
Tanggal 1; terletak di bagian kepala seluruhnya diraba dengan belaian lembut di antara dahi dan rambut.
Tanggal 2; terletak di bagian pusar (tengah perut) ciumlah pusarnya, atau raba dan belailah (usap) dengan penuh perasaan.
Tanggal 3; terletak di bagian kedua pahanya, raba dan usap serta belailah terutama bagian dalam dari paha, tentunya dengan belaian lembut tanpa tekanan.
Tanggal 4; terletak di bagian dada (Anggota di atas perut) peganglah dadanya dengan mantap biar wanita merasa nyaman dan juga belailah pipinya.
Tanggal 5; terletak di bagian pucuk atau puting susunya, ciumlah dengan lembut serta digelitik dengan lidah ataupun juga digelintir dengan gigi seperti mengulum buah anggur (Tapi ingat harus dengan lembut penuh perasaan jangan sekali-kali menimbulkan sakit).
Tanggal 6; terletak di bagian kedua bibirnya, ciumlah mulutnya dengan penuh gairah agar wanita merasa dirinya sangat dibutuhkan.
Tanggal 7; terletak di bagian antara kedua belah buah dadanya, rabalah dengan tangan, ingat dengan belaian lembut antara menyentuh dan tidak.. usapan lembut tentunya.
Tanggal 8; terletak di bagian birit; bukan pantat, peganglah dan dengan di tekan-tekan.
Tanggal 9; terletak di bagian paha bagian atas sampai pinggang, raba dan belailah bisa juga dengan ciuman lembut di bagian bawah pinggang.
Tanggal 10; terletak di bagian perut, rabalah agak keras perutnya.
Tanggal 11; terletak di bagian hidung, cium dengan lembut pipinya.
Tanggal 12; terletak di bagian atas- peganglah di atas tulang gandunya (Tulang walikat atau pinggang).
Tanggal 13; terletak di bagian puncak sebelah buah dada dan rabalah kemaluannya (farjinya).
Tanggal 14; terletak di pantat bagian atas rayu dan ajaklah bersanggama dengan rayuan dan perkataan lemah lembut serta di belai mukanya.
Tanggal 15; terletak di bagian paha bagian atas (di bawah tulang gandu) dan juga cium pipinya.
Tanggal 16; kembali seperti tanggal satu, dan untuk tanggal selanjutnya seperti urutan di atas.
5. ASMARAGAMA (Sanggama)
Menurut uraian dalam Kitab Asmaragama, diterangkan bagaimana cara mengendalikan jalannya rasa; akan tetapi di sini terlebih dahulu untuk diperhatikan : Janganlah bersetubuh setelah makan, paling tidak 3 jam setelah makan, janganlah dalam bersetubuh memikirkan hal yang bukan-bukan. Lebih baik di saat itu memikirkan hal-hal yang positif. Pada saat ingin melakukan Asmaragama atau senggama, hendaklah konsentrasi mengendalikan serta memadamkan panca indranya, sedangkan ciptanya hendaknya konsentrasi dalam hal-hal keutamaan. Setelah 99% ketenangan di capai, barulah Sanggama dimulai.
Adapun sebelum melakukan bersetubuh, hendaklah duduk berhadapan muka, di tempat yang di rasa baik, yaitu di tempat tidur atau tempat lainnya yang di rasa aman. Segala keinginan harus dikendalikan, jangan sekali-kari merasa kurang cinta, takut, heran, benci kepada sesuatu atau orang lain. Tujukan kemauan keinginan itu ke pangkal kenikmatan yang sejati. Tunggulah hingga keduanya telah siap dan kuat betul keinginannya terutama kepunyaan laki-laki haruslah benar-benar telah siap dan menegang keras. Setelah itu, Kemudian peganglah tangan kiri wanita dengan tangan kanan, kemudian tangan laki-laki memeluk wanita, sambil mencium atau apa saja seperti uraian di bab sebelumnya,di atas, jangan tergesa-gesa. Hal ini hanya sebagai syarat untuk menambah birahi keduanya. Sementara itu harus dilakukan bersama-sama beranjak dari tempat duduk ke tempat berbaring, kemudian baringkan sepantasnya. Pakaian usahakan yang longgar agar tidak menghalangi.
Sesudah itu, renggangkanlah (buka) kedua kaki wanita dan kedua tumit perempuan diletakan pada pangkal paha, yang seolah-olah untuk menyokongnya.
Adapun posisi laki-laki, dengan posisi berjongkok tegak berhadapan muka, dan jangan tergesa-gesa melakukannya bila belum siap betul. Jika telah benar-benar siap dan senjata laki-laki telah mengeras kuat, maka peganglah kepala kemaluan dengan tangan kanan untuk dimasukan ke lobang kemaluan wanita dengan perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit, dan pelan agar wanita makin kuat birahinya. Adapun tangan kiri lebih baik dijadikan bantal di bawah kepala perempuan.
Perbuatan memasukkan senjata laki-laki ke dalam lubang perempuan, sebaiknya dilakukan oleh perempuan, yang mana membuktikan bahwa perempuan itu benar-benar cinta dan ingin sekali menikmati kenikmatan sejati itu.
Sesudah dapat masuk sampai pangkalnya, maka letak kaki berubah membujur yang lurus, perut di atas perut, dada lelaki di atas buah dada wanita, tetapi jangan terlalu menekan, sebisa mungkin dengan tekanan lembut dengan tekanan mengambang saja. Kemudian laki-laki mulai bekerja menarik dan memasukkan senjata laki-lakinya dengan cara diayun dengan pelan dan lembut seiring keluar dan masuknya pernafasan, yaitu di saat menarik nafas maka masukkan ke dalam dan di saat mengeluarkan nafas, tarikan keluar. Begitu berulang-ulang menarik dan memasukkan mengayunkan senjata itu dengan secara kesatriya yang selalu ujung senjata laki-laki itu ditujukan ke bagian atas agak ke kiri sedikit, agar mengenai tempat kenikmatan wanita yang sesungguhnya.
Menurut kebiasaan, tidak berapa lama akan keluar lendir yang berguna sebagai minyak pelumas. Ingatlah, ketika laki-laki mengeluarkan minyak serupa ini, maka perbuatan menarik dan memasukkan mengayun senjata harus selalu konstan, sehingga ketika tempat kenikmatan wanita yang sering tersentuh kepala senjata laki-laki, maka wanita akan merasa geli dan nikmat yang tiada terhingga. Hal demikian akan nampak pada rona merah di wajahnya serta rintihan lembut dan desahan nafas yang menggebu. Jika sudah demikian agar dipercepat keluar masuknya ayunan senjata dengan tekanan yang mantap. Dan biasanya wanita akan bertingkah yang seolah-olah membantu kerja laki-laki. Apalagi jika wanita tersebut adalah wanita yang telah berpengalaman dalam olah asmara, wanita itu mulai sejak awal permainan akan bersikap dengan tingkah yang luar biasa, sehingga proses persetubuhan bisa sangat memuaskan pihak laki-laki. Sehingga banyak laki-laki yang tergiur pada kepandaian perempuan pada saat olah asmara di banding pada elok dan cantiknya rupa, dalam hal pada keahliannya menyenangkan pria. Begitu sebaliknya, banyak wanita yang sangat mencintai laki-laki bukan karena ketampanan dan kekayaannya, akan tetapi disebabkan karena sangat pintarnya dalam melakukan olah asmara.
Sedangkan bagi wanita yang belum berpengalaman, maka ia akan malu untuk berbuat demikian yang disebabkan ia takut, jika disangka yang bukan-bukan, padahal aslinya dia ingin sekali bertingkah yang demikian itu.
Jika perempuan sudah menggelinjang dengan sangat hebatnya, diharapkan laki-laki mengimbanginya dengan jalan mempercepat dalam menggerakkan keluar masuk ayunan senjatanya dengan tekanan yang mantap. Dimana hal demikian akan menimbulkan rasa nikmat yang tiada tara di pihak perempuan sehingga erangan dan rintihan perempuan akan semakin hebat bahkan kadang ada pekikan kecil, dan jika diperhatikan akan nampak tanda bahwa wanita akan mengeluarkan air rahsa, dimana laki-laki harus waspada dan harus mengimbangi dan menuruti gelagat wanita yang demikian dengan cara makin mempercepat dan mengeraskan keluar masuknya ayunan senjata nya... sampai puncak kenikmatan di kedua belah pihak dapat tercapai bersama-sama.
PERINGATAN
Bila perempuan belum kelihatan tanda-tanda akan mencapai puncak kenikmatan dan pihak laki-laki akan mendahului keluarnya air mani sumber kenikmatan sejati, maka hentikanlah dahulu perlawanan dengan cara tetap di biarkan di dalam atau di bibir kecil kemaluan wanita, dengan dibarengi menahan nafas serta diiringi cumbu rayu atau kata hiburan yang indah kepada wanita, sehingga wanita tidak merasa kecewa atau hilang nafsu asmaranya. Sebab apabila laki-laki membiarkan saja keluarnya mani, maka sia-sia saja perbuatannya itu. Karena jika laki-laki telah mengeluarkan air maninya, maka laki-laki akan kehabisan tenaganya. Hal demikian tentunya sangat mengecewakan perasaan wanita dan jika wanita yang melakukan hubungan asmara tidak sampai kepada puncak asmara, maka wanita itu akan mengalami sakit di bagian pinggangnya.
Sebaiknya, diusahakan untuk bersama-sama mencapai puncak kenikmatan dengan di tandai keluarnya pancaran air mani laki-laki dan wanita, dan wanita akan memberi tanda denyutan-denyutan lembut yang menggigit kepala senjata laki-laki, sehingga keduanya merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang tentunya dalam puncak rasa kenikmatan yang demikian jangan lupa batin selalu sadar bukan hanya puncak kenikmatan yang di harapkan akan tetapi juga sadar akan terjadinya biji manusia. Terjadinya biji manusia itu lebih mudah prosesnya jika keduanya keluar bersamaan. Bagi laki-laki yang waspada ketika puncak rasa kenikmatan dan pancaran air maninya sedang menyembur keluar dengan kuatnya yang jika air mani itu akan berhasil membuahi wanita, maka laki-laki akan melihat pancaran cahaya kehijauan atau kekuningan di antara kedua matanya, apabila seorang laki-laki mau berkonsentrasi untuk memperhatikannya.
Dengan tanda-tanda yang demikian, maka akan dapat diketahui jadinya anak yang akan di lahirkannya. Jika cahaya yang muncul, nampak kehijauan maka anak yang akan dilahirkan akan menjadi anak perempuan. Dan jika cahaya yang muncul berwarna agak kekuningan, maka anak yang akan dilahirkannya akan menjadi anak laki-laki. Selain tanda-tanda tersebut, juga juga ada tanda tanda lainya, yaitu apabila wanita yang lebih dulu sangat bernafsu saat melakukan sanggama, maka apabila menjadi anak, akan menjadi anak perempuan, sedangkan bila laki-laki yang lebih dulu bernafsu di banding perempuan, maka akan menjadi anak laki-laki.
Kembali pada topik sanggama, apabila wanita sudah sangat bernafsu dengan menggelinjang dan badanya kenyal serta irama rintihan dan erangan semakin merdu, disertai liarnya gerakan tubuhnya, maka laki-laki harus faham dan harus mengimbangi hasrat wanitanya dengan cara semakin mempercepat dan mengeraskan tekanan atau dengan cara menekan keras dengan tulang kemaluan pria dan digeser dengan goyangan melingkar seolah-olah akan di telan semua milik senjata laki-laki, tentunya boleh di tambah dengan dekapan, ciuman dan atau apa saja yang pantas, sehingga akan semakin menambah cita rasa dalam persetubuhan, dan jangan lupa selalu usahakan kepala senjata laki-laki di arahkan mengenai manik letak puncak kenikmatan wanita. Jika wanita telah benar-benar mendekati puncak kenikmatan, maka posisi wanita dirubah dengan posisi lipatan kakinya di luruskan dan dibujurkan dan kedua pahanya dirapatkan. Sedangkan pihak laki-laki pahanya diletakkan di atas paha wanita, perut di atas perut, dada di atas dada , dengan tungkai kaki berdiri tegak dengan ditopang oleh kedua ibu jari kakinya.
