Manungsa iku kanggonan sipating PengeraN
Inspirasi
kearifan lokal falsafah Jawa mengatakan bahwa Manungsa iku kanggonan sipating Pengeran.
Gusti
iku dumunung ana jeneng sira pribadi, dene ketemune Gusti lamun sira tansah eling
artinya Tuhan ada di dalam diri pribadi,
dapat anda ketemukan dengan cara selalu eling.
Sifat-sifat
Tuhan yg utama adalah kudus dan suci, penuh kasih dan kerahiman, pengampun,
panjang sabar dan setia, murah hati, adil dan selalu baik kepada siapa pun
tanpa diskriminasi. Tentu Tuhan yang Maha Kuasa dan tak terbatas serta tak
tertandingi dalam semua sifatNya tak dapat terlukiskan secara tuntas dalam
bahasa manusia.
Di
dalam manusia terdapat sifat-sifat Tuhan.
Manungsa
iku kanggonan sipating Pengeran adalah Manusia itu memiliki sifat Tuhan.
Di
dalam manusia terdapat sifat-sifat Tuhan. Sifat-sifat Tuhan yang utama adalah
kudus dan suci, penuh kasih dan kerahiman, pengampun, panjang sabar dan setia,
murah hati, adil dan selalu baik kepada siapa pun tanpa diskriminasi. Tentu
Tuhan yang Mahakuasa dan tak terbatas serta tak tertandingi dalam semua
sifatNya tak dapat terlukiskan secara tuntas dalam bahasa manusia.
Namun
syukur kepada Tuhan bahwa Tuhan menganugerahkan sifat-sifatNya yang positif
kepada manusia sebagai makhlukNya yang diciptakan secitra dengan CitraNya.
Justru karena itulah maka manusia mendapat tugas dalam kelemahan dan
keterbatasanNya untuk memancarkan sifat-sifat positif Tuhan. Kearifan lokal
falsafah Jawa ini dalam arti tertentu hendak mengingatkan kita untuk sadar
bahwa di dalam diri manusia tedapat sifat-sifat Tuhan. Karena itu, adalah
berlawanan dengan kehendak Tuhan bila kita hidup berlawanan dengan sifat-sifat
Tuhan sendiri.
Demikian
Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Semoga bermanfaat. Salam peradaban
kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati kita dengan segala sifat-sifatNya yang
terpancar dalam hidup kita.
Nasihat
luhur Gusti iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan, Tuhan itu dekat
meski kita tidak dapat menyentuhnya dan akal kita dapat menjangkaunya.
Dengan
kata lain, keberadaan Tuhan itu sangat dekat dengan manusia tapi tidak dapat di
sentuh, dan jauh tetapi tidak ada jarak dengan manusia.
Dalam
keheningan, dalam doa, dalam berpuasa, dalam pelayanan, dalam iman, dalam cinta
pada sesama, dan juga dalam damai, kita akan menemukan-Nya.
Manusia
yang sudah bisa mati rogo, mati raga, memperteguh hati dengan menolak segala
macam kesenangan diri; menahan hawa nafsu, mengendalikan diri maka akan
dikendalikan oleh, ada yang menyebutnya, cahaya ilahiyah, cahaya ilahi.
Kalau
sudah demikian, maka segala tindakan mencerminkan sifat Hyang Ilahi, serba
pengasih dan penyayang, belas-kasih, kerahiman, kerelaan, kemurahan,
kedermawanan terhadap sesama.
Bukankah,
manungsa iku kanggonan sipating Pengeran, manusia itu memiliki sifat Tuhan,
karena memang manusia diciptakan sebagai citra-Nya
Mungkin
semua itu sulit kau pahami, muridku. Baiklah. Secara kejiwaan berpuasa
memurnikan hati orang.
Dengan
berpuasa, memudahkan kita berdoa.
Puasa
juga dapat merupakan korban atau persembahan; mengorbankan kesenangan kita dan
kita persembahkan kepada Hyang Agung.
Puasa
juga bisa dikatakan sebagai doa dengan tubuh. Karena dengan berpuasa orang
menata hidup dan tingkah laku rohaninya.
Dengan
berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Dengan
berpuasa, orang mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh
syukur atas kelimpahan karunia Tuhan.
Dengan
berpuasa, orang diharapkan sadar bahwa telah melakukan kesalahan, bahwa telah
berbuat yang tidak semestinya, telah berlaku serakah.