Jika telah demikian, maka wanita akan semakin merasa tidak tahan, menunggu-nunggu mengharap yang juga dapat dilihat dari tingkahnya yang semakin menggeliat mengerang merintih liar, dimana di saat itu air rahsa wanita mulai terayun yang tak lama lagi akan keluar.
Jika sudah demikian, maka pihak laki-laki harus menekankan senjatanya ke dalam yang ditujukan ke arah atas (peranakan) sehingga pangkalnya senjata masuk ke dalam bibir besar kemaluan wanita dengan memusatkan pancaindranya dan menghilangkan segala pikiran dan angan-angan kosong dimana pikiran harus selalu berada di pusat perhatian pada hal-hal yang utama seperti tersebut di atas.
Ada baiknya juga, di saat demikian laki-laki berbuat dan menggosok seluruh tubuh wanitanya dan sedikit menggigit bibir atas atau bawahnya.
Maka tidak berapa lama lagi, keluarlah air rasa sumber kenikmatan sejati seorang wanita dengan di tandai tubuh wanita itu akan kelihatan begitu letih, dengan roman muka yang agak kepucatan, dikarenakan seakan-akan tidak tahan menahan rasa nikmat dari puncak kenikmatan yang tiada bandingnya di atas segala puncak rasa kenikmatan yang ada. Atau tanda tanda lain yang bisa dirasa oleh laki-laki adalah ujung kemaluan laki-laki terasa di denyut-denyut dihisap oleh jepitan siput wanita yang tentunya akan menambah nikmat laki-laki juga.
Di saat puncak persetubuhan yang demikian, kerap juga ada seorang wanita yang mengerang, mengaduh menjerit dengan pekikan kecil atau yang lainnya yang disebabkan oleh rasa nikmat dan rasa puas yang luar biasa, yang mana laki-laki akan merasa kasihan yang luar biasa padanya, sehingga laki-laki akan merasa capai dan kadang hadir pula perasaan lainnya, dan pada saat itu di antara rasa tidur dan jaga atau ngantuk yang luar biasa, biasanya akan muncul cahaya mulia tersebut di atas.
Tata cara persetubuhan seperti ini adalah buat laki-laki yang berukuran sedang kemaluannya, sedangkan bagi laki-laki yang kemaluannya panjang juga dapat melakukan persetubuhan dengan cara ini, pada saat permulaan ketika tumit perempuan masih di pahanya, ketika menarik dan memasukkan senjatanya jangan terlalu dalam, yang mana bisa menyebabkan sakit di pihak perempuan. Atau untuk mengetahui hal ini sebaiknya di tanyakan kepadanya, jika perempuan merasa sakit maka terlalu panjanglah kemaluannya. Sebaliknya bila merasa kurang nikmat, maka senjata itu berukuran sedang atau pendek, akan tetapi harus selalu diingat!!! Selalu di tujukan ke arah atas agak ke kiri sedikit atau bisa juga di tanyakan kepada pihak wanita. Memang seharusnya kedua belah pihak harus saling terbuka dan saling berkomunikasi pada awal-awal masa pernikahan, sampai di temukan posisi, cara yang tepat agar keduanya bisa mencapai puncak asmara yang di dambakan.
Adapun cara bersetubuh bagi laki-laki yang kemaluannya (kelaminnya) terlalu pendek, jika memakai cara di atas, maka ketika puncak rasa akan dicapai, kedua kaki wanitanya tidak usah dibujurkan atau diluruskan ke bawah, biarkan tetap terbuka dan tumit wanitanya biarkan di pangkal pahanya. Lebih baik lagi ketika sudah mendekati puncak asmara, maka kaki wanita kedua-duanya di angkat ke atas seolah-oleh dipikul di pundak laki-laki. Atau lebih sempurna lagi, jika sejak mulai awal sanggama, kedua kaki wanitanya di pikul di pundak laki-laki dari mulai awal persetubuhan sampai selesai. Ini berlaku bagi laki-laki yang terlalu pendek senjatanya .Akan tetapi, bagi laki-laki yang terlalu panjang senjatanya jangan melakukan cara seperti ini.
Adapaun tata cara bersetubuh bagi laki-laki yang terlalu panjang senjatanya ialah, terlebih dahulu duduk berhadapan, memegang tangan, memeluk, mencium dan lain-lain, tidak ada bedanya dengan cara-cara di atas. Sikap demikian ini hanya sebagai cara guna menambah gairah atau menguatkan saja agar benar-benar kokoh maka perlu dilakukan pemanasan seperti tersebut di atas, kemudian tangan kanan laki-laki dijadikan bantal bagi wanita dan diatur hingga posisi paling selaras.
Setelah senjata laki-laki masuk pada tempatnya, dan akan memulai mengayunkan senjatanya, maka luruskan kaki perempuan ke bawah hingga kedua pahanya benar-benar rapat, hingga senjata laki-laki terasa terjepit. Jika sudah demikian, maka mulailah mengayunkan senjata dengan cara memasukan dan menarik dengan diimbangi pernafasan seperti sudah dijelaskan di muka. Adapun soal mencium, membelai, meremas buah dada dan membelainya, bisa dilakukan dengan syarat dengan penuh perasaan dan tidak boleh kasar. Karena wanita adalah lembut dan penuh kelembutan. Bila wanitanya sudah mendekati puncak rasa, dengan di tandai erangan, rintihan, desahan dan tingkah polah yang menggelinjang-gelinjang (seolah-olah menggigil), maka laki-laki harus mengimbangi dengan cara mempercepat ayunan menarik dan memasukan senjatanya dengan sedikit di gosokan ke kanan dan ke kiri atau mirip dengan mengaduk minuman. Dengan demikian semakin hebatlah rintihan dan erangan wanitanya serta geliat tubuhnya sebagai tanda bahwa tidak lama lagi akan meledak dan terpancarlah puncak rasa, dimana laki-laki harus selalu mengimbangi gelora wanita yang telah bertingkah demikian hingga benar-benar sudah semakin dekat mencapai klimak, maka tekan dengan kuat senjata laki-laki ke dalam hingga pangkalnya memasuki bibir besar kemaluan wanita, dengan memusatkan pikiran dan pancaindra serta di pusatkan pada hal-hal yang baik dan utama, sampai puncak kenikmatan benar-benar telah dirasa oleh keduanya.
Sehingga jelaslah, bahwa sejak dari awal hingga selesainya bersetubuh, kedua kaki wanita harus tetap membujur lurus dengan merapatkan ke dua buah pahanya, sedangkan yang laki-laki dengan posisi dada di atas dada, perut di atas perut, sedangkan tangan kiri dijadikan bantal, sedangkan kedua kaki direnggangkan dengan posisi seperti katak yang akan meloncat.
Sedangkan bila persetubuhan dilakukan oleh laki-laki yang bentuk senjatanya sedang, maka sebaiknya pantat wanitanya di ganjal dengan bantal kecil ataupun lainnya, sehingga posisi kemaluannya agak terangkat lebih tinggi.
Akan tetapi bagi laki-laki yang bentuk senjatanya terlalu pendek, maka dalam melakukan bersetubuh sejak mulai awal hingga selesai posisi kedua kaki perempuan di taruh di pundak laki-laki, sedangkan posisi laki-laki sedikit berlutut denga ditahan oleh tumitnya, atau setengah merangkak dan setengah berdiri pakai lutut, hingga bila dilihat dari samping sikap laki-laki mirip dengan sikap kucing sedang duduk.
Demikian sedikit uraian bersetubuh, sedangkan aturan dan tata cara lainnya bisa di pelajari sendiri, asal sepaham dan disepakati oleh kedua belah pihak, dan selalu diingat bahwa :
Usahakan keluarnya air rahsa puncak dari persetubuhan keluar bersama-sama antara laki-laki dan wanita.
Lurus atau tidaknya senjata laki-laki, yaitu bila senjata laki-laki bengkok ke kanan, maka ayunan tekanan ke dalam vagina diusahakan di belokan atau digeyolkan ke kanan, sebaliknya bila bengkok ke kiri, maka ayunan senjatanya harus di geyolkan ke kiri.
LARANGAN BERSETUBUH
Bersetubuh semenjak jaman purba hingga kini, adalah suatu adat yang termasuk kehendak Tuhan. Adapun kehendak Tuhan yang dimaksudkan adalah untuk memperbanyak keturunan, demi untuk menyembah Tuhannya.
Sehingga sudah jelaslah di sini, bahwa melakukan persetubuhan tidak diijinkan oleh-Nya hanya digunakan untuk permainan dan memuaskan hawa nafsu sexnya saja. Jika hal demikian tetap dilakukan, Tuhan akan memberikan peringatan berupa penyakit diantaranya : Druiper, Syangker, Syphilis, Raja singa, dan lai-lainya.
Jangan sekali-kali melakukan senggama memakai obat kuat, baik yang berupa tepung, pil, ataupun semacam minyak yang di balurkan di kepala atau seluruh kemaluan ataupun yang di minum. Yang kesemuanya itu bertujuan untuk memperlambat dan tahan lama keluarnya mani dan untuk menolak penyakit.
Perlu di ketahui, bersetubuh itu tidak usah dengan waktu yang lama, karena bukan dengan lamanya persetubuhan yang bisa memuaskan kedua belah pihak akan tetapi adalah kualitas dari persetubuhan itu sendiri. Orang bersetubuh yang tidak memakai aturan, walaupun dilakukan dengan waktu yang lama, tentulah tidak akan memuaskan dan akan terbuang sia-sia biji manusia, sebab mereka tidak saling mengerti pada masing-masing punya gelagat atau kehendak, untuk mencapai puncak kenikmatan.
Untuk lebih menambah wawasan, akan kami terangkan apa sebabnya orang di larang bersyahwat mempergunakan obat-obatan :
Mendorong perbuatan jahat, artinya, mereka lantas melakukan kegiatan sanggama dengan siapa saja, sebab mereka mengira walaupun melakukan dengan banyak orang yang bukan isterinya tidak bakalan diketahui oleh masyarakat karena tak dapat hamil.
Dapat menjadikan angkara murka terhadap persetubuhan, sebab orang yang bersetubuh memakai obat, tentu tidak bisa sepuas apabila dibanding yang dilakukan dengan cara biasa, sehingga semakin murkalah untuk selalu bersetubuh hingga bisa merusak mental dan badan mereka.
Mengganggu kesehatan badan dan otak, oleh karena disebabkan keluarnya air mani tidak sebagaimana mestinya. Sedangkan tenaga yang dikeluarkan adalah tenaga pulasan yang sebetulnya tidak sepadan dengan kekuatan asli dirinya yang tentunya berakibat merusak badannya sendiri.
Sedangkan larangan bersetubuh lainnya, adalah sebagai berikut :
Janganlah sekali-kali melakukan persetubuhan apabila salah satu pihak sedang terganggu kesehatan badannya, ataupun jiwanya sedang sedih, khawatir, taut dan lain-lainnya. Hal ini akan berakibat buruk bagi keturunannya.
Usahakan jangan melakukan persetubuhan pada siang hari (biji dalam keadaan cair), dan waktu terbaik untuk bersetubuh adalah diantara pukul 12 hingga pukul 2 malam, sampai kira-kira hampir pagi, karena di saat itulah keduanya jiwanya dalam keadaan tenang, tenteram, hawa dingin dan sunyi untuk lebih mempermudah konsentrasi.
Jangan bersetubuh dengan wanita yang sedang berpuasa atau wanita yang tidak makan dalam tempo yang lama, dan jangan bersetubuh dengan wanita yang habis makan, karena bisa menyebabkan serangan jantung.
Djangan setelah bersetubuh langsung mencuci kemaluan ataupun di sapu dengan dengan pembersih, tunggulah beberapa saat. Karena hal demikian dapat menyebabkan penyakit kanker dan bila menjadi anak, maka akan menjadi anak yang dungu.
Diusahakan janganlah bersetubuh dengan wanita yang lebih tua dari umur laki-laki, karena dapat menimbulkan cepat berkurangnya zaad, jika tidak berobat atau mengkonsumsi suplement untuk mengembalikan zaad yang terserap.
Jangan bersetubuh sambil mandi atau selepas mandi, dan juga sedang mengeluarkan darah atau sedang nifas atau pun juga karena baru sembuh dari penyakit diare, karena bisa menimbulkan penyakit dalam atau pun bila darah perempuan masuk ke dalam kemaluan laki-laki bisa menimbulkan berbagai macam penyakit, dan bagi perempuan saat yang demikian tidak akan dapat merasakan kenikmatan.
Suatu ajaran yang di ajarkan oleh K.N. Muhammad saw, kepada Sayidina Ali, dilarang bersetubuh dengan memandang kemaluan seorang perempuan, karena dapat menyebabkan muka mudah berkerut, atau jika yang di lihat bagian dalamnya bisa menyebabkan anak keturunannya menjadi buta.
Jatuhnya biji juga akan berpengaruh pada kelahiran seorang anak. Karena dalam ilmu perbintangan ataupun Ilmu Weton Jawa (Perbintangan Jawa), karena saat jatuhnya biji akan mempengaruhi saat kelahiran seorang anak. Ini bisa di pelajari pada buku-buku yang ada.
6. ASMARATANTRA
Yang disebut Asmaratantra adalah Asmara = Senang sekali; Tantra = mantra atau seribu atau semuanya. Sehingga yang dimaksud di sini adalah melakukan persetubuhan dengan 1 (satu) orang dapat dirasakan oleh semua orang yang pernah di setubuhi. Hal ini bisa terlaksana dan hanya bisa terjadi dengan teraturnya rahsa serta terlaksananya cipta.
Di saat mulai bersetubuh dengan seseorang, haruslah mengheningkan cipta, kemudian menarik rasa bersetubuh (rahsanya sendiri) disatukan dengan cipta, kemudian menciptakan sifat-sifat wanita yang akan diberi bahagia dari rahsanya bersetubuh tersebut. Dan jika telah terwujud dalam cipta gambaran wanita yang di cipta seperti dalam ilmu Asmaracipta, kemudian setubuhilah semua wanita yang telah muncul dalam cipta, sampai dengan keluarnya rahsa nya sendiri. Dengan kekuatan cipta; maka rasa nikmat bisa di kenakan atau ditujukan kepada semua wanita yang telah ada dalam rasa ciptanya, sehingga rasa kenikmatan besetubuh tersebut dapat dirasakan sama persis rasanya kepada semua wanita yang telah di cipta dalam pikirannya.
Jika telah bisa menguasai jalannya Asmaratantra, rasa nikmat bersetubuh bisa dirasakan sampai oleh 100 orang wanita. Dengan melakukan persetubuhan dengan satu orang wanita, rasa nikmatnya bisa dirasakan oleh 100 hingga 1000 orang. Kisah demikian di ceritakan dalam kisah wayang dalam cerita Sri Arjunasasrabahu yang mempunyai istri sebanyak 800 orang wanita. Kisah Harjuna ketika menjadi raja di Kaendran, para bidadari yang berjumlah 7 dapat terkena rasa semua, karena harjuna sangat menguasai Asmara 6 tahap sebagaimana tersebut di atas.
Di dalam Kitab Panitisastra (karangan Empu Widdhayaka) diterangkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1/8 untuk laki-laki dan 8/8 untuk perempuan. Ini berlaku untuk hal makan dan dalam hal pekerjaan, bahwa perempuan adalah lipat delapan di banding dengan laki-laki. Begitu pula tentang senggama juga lipat delapan. Dewi Drupadi bersabda : Tidak ada perempuan yang akan mendapatkan kepuasan dari laki-laki. Mengetahui hal tersebut, maka Harjuna bertekad untuk mendapatkan cara agar bisa memuaskan perempuan, hingga akhirnya Harjuna mendapatkan kesaktian berupa Pusaka Mantra yang bernama Asmaragama, dimana ilmu ini adalah suatu ilmu untuk bagaimana caranya agar laki-laki bisa memuaskan hasrat asmara wanita.
Sedangkan yang dimaksud ucapan Dewi Drupadi bahwa tidak ada laki-laki yang bisa memuaskan wanita, itu hanya peribahasa saja. Sedangkan makna sesungguhnya adalah bahwa laki-laki adalah badannya rahsa sedangkan wanita adalah tempatnya rahsa. Rahsa itu tempatnya di perut. Jadi maksud yang di kandung adalah : Tidak ada Rahsa yang dapat memuaskan perut, karena rahsa (Umpama rasa dari makanan), itu bukan berupa barang ataupun benda seperti air, ataupun makanan lainnya; akan tetapi rahsa lebih bersifat kehalusan yang hanya lewat sekejap di lidah yang kemudian berjalan melalui tenggorokan, maka habislah sudah. Demikian sekedar gambaran tentang rahsa.
Sehingga dengan demikian, sangat tepat perumpamaan bahwa perempuan tidak akan dapat terpuaskan oleh laki-laki. Di sini dapat diterangkan bahwa laki-laki adalah badan wadagnya atau alat, bahwa semua alat untuk melakukan asmaragama itu semua adalah wadag. Wadag atau ujud atau benda tidak akan bisa mengenai rasa, sebab rasa bukan wadag. Dengan demikian wadag laki-laki tidak akan dapat memuaskan rasa perempuan; maka RAHSA-lah yang akan memuaskan RASA, Sifat laki-laki hanya sebatas alat atau syarat membuka rasa perempuan, terbuka dan terkenanya rasa perempuan oleh alat atau senjata laki-laki itu yang dapat memuaskan, sehingga lebih tepatnya kepuasan wanita dapat terjadi setelah rasa perempuan tergerak dan bergerak karena tertarik dan terkena senjata laki-laki hingga terjadilah rasa kepuasan perempuan.
Ada juga cara Asmaratantra yang tidak melakukan senggama secara nyata, dan nilainya lebih tinggi dari pada yang telah tersebut di atas, yaitu tidak dengan jalan bersetubuh menggunakan badan kasar, hanya dengan menggunakan daya cipta saja sudah dapat memuaskan wanita. Kekuatan cipta yang demikian dengan menggunakan bacaan mantra ketika cipta sudah terpusat, yang berbunyi : Aku berniat memadu ajiku Amaratantra, cipta ku yang telah ku persatukan sebulat-bulatnya, dapat menarik khasiatnya pengaruh yang tersembunyi di dalam diriku” (Bersamaan dengan bacaan mantra ini, ujung jari tengah tangan kiri, maraba kemaluan sampai ke tulang ekor) Ku padu sehingga mesra di dalam cipta ku, cipta ku ku padu sehingga mesra dengan rasaku, rasaku mesra dengan rasa mereka itu yang berada di dalam kekuasaan cipta ku (mereka yang sifat-sifat dan gambaran wajahnya telah tercipta dan telah nampak sifat-sifat dan wajah ciptaan itu di dalam cipta), rasa mereka mesra dengan rasa ku, aku dan mereka serasa, rasa kita ya rasa Tuhan.
Asmaratantra, bagi laki-laki yang hanya beristri satu pun ada gunanya. Hal demikian dikarenakan adakalanya baik laki-laki ataupun wanita dalam berkeluarga ada saat harus terpisah karena keadaan. Jika hanya satu atau dua hari tidak ada masalah. Akan tetapi bila perpisahan itu sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan, disinilah pentingnya Ilmu Asmaratantra tersebut, agar tidak sampai tejadi perselingkuhan ataupun perzinahan.
Sehingga jelaslah bahwa Ilmu Asmaratantra adalah satu-satunya ilmu yang bisa mendampingi (selain keimanan yang kuat) serta bisa membuat rumah tangga semakin bahagia karena kebutuhan biologis nya selalu dapat terpenuhi. Karena dorongan kebutuhan biologis, sangatlah kuat sekali, andai tidak dapat terpuaskan maka akan berakibat tidak baik. (Sumber: KITAB ASMARAGAMA, terbitan Sadubudi Solo tahun 1956).
KITAB ASMARAGAMA (KAMA SUTRA) WARISAN BUDAYA JAWA
Proses penyebaran agama Hindu hingga ke nusantara juga melebarkan pengaruh tradisi dan budaya India. Salah satunya ajaran seni bercinta atau Kama Sutra yang dikenal sebagai Asmaragama dalam budaya Jawa.
Dalam kamus Bausastra Jawa, kata asmara berarti cinta. Sementara kata gama bermakna agama atau ajaran, yang secara semantis bermakna wajib dipatuhi. Sehingga dalam budaya Jawa, Asmaragama tak sekadar menyoal erotisme tapi juga bagian dari ajaran yang sakral dan sarat etika.
Ajaran Asmaragama banyak diceritakan dalam naskah Jawa kuno sekitar abad-18. Masyarakat Jawa pada saat itu masih sangat kental dengan sinkretisme, perpaduan paham dari suatu kepercayaan budaya Hindu-India dan memandang seks sebagai bagian dari laku atau perjalanan kehidupan.
Aspek cinta asmara yang menjadi bagian dari seksualitas dipandang sebagai bentuk kesucian. Tujuannya untuk mencari wiji sejati atau generasi penerus yang mempunyai keyakinan dan kepribadian.
Terlebih pada masa kejayaan keraton Jawa, seksualitas menjadi bagian integral dalam kehidupan dan seni budaya Jawa. Sebagai contoh, Kama Sutra memiliki makna fisolofis dalam dunia pewayangan, di mana kata kama diartikan sebagai sperma.
Orang yang suka bermain sperma digambarkan sebagai tokoh Kama Salah nama kecil tokoh wayang Batara Kala yang berarti sperma yang disalahgunakan. Orang yang seperti Kama Salah memiliki sifat kekanak-kanakan, egois, dan tidak mawas diri dalam hal seksualitas sehiggga bisa merusak harmoni kehidupan.
Para pujangga Jawa klasik juga menulis sumber literasi yang mengungkapkan sisi erotis manusia dan ajarannya agar menjadi referensi dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran seksologi Jawa salah satunya terdapat pada Serat Centhini yang ditulis atas perintah Sunan Paku Buwana V di Surakarta pada pertengahan abad ke-18.
Dalam Serat Centhini, seks menjadi salah satu topik yang dibahas secara lugas, mulai dari cara berhubungan seks dengan letak-letak genital yang sensitif, waktu yang tepat untuk bersenggama dengan sistem kalender Jawa, resep pengobatan seksual, hingga mantra seksual. Sementara naskah-naskah klasik lainnya seperti Serat Candrarini, Serat Wulang Putri, dan Serat Nitisastra berisi informasi tentang seksualitas kewanitaan.
Dalam cerita wayang, tokoh Arjuna salah satu tokoh Pandawa, putra Raja Pandu Dewanata dan Dewi Kunthi Talibarata memiliki kekuatan memikat hati wanita yaitu Aji Asmaragama. Kekuatan ini merupakan bagian terakhir dari 5 tahapan yang harus dilakukan sebelum menggunakan Aji Asmaragama, sehingga memiliki nilai filosofis sebagai panduan dalam berumah tangga.
Hubungan suami istri yang retak karena kehidupan seksual kurang menggembirakan. Jaman dulu dalam kehidupan keraton ada ajaran Asmaragama.
Meski memiliki banyak permaisuri, kehidupan berkeluarga para raja keraton tetap sehat dan harmonis. Bisa jadi asmaragama merupakan salah satu rahasianya. Ini merupakan enam ajaran cinta yang diambil dari filosofi Jawa, kehidupan raja-raja keraton. Ajaran tersebut berisi enam ajaran cinta, yaitu asmaratantra, asmaranala, asmaratura, asmaraturida, asmaradana, dan puncaknya asmaragama. Berikut penjelasannya :
1. Asmaranala, yang bermakna kedua insan yang bercinta sebaiknya dilandasi rasa cinta kasih dari lubuk hati masing-masing. Hal ini mengajarkan seks bukan sekadar menyalurkan hasrat birahi, tapi perpaduan dua hati yang saling mencinta.