Karena
itu, dengan berpuasa dan berdoa secara sungguh-sungguh orang lalu dengan sadar
meninggalkan keserakahan serta menyesalinya.
KEBATINAN
JAWA
1.
Dumadining
sira iku lantaran anane bapa biyung ira.
Artinya : Lahirnya manusia karena berkat adanya kedua orang tua.
2.
Manungsa
iku kanggonan sipating Pengeran. Artinya
: Di dalam manusia terdapat sifat-sifat Tuhan.
3.
Titah
alus iku ana patang warna, yakuwi kang bisa mrentah manungsa nanging ya bisa
mitulungi manungsa, kapindho kang bisa mrentah manungsa nanging ora mitulungi
manungsa, katelu kang ora bisa mrentah manungsa nanging bisa mitulungi
manungsa, kapat kang ora bisa mrentah manungsa nanging ya ora bisa mrentah
manungsa. Artinya : Makhluk halus ada empat macam, pertama; yang bisa
memerintah manusia namun bisa juga menolong manusia. Kedua; yang bisa
memerintah manusia namun tidak bisa menolong manusia. Ketiga; yang tidak bisa
memerintah manusia namun bisa menolong manusia. Keempat; yang tidak bisa
memerintah manusia namun juga tak bisa diperintah manusia.
4.
Lelembut
iku ana rong warna, yakuwi kang nyilakani lan kang mitulungi. Artinya : Makhluk halus ada dua macam; yang
mencelakai dan yang menolong.
5.
Guru
sejati bisa nuduhake endi lelembut sing mitulungi lan endi lelembut kang
nyilakani. Artinya : Guru Sejati bisa memberikan petunjuk makhluk halus yang bisa menolong dan mana
yang mencelakakan.
6.
Ketemu
Gusti iku lamun sira tansah eling. Artinya : Bertemu Tuhan dapat dicapai dengan
cara selalu eling.
7.
Cakra
manggilingan. Artinya : Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu
berputar, kadang di bawah kadang di atas. Hukum sebab akibat dan memungkinkan
terjadi penitisan.
8.
Jaman
iku owah gingsir. Artinya : Zaman akan selalu mengalami perubahan.
9.
Gusti
iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mulo iku diarani Gusti iku
bagusing ati. Artinya : Tuhan berada di
dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu disebut Gusti (bagusing ati).
10.
Sing
sapa nyumurupi dating Pengeran iku ateges nyumurupi awake dhewe. Dene kang
durung mikani awake dhewe durung mikani dating Pengeran. Artinya : Siapa yang
mengetahui zat Tuhan berarti mengetahui dirinya sendiri. Sedangkan bagi yang
belum memahami jati dirinya sendiri maka tidak mengetahui pula zat Tuhan.
11.
Kahanan
donya ora langgeng, mula aja ngegungake kesugihan lan drajat ira, awit samangsa
ana wolak-waliking jaman ora ngisin-ngisini. Artinya : Keadaan dunia tidaklah
abadi, maka jangan mengagungkan kekayaan dan derajat pangkat, sebab bila
sewaktu-waktu terjadi zaman serba berbalik tidak menderita malu.
12.
Kahanan
kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir, mula aja lali marang
sapadha-padhaning tumitah. Artinya : Keadaan yang ada sekarang ini tidak akan
berlangsung lama pasti akan mengalami perubahan, maka dari itu janganlah lupa
kepada sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan.
13.
Lamun
sira kepengin wikan marang alam jaman kelanggengan, sira kudu weruh alamira
pribadi. Lamun sira durung mikan alamira pribadi adoh ketemune. Artinya : Bila kamu ingin mengetahui alam di
zaman kelanggengan. Kamu harus memahami alam jati diri (jagad alit), bila kamu
belum paham jati dirimu, maka akan sulit untuk menemukan (alam kelanggengan).
14.
Yen
sira wus mikani alamira pribadi, mara sira mulanga marang wong kang durung
wikan. Artinya : Jika kamu sudah
memahami jati diri, maka ajarilah orang-orang yang belum memahami.
15.
Lamun
sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kelanggengan iku cedhak tanpa
senggolan, adoh tanpa wangenan. Artinya
: Bila kamu sudah mengetahui sejatinya diri pribadi, tempat zaman kelanggengan
itu seumpama dekat tanpa bersentuhan, jauh tanpa jarak.
16.