Kehidupan suami istri ialah kehidupan saling memberi dan menerima. Disenangkan dan menyenangkan. Kedua pihak harus saling pengertian. Dari sini akan muncul sebuah chemistry. Bentuknya bisa berupa perasaan resah ketika sedang menunggu pasangan yang tak kunjung datang. Wujud keterikatan batin seperti itu akan memunculkan perasaan berdebar-debar. Bila Anda masih sering merasa khawatir atau merasa care pada pasangan, Anda termasuk salah seorang yang telah mempraktikkan ajaran cinta asmaranala.
2. Asmaratura, maksudnya pasangan yang saling mencintai harus saling memiliki rasa kebanggaan terhadap pasangannya. Ini bisa dilihat salah satunya dari ketertarikan kepada kecantikan dan ketampanan kedua belah pihak.
Ajaran yang ketiga ini mengungkapkan ketertarikan fisik. Mengajarkan agar ketertarikan fisik jangan sampai hilang ditelan waktu. Biasanya para pria sering bergombal ria dengan rayuannya pada masa berpacaran. Entah memuji bola mata pasangannya yang indah atau bentuk pujian yang lain. Setelah menikah dan memiliki anak, jangan berubah. Menurut ajaran asmaratura, puji dan rayu dalam kehidupan rumah tangga adalah hal yang sangat lumrah dan penting untuk menjaga keharmonisan hubungan suami istri.
3. Asmaraturida, yang menyimbolkan dalam kehidupan suami istri, harus diselingi dengan gurau dan canda selama tidak berlebihan. Tak jarang guyonan dalam berumah tangga bisa menjadi jalan awal untuk bercinta.
Selama tidak berlebihan dan dilakukan saat yang tepat, gurau dan canda wajib hukumnya.
Apa jadinya dunia ini tanpa tawa ? Apalagi dalam kehidupan suami istri. Sesekali setiap pasangan harus mengeluarkan guyonan lucu yang mengundang gelak tawa dan mencairkan suasana. Tak jarang guyonan bisa berakhir di ranjang.
4. Asmaradana, tahapan yang kekuatannya terletak pada kata-kata indah atau sesuatu yang menyentuh hati. Maksudnya, bisa saja memberikan puisi, lagu, atau syair untuk pasangan, atau bila tak terbiasa dengan kata-kata romantis, bisa saja memperlakukan pasangan secara istimewa.
Kata-kata bisa sarat makna bila dirangkai dengan indah.
Siapa yang tidak akan terlena dan luluh hatinya bila disuguhi kata-kata indah ? Demikian pesan yang ingin disampaikan dalam ajaran asmaradana. Kita bisa mempersembahkan syair, puisi, maupun lagu untuk pasangan kita. Meski sebagian orang mengaku tidak menyukai hal-hal yang romantis, hati kecilnya pasti tidak akan menolak bila diperlakukan istimewa oleh pasangannya melalui hal-hal tersebut.
Asmaradana mengajarkan kepada setiap pasangan agar mampu saling menyentuh hati pasangannya setelah menikah. Tak terbatas pada kata, kita juga bisa berkreasi lewat bunga dan hadiah-hadiah kecil lainnya untuk me-refresh kembali cinta yang sudah ada.
5. Asmaratantra, tahap ini mengajarkan dalam berumah tangga harus konsisten dalam memberikan sentuhan kasih sayang, terutama saat melakukan hubungan seks. Apalagi setelah memiliki keturunan, kebiasaan yang memantik gairah harus dipertahankan.
Mengajarkan pada pasangan suami istri bahwa harus ada perasaan berbeda ketika saling bersentuhan. Harus ada getaran di hati. Misalnya saat berciuman.
Meski sudah lazim dipraktikkan sehari-hari, getaran cinta itu harus tetap ada dan dipertahankan. Asmaratantra mengatakan semestinya tidak boleh terjadi perubahan getaran cinta. Harus dipertahankan. Sekali-kali tidak boleh pula ada perubahan kasih sayang antara sebelum dan sesudah memiliki anak.
Banyak istri mengeluhkan perubahan sikap suami setelah memiliki keturunan. Alhasil, kehangatan rumah tangga mulai berkurang. Dalam ajaran asmaratantra, setiap ciuman, meski dilakukan setiap hari sepulang kerja oleh suami kepada istrinya, harus tetap terasa istimewa.
6. Asmaragama, konon dalam tahap ini para raja dahulu harus bersemedi dan membersihkan diri sebelum berhubungan intim, sementara permaisuri mereka mandi, berdandan, dan wangi. Dalam konteks sekarang, tahap ini mengajarkan suami istri mesti membersihkan diri sebelumnya berhubungan intim, seperti dalam agama Islam disunahkan wudu, salat sunah berjamaah, dan berdoa agar diberikan keturunan saleh.
Setelah sukses mempraktikkan kelima ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hampir pasti kita akan dengan mudah menerapkan ajaran pamungkas, yaitu asmaragama. Konon, pada zaman dulu, para raja harus bersemedi dan membersihkan diri sebelum melakukan hubungan intim dengan para permaisurinya.
Ritual itu dilakukan tak lain sebagai bentuk persiapan. Sementara menunggu, permaisuri raja tak hanya diam. Mereka pun mempersiapkan diri untuk melayani raja dengan mandi, berdandan, dan menggunakan wangi-wangian. Asmaragama mengajarkan agar kedua pihak baik suami maupun istri saling menjaga dan membersihkan area inti sebelum berhubungan seksual.
AJARAN ASMARAGAMA DALAM SERAT NITIMANI
Dalam budaya Jawa norma serta aturan dalam melakukan hubungan seksual diturankan oleh orang Jawa melalui ajaran kepada keturunannya baik dalam betuk lisan atau tertulisan. Dalam bentuk tertulis ajaran tersebut tertuang dalam karya sastra yang telah ada sejak zaman dulu. Karya-karya sastra yang mengangkat tema asmaragama antara lain :
1. Serat Gatholoco.
2. Serat Damogandhul.
3. Suluk Tambangraras (Serat Centhini). 4. Serat Nitimani. Dalam budaya Jawa diajarkan bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang baik maka proses awal penciptaan juga harus baik dan dengan restu Tuhan sebagai Sang Maha pencipta. Demikian pula dengan proses hubungan seksual yang tujuan utamanya adalah menghasilkan keturunan. Untuk mendapatkan keturunan yang baik dalam segala hal, kehadirannya di sunia ini haruslah melalui niat awal yang baik serta proses hubungan seksual yang benar dan tepat. Untuk dapat berhubungan seksual dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan mengenai segala hal tentang seks. Pengetahuan mengenai hubungan seksual sangat dibutuhkan karena akan berhubungan dengan kehidupan selanjutnya. Jika prosesnya sudah salah, maka akibat yang ditimbulkan akan buruk, bukan hanya bagi anak yang dihasilkan tetapi bagi keseimbangan serta keselarasan kehidupan ini. Kesalahan dalam proses berhubungan seksual dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah kama salah. Maka untuk mencegah terjadinya kama salah manusia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata cara hubungan seksual. Dengan pengetahuan yang memadai maka diharapkan orang dapat berpikir lebih jauh mengenai hubungan seksual sehingga tidak melakukannya dengan sembarangan karena akibatnya sangat fatal bagi keberlangsungan hidup umat manusia dan keselarahan hubungannya dengan alam sekitar tempat manusia hidup. Akibat yang fatal tersebut muncul pada keadaan masyarakat sekarang dimana banyak orang mulai melakukan hubungan seks tanpa mengindahkan norma serta etika yang berakibat pada munculya masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat sepeti pemerkosaan, semakin banyak anak-anak terlantar hingga terjadinya peningkatan kriminalitas. Dalam kasanah budaya Jawa terdapat ajaran atau pedoman moral, nilai dan kaidah bagaimana cara melakukan hubungan seks yang benar dan tepat, sebagaimana dalam Serat Nitimani berikut cuplikan-cuplikan yang berkaitan dengan Ajaran dimaksud : Lamun tandhing, marsudya ing tyas ening, namrih ering, kang supadi tan kajungking. (pupuh 2). Apabila sedang bertanding, usahakanlah hati tetap hening, agar konsentrasi tetap terjaga, supaya tidak terkalahkan. Yang dimaksud dengan bertanding dalam hal ini adalah analogi dari persetubuhan. Yen sembrana, den prayitna sampun lena, lamun ina, sayek amanggih weda. (pupuh 2) Apabila ceroboh, waspadalah jangan sampai lengah, sungguh sangat menyakitkan. Kata ceroboh maksudnya adalah dalam konteks persetubuhan agar tetap waspada di dalam melakukan hubungan seksual sehingga tidak mengalami hal-hal yang tidak diharapkan. Lamun cuwa, sampun kawiscareng netya, wrananana, ing suka dhanganing karsa, kang supadya, datan manggih dirgama. (pupuh 2) Apabila tidak puas, janganlah terlihat di wajah, tutupilah, dengan wajah yang ceria, agar supaya, tidak mendapat kesulitan. Tidak puas yang dimaksud disini, masih dalam konteks hubungan seksual yaitu keadaan dimana salah satu pihak belum mencapai titik kepuasan atau orgasme. Lamun gela, jroning nala sampu daga, sengadiya, langkung condong ing wardaya, pamrihira, kang pinanduk tan legawa. (pupuh 2) Apabila kecewa, janganlah membrontak dalam hati, niatilah, untuk lebih berlapang dada, dengan harapan, agar ketidakpuasan tidak berlarut-larut. Kecewa dalam ungkapan ini masih dalam konteks hubungan seksual dan tidak mencapai kepuasan. Lamun lingsem, ing gunem aja katingkem, lamun amem, yekti katara ing klecem. (pupuh 2) Apabila terjerat rasa malu, janganlah membisu, karena bila berdiam diri, niscaya akan terlihat di wajah. Ketika seorang laki-laki mengalami kegagalan di dalam berhubungan seksual karena hal-hal tertentu, maka disitulah dia akan merasa sangat malu. Lamun harda, sampun dadra murang krama, mrih widada, pakartine kang utama. (pupuh 2). Apa bila punya keinginan, janganlah lepas kendali menerjang etika, agar selamat, utamakanlah sikap luhur. Keinginan maksudnya adalah dalam hal ingin melakukan hubungan seksual maka jangan sampai lepas kendali, harus tetap memperhatikan etika. Yen anglaras, penggagas aja sampun kabrangas, dimen awas, ing pamawas datan tiwas. (pupuh 2) Jika sedang menikmati sesuatu, janganlah kesadaran terlena, agar tetap siaga, kewaspadaan tak akan tiwas. Maksudnya adalah jika sedang berada dalam kenikmatan berhubungan seksual, kewaspadaan dan kesadaran diri haruslah tetap dijaga, supaya tidak menemui tiwas atau maut. Yen cecegah, den betah gonira ngampah, nganggah-anggah, yeku pakarti luamah. (pupuh 2) Selama mengendalikan diri, bersabarlah menahan hawa nafsu, lepas diri tanpa kendali, merupakan prilaku serakah. Orang harus belajar mengendalikan nafsunya (nafsu dalam konteks ini adalah nafsu birahi) agar tidak kelepasan sehingga menyebabkan sesuatu yang tidak baik. Wanita punika, upami papan badhe pandhedhering wiji, saestunipun kedah milih ingkang prayogi. (pupuh 3) Peranan wanita itu ibarat lahan untuk menabur benih, sehingga haruslah memilih lahan yang bagus. Dalam melakukan hubungan seksual, maka haruslah dicamkam bahwa hasil dari perbuatan itu adalah adanya seuatu mahkluk baru sehingga tidak boleh dilakukan sembarangan dan pasanganyapun harus dipilih baik-baik. Para sujanma priya yen badhe amilih dhateng wanodya, kaagem pantesing pala krami, anyeplesana dhateng suraosing tetembungan tiga : bobot, bebet, bibit. (pupuh 3) Kaum Pria yang bermaksud memilih sorang wanita untuk dinikahi, hendaknya memperhatikan tiga hal : bobot, bebet, bibit. Untuk mempersiapkan keturunan yang baik, maka harus juga dicari pasangan (wanita) yang baik dan memenuhi criteria-kriteria tertentu. Dalam budaya Jawa, ada tiga hal paling penting yang harus diperhatikan yaitu ; bibit, bebet, dan bobot. Ingkang rumiyin tembung bobot, pikajengipun amiliha wanita ingkang asli. (pupuh 3) Pertama kata bobot, maksudnya pilihlah wanita sejati. Wanita, ingkang badhe kapendhet wau amiliha darah ing supudya... (pupuh 3) Wanita yang kita pilih hendaklah seorang wanita yang memiliki garis keturunan orang-orang terpilih...... Pramila anitik sarasilah darajatin bapa, ing sapanginggil, gerbanipun, sinten manungsa ingkang winahyu, sayekti awit saking rahayuning batos, dene rahayuning batos punika terkadang kapinujon, asring pinareng tumus mahanani dhateng wewatekaning atmajanipun. (pupuh 3)... sehingga cara paling mudah ditempuh adalah dengan melihat garis silsilah leluhur sang ayah, karena wahyu cenderung jatuh pada orangorang yang memiliki keseimbangan batin, dan keseimbangan olah batin tersebut biasanya mampu menurun pada sang anak. Ing sapunika kula dumugekaken tembung bibit, pikajengipun, tumrap dhateng wanita ingkang badhe kapendet wau, amiliha ingkang sae warninipun saha ingkang kathah kasagedanipun. (pupuh 3) Sekarang sampai pada istilah bibit, maksudnya, wanita yang akan dipilih, hendaklah yang rupawan sekaligus memiliki banyak ketrampilan.... Kadosta manising ulat, indah ayuning warni, dhemes prigeling solah, punika among kangge minangka sarana amemalat dhateng thukuling sesenenganipun para priya, pramila lajeng wonten pralambang tembung paribasan : bebukaning pala krami dudu banda dudu rupa amung ati pawitane, tegesipun dudu banda punika sanes kasugihanipun raja brana, dudu rupa tegesipun sanes ayu indahing warni, ingkang binasdakaken condong utawi jodho. (pupuh 3)... kecancitan fisik seringkali hanya didudukkan sebagai wahana kepuasan kaum laki-laki, oleh karena itu ada peribahasa : bebukaning pala krami dudu banda dudu rupa amung ati pawitane, (permulaan pernikahan bukan harta benda dan rupa, hanyalah hati sebagai titik awal keberangkatan). Yang dimaksud bukan harta adalah bukan kekayaan, sedangkan bukan rupa adalah bukan kecantikan wajah, yang kemudian disebut sebagai jodoh. Untuk mengesahkan suatu hubungan seksual, maka pasangan haruslah melewati tahap pernikahan. Pernikahan tersebut menyatukan dua pribadi yaitu laki-laki dan wanita dalam ikatan yang abadi. Supaya tidak mengalami penyesalan, maka pernikahan haruslah didasari dengan hati sesuai dengan peribahasa tersebut, meskipun ada faktor-faktor lain yang juga harus menjadi bahan pertimbangan. Punika amung dumunung wonten seneng parenging panggalih, runtut utawi rujuk kalih-kalihipun, temahan sami angrumentah ing bapak kaliyan anak, dene panganggepe bapa binasakaken kencana wingka, pikajengipun tembung makaten wau tur kawujudanipun warni wingka, katon warni kencana. (pupuh 3) Hal itu hanyalah terdapat pada kecocokan hati, kesesuaian dan keharmonisan antara keduanya, hingga kemudian menumbuhkan kasih sayang antara ayah dan anak, sayang ayah lantas mengiaskan sebagai kencana wingka, maksud dari ungkapan tersebut adalah meskipun kenyataan wujudnya berupa wingka (loyang) namun tampak seperti kencana (emas). Dalam memandang pasangan hidupnya, perlulah diingat ungkapan kencana wingka. Walaupun wujudnya hanyalah loyang, akan tetapi tampak seperti emas. Jadi meskipun pasangan hidup tidaklah mempunyai rupa yang sempurna, akan tetapi haruslah bisa dilihat kecantikan yang terpencar dari hatinya. Pala krami punika terang yen gumantung wonten ing kasenenganing priya pyambak-piyambak, dene kasenengan wau boten kenging katemtokaken, liripun makaten kadosta indah ayuning warna boten temtu ndadosaken kasenenganing priya. (pupuh 3) Perkawinan itu hanyalah berdasarkan kesenangan pribadi kaum lelaki masing-masing, sedangkan rasa sukanya tidak dapat ditentukan, artinya kecantikan wajah ternyata belum tentu menimbulkan rasa cinta kaum priya. Perkawinan merupakan atau ikatan yang sakral, sehingga untuk melaksanakannya harus dicari pasangan yang benar-benar tepat. Artinya, tidak bisa dilihat hanya dari fisiknya saja. Supados angatos-atos ing pamilihipun, karana menggah dununging wanita punika tumrapipun dhateng priya, binasakaken amung, swarga nunut liripun makaten yen pinuju saged mimbuhi dhateng seneng tuwin asringing prajanipun, yen pinuju lepat ing pamililipun mangka angsal wanita ingkang ambeg durta, tegesipun pawestri ingkang awon kelakuwanipun punika badhe saged narik damel sangsaraning priya. (pupuh 3) Berhati-hatilah dalam memilih, sebab kedudukan wanita bagi kaum priya diibaratkan swarga nunut maksudnya adalah tatkala hidupnya diliputi kebahagian, posisi wanita seolah hanya sebagai pelengkap hiasan kebahagiaan tersebut, sedangkan bila sang priya salah memilih, artinya wanita yang didapat bukan tergolong wanita baik, maka akan menimbulkan kesengsaraan bagi si pria itu sendiri. Bagian ini adalah sikap manusia Jawa dalam hal kedudukan wanita bagi kaum pria dalam hal rumah tangga (termasuk didalamnya urusan hubungan seksual) yaitu diibaratkat swarga nunut neraka katut yaitu jika suami memberikan hal-hal yang baik maka sang wanita juga pasti akan menikmati segala hal yang baik juga. Pramila saderengipun kapendhet garwa sasaged-saged kapratitisna ing pamilihipun, awit bilih sampun kalajeng rumentah ing sih kawelasan tuwin katresnan, saestu awrat ing pambiratipun, temahan badhe ngengetaken dhateng tumempuhing kasangsaran. (pupuh 3) Oleh karena itu sebelum menentukan pilihan terhadap pasangan hidup hendaklah berhati-hati dalam memilih, karena bila terlanjur maka cukup sulit mengatasinya, akhirnya malah sering menimbulkan ketidakbahagiaan. Jika ingin berhubungan seksual, alangkah baiknya jika pasangan sudah terikat dalam ikatan pernikahan, dan karena sifatnya yang sakral maka diharapkan jangan sampai salah memilih serta berhati-hatilah karena dampaknya sangat besar bagi kelanjutan kehidupan.... wanodya ingkang indah ing warni, sarta pantes ing solah bawa lan ambeg tepa ing rasa, tuwin dana ing tepa utawi ingkang temen tobatipun rila dhateng ing atasing kasaenan, sabab kalakuwaning wanodya ingkang mekaten wau watak lajeng kasaenan sarta kinurmatan ingkang kakung, awit pambekaning wanita ingkang makaten punika angrabasa dhateng bedudhening priya ingkang lajeng saged nukulaken dumateng rumentahing kawelasan tuwin katresnan. (pupuh 3)... wanita yang cantik baik lahir maupun batin, wanita yang demikianlah yang dihormati oleh setiap laki-laki. Seorang wanita dengan modal kecantikan lahir batin sesungguhnya akan mampu meruntuhkan dinding hati laki-laki yang ada di hadapannya akan bertekuk lutut menyerahkan segenap cinta dan kasih sayangnya. Buadaya Jawa memandang tinggi posisi wanita. Ada suatu sikap dalam hal memandang soerang wanita yaitu dari kecantikannya, bukan hanya dari segi fisik tetapi juga dari kecantikan hatinya (cantik lahir dan batin), dan wanita yang memiliki kecantikan lahir dan batin itulah yang menjadi istri dambaan setiap pria untuk menjadi pasangan hidupnya. Tepa ing rasa (rasa tepa) punika pikajengipun sageda sumingkir saking lumuh tuwin rikuh ing liyan, sabab yen boten kadunungan tepa ing rasa (rasa tepa) wau sok ngawontenaken watak iren tuwin meren, ingkang pandukipun lajeng direngki. (pupuh 3) Tepa ing rasa maksudnya mampu menghindarkan diri dari sikap benci terhadap orang lain, karena jika tidak memiliki sifat tersebut terkadang menimbulkan watak iri yang ujungnya adalah kedengkian. Dalam konteks pengajaran mengenai seks, hal yang paling penling utama untuk diperhatikan adalah bagaimana cara memilih qwanita yang baik agar kehidupan rumag tangga beserta seluruh aspek didalamnya dapat berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu ada beberapa ciri-ciri wanita yang ideal sebagai pasangan agar tujuan hidupnya dapat tercapai. Dana ing tepa, punika pikajengipun sageda sumingkir saking panyaru tuwin panyikuning liyan, sabab yen boten kadunungan dana ing tepa wau, asring ngawontenaken watak : dahwen tuwin salah open ingkang pandukipun lajeng dados srei. (pupuh 3) Dana ing tepa, artinya mampu menjauhkan diri dari hasrat menyakiti serta menyengsarakan orang lain, sebab bila tidak memiliki sifat tersebut, cenderung memunculkan watak serakah yang akhirnya menjelma menjadi jahat. Temen tobatipun rila, punika pikajengipun tobat ingkang kalebetan temen lan rila. Pramila pikantukipun pawestri ingkang makaten wau lajeng kinurmatan ing kakung. (pupuh 3) Temen tobatipun rila, artinya taubat yang dilandasi kesungguhan dan keikhlasan, sehingga seorang wanita yang mampu bersikap demikian akan disegani oleh setiap laki-laki. Samangke pamuji kula malih mugi sageda angsal wanodya ingkang kadunungan watek : sama, beda, dana, denda. Tembung sama tegesipun pada, pikajengipun gadhahana wewatek asih dhateng sakehing dumadi. Beda tegesipun seje, geseh utawi milah, pikajengipun anggadhahana watek kulina sarta saged animbang, inggih punika putusing tepa. Dana tegesipun neganjar, pikajengipun gadhahana watek remen asung kasenengan tuwin kabungahan dahteng sakehing dumadi. Denda tegesipun kukum, pikajengipun gadhaha watek putus lan patitis, pamiyak tuwin milih nalar ingkang awon utawi dhateng ingkang sae, anggenipun ngempan utawi mapanaken. (pupuh 3) Berikutnya harapan saya semoga anda mendapatkan wanita yang di dalam dirinya terdapat sifat-sifat sama, beda, dana, denda. Kata sama, berarti merasa sama, maksudnya memiliki rasa sayang pada sesama mahkluk. Kata bedha, berarti tidak sama, maksudnya memiliki sifat mengutamakan pertimbangan sebagai wujud kearifan. Kata dana berarti memberi imbalan, maksudnya hendaklah memiliki sifat mudah memberi kepada sesama. Kata dendha, berarti hukum, maksudnya memiliki sifat teliti dalam menentukan sesuatu sehingga tepat memilih mana yang baik dan yang buruk. Dalam Budaya Jawa wanita dianggap sebagai wadah dari benih yang akan ditanam oleh laki-laki dan karena itu maka haruslah dicari wanita yang terbaik. Selain dari tiga faktor utama (bibit, bebet, bobot), seorang wanita yang baik juga harus memiliki sifat-sifat tertentu. Ingkang kaping kalih kala wau sageda uninga panduking guna, busana, baksana lan sasana wewijanganipun makaten :
1. Guna tegesipun pangawikan utawi kapinteran, pikajengipun sageda sumerep lan mangretos dhateng wewenang lan wajibing lan pandamelaning pawestri.
2. Busana, tegesipun pangangge, pikajengipun sageda uninga lan ngetrapaken dhateng raja tadi darbekipun ingkang pancen kasandhang.
3. Baksana tegesipun pangan, pikajengipung sageda uninga lan nandukaken ubet kekayaning laki ingkang pancen katedha.
4. Sasana, tegesipun dunung utawi panggenan, pikajengipun sageda uninga tuwin memantes lan memangun anggenipun gegriya. (pupuh 3) Yang kedua, hendaklah memiliki kepekaan terhadap guna, busana, baksana, dan sasana.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Guna berarti ketrampilan atau kepandaian maksudnya adalah tanggap terhadap tugas dan wewenang sebagai seorang istri.
2. Busana berarti seorang wanita haruslah memiliki kepekaan terhadap penampilan serta pakaian miliknya secara proporsional.
3. Baksana berati pangan, maksudnya memiliki ketrampilan mengatur keuangan/penghasilan suami secara proporsional.
4. Sasana yang berarti rumah atau papan, maksudnya memiliki ketrampilan untuk mendekar dan menghias rumah dengan indah. Selain sifat, wanita yang baik juga harus dapat membuat dirinya terlihat menarik agar laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya tetap setia dan tetap bisa menjaga hubungan (termasuk dalam hubungan seksual). Hal tersebut dikarenakan pria dan wanita haruslah senantiasa bekerja sama dengan baik untuk dapat mempersiapkan segala hal demi menyambut kehadiran manusia baru sebagai hasil dari hubungan seksual yang mereka lakukan. Ingkang kaping tiga kala wau ambeging pangrengkuh ingkang sawanda, saeka praya lan sajiwa, wijanganipun mekaten :
1. Sawanda, tegesipun sarupa, sawangu utawi sawarna, pikajengipun sedya nyawiji badan, empan mapanipun gadhahana ambeg pangrengkuhipun lan rumeksanipun dhateng priya dipunkados rumeksa dhateng badanipun piyambak.
2. Saeka praya, tegesipun sawiji budi, pikajengipun gadhahana ambeg pangrengkuhipun dhateng priya anedya nunggil kapti.
3. Sajiwa, tegesipun satunggiling nyawa, pikajengipungadhaha ambeg pangrengkuhipun dhateng priya dipun kados dhateng nyawanipun piyambak. (pupu 3). Yang ketiga adalah dalam hal kesetiaan hendaklah memiliki sifat-sifat sawanda, saeka praya, dan sajiwa, penjelasannya sebagai berikut :
1. Sawanda yang berarti serupa, sebangun, atau sewarna. Maksudnya, wanita tersebut bersedia menyatu tubuh dengan cara saling memahami, menjaga suaminya sama seperti menjaga dirinya sendiri.
2. Saeka praya artinya dapat menyatukan kehendak dengan kehendak suaminya yang tujuannya demi kebaikan, maka sang istri harus merasakan sebagaimana kehendak diri pribadi.
3. Sajiwa berarti sehati. Maksudnya adalah sikap istri terhadap suami sama seperti terhadap diri sendiri. Menggah pawestri ingkang sampun nambut silaning akrami, punika kedah netepi punapa ingkang kados wajibing estri kathahipung tigang pangkat, satunggil-tunggiling pangkat wonten tigang pakarti :
1. Kedah gemi, nastiti, ngati-ati.
2. Kedah tegen, rigen, mugem.
3. Kedah titi, rukti, rumanti. (pupuh 3) Bagi wanita yang telah berumah tangga hedaklah melaksanakan apa yang menjadi tugas seorang istri, dalam hal ini berjumlah tiga tingkatan, masingmasing terdapat tiga komponen perilaku :
1. Hendaklah gemi (hemat), nastiti (cermat), ngati-ati (hati-hati).
2. Hendaklah tegen (tidak mengecawakan, rigen (trampil), mugen (meyakinkan).
3. Hendaklah titi (teliti), rukti (manfaat), rumanti (merata). Dene panduking damel kedah nglenggahi gangsal prakawis :
1. Kedah rikat.
2. Cukat.
3. Prigel.
4. Trampil. (pupuh 3) Sedangkang dalam hal bekerja hendaklah memiliki lima sifat :
1. Cepat.
2. Tangkas.
3. Cekatan.
4. Lihai.
5. Terampil. Menggah labetipun kedah kados ing ngandhap punika :
1. Kedah ishep, madhep, mantep, sregep.
2. Kedah wekel, petel, nungkul, atul. (pupuh 3) Perihal pengabdian, hendaklah seperti di bawah ini :
1. Hendaklah dilandasi kejernihan berpikir, niat, kesungguhan, rajin.
2. Hendaklah tekun, telaten, tanpa kenal lelah, sabar. Lampahing asmaragama, kalamunpasta purusa dereng kiyat lan santosa, ing driya ajwa kasesa, nandukaken pancakara, kang mangkono wau mbok manawa, blenjani neng wiwara, dayane datan widada, temah dela kang wardaya, terkadang amanggih ewa, lan wanita lawannya, marga tan kapadang karsa, tiwas wadi wus kabuka wekasan tan mantra-mantra, tumimbang serenging driya, wangune salah mangkana, yeka kena ing rubeda, aran katitih asmara, awit dereng abipraja, duk wau kagyating pasta, iku uga mbok manawa lagya kaserenging daya, mung sengseming driya harda, sinerus lumaksana, kasengka mangsa ing yuda, marma dayane sapala, tan lama nulya marlupa, kacarita inggih punika, awit rahsa tuwin jiwa, dereng winengku samya dening prabanira Hyang Pramana. (pupuh 6). Penerapan asmaragama adalah apabila senjata yang dimiliki laki-laki belum siap tempur maka janganlah terburu-buru melakukan pertandingan, karena pertandingan tentu tidak akan berlangsung seru. Sang laki-laki tentu tidak akan mampu bertahan lama, dan si wanita sebagai lawan bertanding pasti tidak akan merasa puas. Janganlah menantang bertanding hanya karena dorongan nafsu, sebab jika laki-laki kalah hanya dalam beberapa jurus saja akan sangat memalukan, ia akan dianggap sebagai laki-laki lemah, loyo, dan tidak ada gunanya. Dalam konteks pengajaran seks dalam Serat Nitimani, bagian penerapan asmaragama adalah cara bagaimana melakukan hubungan seksual yang baik dan benar. Cara adalah teknik yang dipakai dalam rangka memenuhi proses perubahan dengan mempunyai tujuan yang lebih khusus. Dene ingkang binasakaken kasor prabawa wau mbok menawi patrapipun makaten, empaning cipta boten kapandan dening mapaning praman, ing wekasan prasa tuwin rahsa katamaning raos welas utawi engah, inggih rubeda patrap makaten wau ingkang binasakaken tumanding kang sanes bangsa. (pupuh 6) Yang dimaksud kalah wibawa adalah perasaan yang dikalahkan atau diharapkan semula ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Akhirnya bukanlah kenikmatan yang dirasakan melainkan rasa lelah bahkan mungkin terasa sakit. Kondisi seperti itulah yang disebut tumanding kang sanes bangsa. Hubungan seksual lazimnya melibatkan dua pihak yaitu laki-laki dan wanita. Dalam melakukan persetubuhan, maka keduanya haruslah samasama sedang berada dalam kondisi yang baik. Jika salah satunya mengalami sesuatu yang buruk maka imbasnya akan terkena pada kedua pihak. Pramila pamilihing wanita kedah ngatos-atos, karana bilih kaleresan angsal wanodya ingkang prasaning rahsa, ingkang nunggil bangsa, punika lajeng nggendam langgengin asmara, saniskaraning rubeda, temah mahanani susila pamoring lulut, awit binuka langgening pramana, dene ingkang binasakaken susila pamoring lulut wau, woring sekaliyan binuka tanpa rubeda, amung pinanggih seneng pareng. (pupuh 6) Oleh karena itu hendaklah berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, karena jika pilihan anda tepat, anda akan benar-benar terikat dan bahagia lantaran anda akan merasakan kenikmatan secara paripurna, tanpa satupun rintangan yang menghalangi kecuali kepuasan yang terus meliputi. Bagian ini menjelaskan mengenai sikap dalam konteks pengajaran seksual, yaitu bagaimana bertindak dalam hal memilih pasangan hidup agar tidak salah sehingga dapat tercapai kenikmatan dan jauh dari rintangan. Kalamun pasta purusa wus kiyeng kiyat santosa, kwehning daya wus samekta, iku nulya tindakena umangsah ing ranonggana, sayekti datan kuciwa tumempuhing banda yuda. Nanging ta dipunprayitna, ing tindak ajwa sembrana, gyaning bakal nuju prasa, mring wanita mengsahira, supaya leganing driya, wruhanta dipunwaspada. (pupuh 6) Ketika senjata pusaka laki-laki telah siap tempur, segenap kekuatan siaga, maka segeralah memulai pertandingan. Niscaya pertempuran tidak akan mengecewakan. Namun tetaplah waspada, jangan ceroboh. Ketika menghujamkan serangan terhadap senjata lawan, hendaklah mengutamakan kewaspadaan. Ini adalah bagian cara dalam hal pengajaran seks dalam Budaya Jawa. Pameting rahsa mangkana, srana ngagema wisaya, pratingkah ukeling pasta, kacarita solahira, duk murwani lumaksana, karya pepucuking yuda, kwehning daya saniskara, ajwa sineru sarasa, ing tindak kesah saranta, pangangkah amung muriha, keri prasaning wanita. (pupuh 6) Dalam keadaan demikian, kendalikanlah tata gerak senjatamu, janganlah tergesa-gesa untuk lekas selesai, dengan tujuan agar wanita yang menjadi lawanmu merasa terlayani dan hasrat bertempur akan semakin memuncak. Bagian ini masih mengajarkan cara mengenai bagaimana tindakan yang benar dalam berhubungan seksual. E kulup sira sang pasta, poma ngger dipunprayitna, panarik sendaling gada. (pupuh 6) Hendaklah berhati-hati dalam melepaskan senjata gada. Senjata gada yang dimaksud dalam konteks ini adalah alat kelamin laki-laki yang akan dilepaskan atau dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita. Kang iku den engetana, tembe sakaro tan kena, yen maning mangsah angayuda, kalamun durung nirmala, kudu temen tinumna, waluya sakalihira, mangkana ujuring salaka... (pupuh 6) Janganlah melakukan pertandingan sebelum kondisi benar-benar pulih, demi menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam konteks pengajaran seksual, maka bagaian ini mengajarkan tentang bagaimana seharusnya tindakan laki-laki ketika dirinya sedang dalam kedaan yang tidak maksimal. Wondene, menggah patrap salebetipun sanggama wau, priya kedah mawas ulat liringing wanita punapa dene saliranipun piyambak, ten sampun kapanduking panggalih : lega, carem, tuwin marem sesaminipun upami tiyang nenedha, karaos sampun tuwuk. (pupuh 6) Padahal, selama proses pertempuran laki-laki wajib memperhatikan lawan main untuk mencapai kepuasan bersama. Ibarat makan, sama-sama merasakan kenyang. Bagian ini juga merupakan ajaran mengenai bagaimana tindakan yang tepat saat sedang melakukan hubungan seksual. Kedah manggen wonten gajeging gela, sampun kadamel lega, prasaning rahsa kawudhara, ing riku wujuding wisaya. (pupuh 6) Hendaklah membangun rasa penasaran, jangan merasa puas, bangkitkan kembali dorongan seksual anda, karena disitulah ruang kenikmatan. Bagian ini mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap dalam berhubungan seksual ketika akan memulai pertandingan lagi....awit aji asmara punika kangge sarana lelantaran anggenipun badhe nyumerepi dhateng asal wijinira manungsa sejati, karana ingkang kasebut tembung paribasan makaten : sinten manungsa ingkang boten uninga dhateng asal wijinira, sayektine inggih datan uninga dhateng sejati paraning sedya, kacariyos ing tembe inggih badhe kirang sampurna ing kamuksanira. (pupuh 6) Ilmu asmara merupakan sarana untuk mengetahui asal muasal manusia, seperti peribahasa barang siapa yang tidak mengetahui asal usulnya sesungguhnya juga tidak akan mengetahui kemana tujuan hidupnya, niscaya kelak hidupnya tidak akan sempurna. Hubungan seksual merupakan masalah yang sangat penting dalam Budaya Jawa karena hasilnya adalah sebuah kehidupan baru. Maka dari itu diajarkan agar sebelum melakukan hubungan seksual haruslah disiapkan segala-galanya agar hasilnya juga sempurna dan mengerti asal kemana ia akan berakhir. Yen pinareng dening Pangeran ingkang Maha Suci, kinen dados lantaran nitehaken manungsa. (pupuh 6) Apabila Tuhan memperkenankan, pertandingan tersebut akan menjadi sarana dan wahana untuk menciptakan manusia. Hubungan seksual yang benar akan direstui oleh Tuhan dan diberikan hasil yang benar pula. Kasebut wonten wewijangan ngelmi, ingkang kaping nem dipunwastani kayektening kahanan Kang Maha Suci, inggih menika pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukadas awit dene pamejangipun ambuka kodrat predating Pangeran kang Maha Suci Sejati, anggenipun kersa jumenengaken maligening Dad, minangka Betullah katata wonten kontholing manungsa... (pupuh 8) Disebutkan dalam ajaran ilmu keenam dinamakan keberadaan Yang Maha Suci yaitu pembukaan tata malige dalam Betal Mukadas, dikarenakan Tuhan telah berkehendak menempatkan mahligai Zat sebagai Baitullah yang berada di buah Zakar manusia. Dalam hal hubungan seksual, maka yang paling penting adalah peranan alat kelamin sebagai media utama. Budaya Jawa mengajarkan mengenai konsep alat kelamin pria sebagai sesuatu yang penting karena merupakan bagian dari tempat persemayaman juga. Sejatine ingsun nata malige ana ing sajroning Betal Mukadas iku omah enggoning pasucian ingsun, jumeneng ana kontholing Adam, kang ana ing sajroning konthol iku pringsilan, kang ana ing sajroning pringsilan iku nutpah, iya iku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, Dad kang anglimputi ing kahanan jati jumeneng ana ing sajroning nukat gaib... (pupuh 8) Sebenarnya Aku meletakkan tahtaku dalam Betal Mukadas. Itu adalah tempat pesucianku, yaitu berada di zakar Adam. Yang berada di zakar itu adalah buah pelir, yang berada dalam buah pelir adalah nutfah, yang berada dalam nutfah adalah mani. Di dalam mani ada madi. Di dalam madi ada manikem. Di dalam manikem ada rahsa. Di dalam rahsa ada Aku, tiada Tuhan selain Aku, zat yang meliputi segalanya bertahta dalam alam gaib. Dalam ajaran mengenai konsep seks dalam Budaya Jawa, maka diterangkan pula apa sebenarnya alat kelamin itu sebagai sarana utama dalam hal seks. Dalam Budaya Jawa diajarkan bahwa tubuh manusia adalah manifestasi dari Tuhan itu sendiri dan alat kelamin milik pria masing-masing bagiannya adalah perwujudan dari unsur ke-tuhanan sehingga tidak boleh digunakan sembarangan karena suci sifatnya. Yen priya lan wanita anggenipun sami sahresmi pamudharin prasa sesarengan, woring kama mangka pinareng dening Pangeran Kang Maha Mulya badhe nitahaken manungsa, punika woring kuma wau lajeng kendel dumunung wonten guwa garbaning wanita, binasakaken garbini inggih punika meteng. (pupuh 8) Bila seorang pri dan wanita bersetubuh, pertemuan kama diperkenankan oleh Tuhan Yang Maha Esa, akan ditaksirkan manjadi manusia. Bersatunya kama (seperma dan sel telur) tersebut kemudian akan berdiam diri di rahim wanita yang kemudian disebut hamil. Tujuan dari hubungan seksual salah satunya yang paling penting adalah untuk menghasilkan keturunan. Benih manusia yang hadir di rahim wanita itu bisa ada hanya karena restu dari Tuhan....saleresipun tiyang estri ing asmara boten malih, amung kedah anut ing ombak kasagedaning priya... (pupuh 19) Sesungguhnya dalam bersenggama seorang wanita harus mengikuti kemauan laki-laki. Hal-hal tersebut adalah ajaran tentang tindakana yang tepat bagi wanita dalam hal berhubungan seksual. Wonten malih gelaring wanita yen nuju sinanggama ing priya, lajeng ambiyantu ing solah obahing raga raga dadosaken keras maju sunduring pasta, pratingkah makaten wau sedyanipun supados simbuhi sakecaning prasa... (pupuh 19) Adapun tingkah laku wanita ketika bersenggama sebagiknya mengimbangi gerak pria yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa nikmat. Dalam berhubungan seksual diajarkan mengenai bagaimana sikap seorang wanita agar kegiatan hubungan seksual bisa mencapai tujuan yang diinginkan yaitu dapat mengimbangi gerakan laki-laki. Kisanak, bebakunipun ingkang prelu kedah waskita, sageda nuju karsaning priya, ing solah kedah anut ing kersaning kakung. (pupuh 19) Saudara, yang [erlu diperhatikan adalah kewaspadaan. Hendaknya wanita tanggap terhadap kehendak laki-laki. Selain menyeimbangkan gerak, wanita juga harus tanggap dan mengerti apa yang menjadi kehendak laki-laki. Awit wujudipun ingkang kawastanan labet wau inggih guna, tegesipun kapinteran, ingkang dipunwastani guna punika inggih sarana, tegesipun piranti, ingkang binasakaken sarana punika inggih : mantra, tegesipun muna, ingkang dipunwastani mantra punika inggih dunga tegesipun muni, ingkang binasakaken donga menika inggih puja, tegesipun panggunggung, inggih punika sadaya wau dumunung pangrengganing basa, utawi patrap ingkang dados pepunton atining tata krami. (pupuh 20) Dengan upaya seperti itu sesungguhnya merupakan bentuk lain dari ibadah. Sebab bentuk ketekunan dan kesungguhan pada dasarnya berupa guna artinya kepandaian atau ketrampilan. Guna juga berarti sarana, yaitu peralatan. Sarana dapat diartikan sebagai mantra, maksudnya niat yang diverbalkan, sedangkan doa juga berarti harapan atau cita. Kesemuanya seimbang antara prilaku dengan nurani. Budaya Jawa mengajarkan bahwa dalam berhubungan seksual haruslah diniatkan dalam hati bahwa tujuannya adalah baik karena menghasilkan manusia baru. Maka dari itu, hubungan seksual haruslah dilaksanakan dengan niat yang sungguh-sungguh karena hal tersebut sama juga dengan beribadah. Wondene alas hardaning karsa, dumugining cipta maya kados ingkang kasebut ing inggil wau, bok manawi boten amung mahanani dhateng wewatekaning bebayi, pramila para sujana lan sarjana ingkang waskita ing kadadosaning krida utawi pangripta wau sok nuwuhaken, lajeng kangge tetenger nama dhateng atamajanipun. (pupuh 22) Maka dari itu segala keinginan, beradanya cipta maya seperti yang disebut diatas tadi, mungkin tidak hanya memberi watak bayi, makanya para manusia dan manusia yang bijaksana di kejadian yang terjadi atau terciptanya tadi, kadang memberikan tanda, lantas dijadikan nama terhadap anak-anaknya. Dalam hubungan seksual juga diajarkan untuk berada dalam posisi hati yang serba tenang, segalanya dalam kondisi baik agar hasil keturunan yang dihasilkan juga baik. Tidak hanya itu, akan tetapi hati pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual juga harus bersih dan bijaksana. Yen ta saupami ngrembaga bab prakawis wiji, leres sampun dumunung wonten ing priya, pramila sujanma wanodya punika bebasanipun kasebut papan utawi wadah... (pupuh 22) Jika membahas perkara benih, benar, sudah berada di para laki-laki, maka dari itu, perempuan diibaratkan papan atau wadah. Perempuan adalah wadah tempat laki-laki menempatkan maninya agar dijaga dan dirawat dalam suatu tempat yaitu rahim wanita....karsanira Pangeran Kang Maha Mulya karsa nitisaken wijining manungsa... (pupuh 22). Kehendak Tuhan Yang Maha Mulia berkehendak menitiskan benih manusia. Dalam masalah hubungan seksual, haruslah diingat bahwa munculya janin adalah hasil karya Tuhan, sehingga harus dapat dipertanggung jawabkan. Kacariyos bilih kasupen inggih kenging boten dados punapa, sabab sajatosipun ingkang prelu dados awisan amung hawa napsu bilih saged ambirat ing hawa napsu, kacariyos ing adat asring kadunungan awas lan emut, manawi tansah anggenipun awas kaliyan emut, bok manawi estu amanggih kamulyan ing sangkan paran... (pupuh 23) Ceritanya, seandainya lupa sesungguhnya tidak masalah, karena yang sebenarnya perlu mendapat larangan hanya hawa nafsu karena akan bisa menjerumuskan. Ceritanya, dalam adat sering terdapat awas ingat, jikalau teramat sangat rasa awas dan ingat itu mungkin benar akan bertemu dengan kemulyaan di asal dan tujuan. Hal tersebut merupakan ajaran megenai tindakan, yaitu bahwa dalam melakukan hubungan seksual haruslah dengan penuh kesadaran dan diusahakan jangan sampai terseret oleh nafsu birahi belaka. Maksudnya, selama berhubungan seks haruslah tetap diingat bahwa tujuan utama adalah untuk mengahsilkan seorang manusia baru yang baik. Dengan demikian, manusia yang berasal dari proses yang baik maka akan kembali kepada Sang Pencipta dengan keadaan yang baik pula. Ingkang rumiyin nyariosaken tembung upami, wonten sujanma priya kaliyan wanodya, badhe dumugekaken karsa ngulang salulut sami lumebet ing jenem rum, tegesipun dunungin pasareyan, ing riku sandyana amung sakaliyan tur dumunung wonten papaning sepen, liripun boten katingalan dening tiyang kathah, ewa semanten menggah pepantenganing panggalih... (pupuh 25) Yang pertama, menceritakan kalimat seandainya ada manusia laki-laki dan perempuan berkeinginan bercinta, masuk kedalam ranjang artinya berada ditempat tidur walaupun di situ hanya berdua dan juga berada ditempat yang sepi yang intinya tidak kelihatan orang banyak, walaupun begitu keseriusan perasaan janganlah sampai lupa... Ini adalah ajaran mengenai bagaimana cara yang benar ketika laki-laki dan perempuan yang akan mulai melaksanakan kegiatan berhubungan seksual, yaitu harus dilakukan pada tempat yang semestinya. Sing sapa manungsa gelem ngalkoni tumindak marang panggawe nistha sayekti bakal nemu papa. (pupuh 25) Barang siapa manusia yang menjalankan tindak nista pastilah akan menemuai kehinaan. Menjalankan tindak nista maksudnya adalah berhubungan seksual tanpa persiapan yang benar dan hanya berdasarkan atas nafsu birahi belaka, maka nantinya juga akan berakibat buruk....dados manungsa ingkang binasakaken kapir wau supami karsa apulang asmara, mangkana lajeng saged dados wijining manungsa sanajan wiwit duk maksih jabang bayi tan pedot pinidih ing pamulangan tur dhateng tindaking kautaman, ing tembe bilih sampun dewasa bok manawi inggih lajeng wiga katragal dados dugal awit enget manawi pandemeling setan blaka. (pupuh 25) Jadi yang disebut manusia kafir tadi seandainya bersenggama, maka bisa jadi benih manusia walaupun ketika masih bayi terus mendapat ajaran ketidak utamaan dan kebaikan, yang nantinya ketika dewasa mungkin akan menjadi jahat dan nakal karena memang terbuat dari penyatuan setan. Dalam ajaran hubungan seksual, niat awalnya haruslah merupakan niat yang baik. Manusia yang akan melaksanakannya juga haruslah dengan hati dan pikiran yang suci, tidak dengan pikiran yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor baik fisik maupun batinnya akan menghasilkan sesuatu yang jelek dan kotor pula, karena terbuat dari hasil penyatuan dua hal yang sama-sama kotor (setan)....liripun mekaten menggah ing saresmi wau boten kangge pakareman utawi boten kangge memainan, tegesipun boten kangge dedolanan utawi geguyonan... (pupuh 26) Maksudnya dalam hubungan tadi tidak bisa untuk main-main atau bercanda. Hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan seksual. Jadi, kagiatan hubungan seksual harus dilakukan denga serius dan tidak boleh mainmain. Wonden bilih pinuju badhe salulut anggenipun anaji-aji lan angedi-edi ing patrap kapratelaken kados ing ngandap punika : ingkang rumiyin, duk wiwit kagungan karsa badhe apulang asmara lan wanita sakaliyan sami sesucia, inggih punika siram tuwin jamas lajeng ngasta siwur anyiduka toya kaankat celak ing wadana mawi dipundonganana, ananging donganipun kados pundi duk ing jaman kina punika kula boten terang, yen ing jaman samangke inggih katimbang kendel kemawon lowung kaangge minangka gegondhelaning niyat, prayoginipun mawi angucap mkaten : niyatingsun adus, padusan banyuning tlaga kalkaosar, anuceni sakaliring eroh, kang dumunung ana ing jasad kita, mlebu manik metu inten, cahyake amancur mancorong kadi cahyaning Pangeran Kang Maha Kuwasa. Ing riku toya siwur wau lajeng kasiramaken ing wadana, lajeng siram ngantos dumugi sucining saliranipun sadaya. Menggah pratingkah siram ingkang mekaten wau jalu lan wanita ing patrap sami kemawon boten aprabeda. (pupuh 26). Sedangkan ketika ingin memuja-muja dan mengindahkan tingkah laku, akan dijelaskan seperti di bawah ini : Pertama, mulai dari punya keinginan senggama dengan wanita, semua harus suci. Harus mandi keramas, lantas mengambil gayung berisi air dan diangkat di dekat muka dengan berdoa. Tetapi bagaimana doa ketika jaman dahulu itu saya kurang jelas, namun jika jaman sekarang ya daripada diam saja lebih baik dijadikan niat, dan sebaiknya mengucapkan demikian; Niatku mandi, tempat mandi telaga kalkaosar, mensucikan segala darah, yang berada dalam tubuh kita, masuk manik keluar intan, cahayaku bersinar seperti sinar cahaya Tuhan Yang Maha Kuasa. Air yang berada di dalam gayung tersebut lantas disiramkan ke wajah dan dilanjutkan mandi sampai semua badan menjadi suci baik untuk laki-laki maupun perempuan. Berikut adalah ajaran mengenai konsp seks dari segi cara memulai sebuah hubungan seksual yang benar. Proses penyatuan antara dua manusia baru adalah sesuatu yang sakral dan sangat penting untuk disiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membersihkan diri dengan cara mandi. Mandi dalam konteks ini bukan hanya demi kenyamanan fisik belaka, tetapi dengan cara-cara tertentu dengan maksud untuk membersihkan jiwa dan batinya juga. Mandi harus disertai dengan niat yang baik serta doa, dengan tujuan untuk membersihkan segala kotoran (jasmani dan rohani) serta meniatkan sesuatu yang baik dalam hati. Dengan demikian diharapkan dalam melakukan hubungan seksual, keduanya (laki-laki dan perempuan) berada dalam keadaan bersih dan suci sehingga benih yang muncul nanti adlah merupakan buah dari perbuatan yang telah disucikan. Ing sasampunipun rampung sesuciya siram jamas lajeng sami angadiadi warna, kinarya sarana pangundhaning asmara, liripun menggahing pratingkah sami busana ingkang sarwa pantes, sarta angeganda wida, sasmpunipun samekta ing sakaliyan lajeng reruntunan sami malebet ing papreman, tegesipun malebet dhateng ing panglereman utawi dununging pakendelan, inggih punika pasareyan, ing riku priya lajeng angrakit pamasaning aji kamajaya dumunung amung winaos wonten salabeting batos kajarwakaken kados ing ngandhap punika :... Pupuh 26) Setelah selesai bersuci mandi keramas (jamas) lantas berpakaian yang rapi untuk mengundang nafsu yang intinya tingkah laku dengan berpakaian yang pantas dan memakai wangi-wangian. Setelah semuanya selesai, lantas bersama-sama masuk ke tempat untuk tidur, maksudnya masuk ke ranjang, atau tempat istirahat yaitu ketempat tidur. Di situ, laki-laki memsang aji kamajaya yang diucapkan dalam hati. Setelah membersihkan diri, maka ajaran selanjutnya adalah mengenai cara dan bagaimana tindakan mengenai cara dan bagaimana tindakan yang tepat untuk memulai kegiatan sakral tersebut. Pertama, untuk membangkitkan hasrat maka masing-masing harus mrias diri dengan berdandan dan memakai wewangian. Setelah itu, harus pula diperhatikan tempat melakukan kegiatan tersebut dan tidak diperbolehkan dilakukan di sembarang tempat. Wondening sang wanita ingkang rumiyin ugi muntu pangesthi sedya dumunung ing Betalmukadas, tegesipun niyat anjumenengaken kahanan salebeting puraya pasucian, dumunung ing baga. Ingkang kaping kalih, lajeng amusthi nesthi pambukaning aji asmara nala, tegesipun senseming manah, inggih punika wahananing birahi, tegesipun wiji, dumunung ing purana. Ingkang kaping tiga, kaping sekawan, kaping gangsal, kaping nenem, dumugi pitu, mboten aprabeda kados pamusthining kakung wau. Ing sasampunipun samekta pangruktining sakaliyan, lajeng sami kakaron sih, andumugekaken karsa, dene patrap lan pratingkah tumanduking pulang asmara, saestunipun bab makaten punika kadamel pipingitan, sinten ingkang saged uninga amung kinten-kinten yen anithik lelabuhanipun, wiwit duk murwani wau dumugining ngendhon kados inggih sae, liripun bok manawi inggih kados caraning manungsa, sarta boten angicalaken ing tata krami, kados-kados bok manawi inggih punika ingkang kasebut anggendam langening pramana, ambuka kahananing atma, ingkang badhe pinurwaning wicaksana. Ing sasampunipun salulut, sakaliyan medal saking papreman, lajeng samya asiram jamas malih, menggah solah lan pratingkah boten prabeda kadi patraping siram duk ngajeng wau, amung donga sarananipun kantun angurapa makaten suku asta winengku ing solah bawa, solah bawa winengku ing driya, driya winengku ing Hyang Praman, andadekakna adus ing suci santosaning roh kang ana ing badan kita. (pupuh 26) Sedangkan sang perempuan, pertama juga berniat bersedia berada di Betalmukadas, artinya menahan mendiamkan keadaan di dalam kerajaan kesusian, berada di baga. Yang kedua lantas berniat membuka aji asmara nala, artinya pesona hati, itulah wahana birahi, artinya nafsu senggama, tumbuh menjadi purba, artinya benih berada di purana. Yang ketiga, keempat, kelima, keenam, dan seterusnya hingga ketujuh tidak berbeda dengan laki-laki. Setelah selesai menjalani semua lantas keduanya bermain cinta, mendatangkan karsa, sedangkan segala tingkah polah dalam bersenggama, sebenarnya bab ini merupakan rahasia, siapa yang bisa mengetahui kira-kira jika menandai penempatan mulai dari atas yang awal tadi sampai sekarang itu sangat bagus, intinya seperti cara manusia, serta tidak menghilangkan tata krama, mungkin seperti inilah yang disebut pesona keindahan praman, membuka keadaan atma, yang akan menjadi kebijaksanaan. Sesudah bercinta keduanya keluar dari tempat tidur, lantas mandi jamas lagi, sedangkan tingkah laku atau tata caranya tidak berbeda dengan cara mandi yang seperti diatas tadi tetapi doa permintaannya seperti berikut : Kaki dan Tangan berada dalam tingkah laku, tingkah laku berada dalam hati, hati berada dalam Hyang Praman, menjadikan mandi suci sentosanya ruh yang abadi di badan kita. Selain laki-laki, sang perempuan juga harus menyiapkan beberapa hal yang intinya hampir sama dengan laki-laki. Ada beberapa tahap pembukaan yang dilakukan secara perlahan-lahan yaitu pesona atau daya tarik dari masing-masing indra kemanusian yang dimiliki hingga nantinya muncul karsa atau kehendak yang mantap untuk berhubungan seksual. Cara berhubungan sesual yang baik pada intinya adalah untuk saling mengerti keinginan masing-masing, serta untuk senantiasa mengingat tata krama, yaitu berhubungan dengan cara-cara yang etis serta manusiawi. Setelah melakukan hubungan seksual maka diajarkan tindakan yang tepat yaitu mandi dengan cara yang sama dengan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan tersebut, dengan doa yang sedikit berbeda. Tujuan dari tindakan mandi setelah berhubungan seks adalah untuk mensucikan diri masing-masing dan juga membersihkan diri. Doa yang dipanjatkan pada intinya memohon kepada Tuhan agar apa yang telah dilakukan dapat disucikan serta membawa hasil yang baik....lan sumurupa mungguh tumitah ana alam donya iki binasakake mung mampir ngobe (bae)... (pupuh 29) Ketahuilah bahwa manusia yang ada di alam dunia ini diibaratkan hanya mampir minum... Dalam konteks ajaran hubungan seksual, haruslah tetap diingat bahwa kehidupan hanya merupakan sesuatu yang sementara seperti ibarat orang yang melakukan perjalanan jauh dan hanya mampir untuk minum. Maka dari itu, janganlah melakukan hubungan seksual hanya karena kesenangan dunia saja yang sifatnya sementara, tetapi harus dipikirkan juga mengenai pertanggung jawabannya kepada Tuhan dalam perjalanan kehidupan yang selanjutnya....caritaning dalil dawuhing Pangeran, wajida-wajidahu, tegese : sing sapa temen katemenan, mungguh surasaning... (pupuh 29) Apakah anda belum pernah mendengan cerita dalil sabda Tuhan, wajidawajidahu, artinya : siapa yang sengguh-sungguh akan mendapatkan hasil... Ada suatu ungkapan yaitu wajida wajidahu yang artinya siapa yang sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil. Maksudnya disini adalah dalam hubungannya mengenai konsep seks maka ungkapan tersebut bermaksud untuk menyampaikan bahwa hubungan seksual harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang baik.
Dalam Serat Nitimani berisi ajaran mengenai konsep seks dalam budaya jawa. Ajaran tersebut merupakan sistem nilai budaya Jawa yang landasannya adalah konsep religi yaitu masalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala aspek dalam kehidupan orang Jawa, termasuk dalam hal seks pasti berujung kepada masalah antara manusia dengan Tuhan. Seks dalam budaya Jawa bukan hanya merupakan sarana untuk melampiaskan hawa nafsu dan sekedar bersenang-senang akan tetapi sampai kepada pengertian bahwa hubungan tersebut adalah suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami isteri yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dalam hal ini, dapat dikatan bahwa seks merupakan kegiatan yang dianggap suci dan sakral karena hasil dari perbuatan tersebut adalah menghasilak manusia baru. Lahirnya manusia di sunia harus dipersiapkan sebaik mungkin termasuk dari awal proses penciptaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak yang akan lahir nanti berasal dari proses awal yang jelas sehingga dapat mengetahui tujuan hidupnya dengan jelas pula. Konsep mengenai asal dan tujuan hidup manusia merupakan konsep dasar dari apa yang menjadi kepercayaan manusia Jawa. Bahwa ajaran seks merupakan gerbang awal manusia untuk memahami dua konsep utama dalam relegi budaya Jawa yaitu konsep sangkan paraning dumadi dan konsep manunggaling kawula Gusti. Jadi, ajaran seks dalam Serat Nitimani bertujuan untuk memberikan pedoman moral, nilai dan kaidah bagi orang Jawa tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks dengan cara yang benar dan tepat (bener lan pener), karena pada akhirnya apa yang menjadi hasil dari perbuatan tersebut berhubungan dengan asal kehidupan (sangkan paraning dumadi) serta tujuan hidup yang utama yaitu bersatu dengan Tuhan (manunggaling kawula Gusti). Semoga dapat menambah wawasan serat pengetahuan bagi kita dalam menjalani hidup.