Lamun
sira durung wikan alamira pribadi mara takono marang wong kang wus wikan. Artinya
: Bila anda belum paham jati diri pribadi, datang dan tanyakan kepada orang
yang telah paham.
17.
Lamun
sira durung wikan kadangira pribadi, coba dulunen sira pribadi. Artinya : Bila anda belum paham saudaramu yang
sejati, carilah hingga ketemu dirimu pribadi.
18.
Kadangira
pribadi ora beda karo jeneng sira pribadi, gelem nyambut gawe. Artinya : Saudara sejati mu tidak berbeda
dengan diri pribadimu, bersedia bekerja.
19.
Gusti
iku sambaten naliko sira lagi nandang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi nampa
kanugrahaning Gusti. Artinya : Pintalah Tuhan bila anda sedang menderita
kesengsaraan, pujilah bila anda sedang menerima anugrah.
20.
Lamun
sira pribadi wus bisa caturan karo lelembut, mesthi sira ora bakal ngala-ala
marang wong kang wus bisa caturan karo lelembut. Artinya : Bila anda sudah bisa bercakap-cakap
dengan makhluk halus, pasti anda tidak akan menghina dan mencela orang yang
sudah bisa bercakap-cakap dengan makhluk halus.
21.
Sing
sapa nyembah lelembut iku keliru, jalaran lelembut iku sejatine rowangira, lan
ora perlu disembah kaya dene manembah marang Pengeran. Artinya : Siapa yang
menyembah lelembut adalah tindakan keliru, sebab lelembut sesungguhnya temanmu
sendiri.
22.
Weruh
marang Pengeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe, lamun durung weruh
awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pengeran. Artinya : Memahami Tuhan
berarti sudah memahami diri sendiri, jika belum memahami jati diri, mustahil
akan memahami Tuhan.
23.
Sing
sapa seneng ngrusak katentremane liyan bakal dibendu dening Pengeran lan
diwelehake dening tumindake dhewe. Artinya
: Siapa yang gemar merusak ketentraman orang lain, pasti akan dihukum oleh
Tuhan dan dipermalukan oleh perbuatannya sendiri.
24.
Lamun
ana janma ora kepenak, sira aja lali nyuwun pangapura marang Pengeranira,
jalaran Pengeranira bakal aweh pitulungan. Artinya : Walaupun mengalami zaman
susah, namun janganlah lupa mohon ampunan kepada Tuhan, sebab Tuhan akan
memberikan pertolongan.
25.
Gusti
iku dumunung ana jeneng sira pribadi, dene ketemune Gusti lamun sira tansah eling.
Artinya : Tuhan ada di dalam diri pribadi, dapat anda ketemukan dengan cara
selalu eling.
KETUHANAN
1.
Pengeran
iku siji, ana ing ngendi papan langgeng, sing nganakake jagad iki saisine, dadi
sesembahane wong sak alam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe. (Tuhan itu
tunggal, ada di mana-mana, yang menciptakan jagad raya seisinya, disembah
seluruh manusia sejagad dengan caranya masing-masing)
2.
Pengeran
iku ana ing ngendi papan, aneng siro uga ana Pengeran, nanging aja siro wani
ngaku Pengeran. (Tuhan ada di mana saja, di dalam dirimu juga ada, namun kamu
jangan berani mengaku sebagai Tuhan)
3.
Pengeran
iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan. (Tuhan itu berada jauh namun
tidak ada jarak, dekat tidak)
4.
Pengeran
iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi. (Tuhan itu abadi
dan tak bisa diperumpamakan, menjadi asal dan tujuan kehidupan)
5.
Pengeran
iku bisa mawujud, nanging wewujudan iku dudu Pengeran. (Tuhan itu bisa
mewujudkan namun perwujudannya bukan Tuhan)
6.
Pengeran
iku kuwasa piranti tanpa, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat
mata. (Tuhan berkuasa tanpa alat dan pembantu, mencipta alam dan seluruh
isinya, yang tampak dan tidak tampak)
7.
Pengeran
iku ora mbedak-mbedakake kawulane. (Tuhan itu tidak membeda-bedakan (pilih
kasih) kepada seluruh umat manusia)
8.
Pengeran
iku maha welas lan maha asih, hayuning bawana marga saka kanugrahaning Pengeran.
(Tuhan Maha Belas-Kasih, bumi terpelihara berkat anugrah Tuhan)
9.
Pengeran
iku maha kuwasa, pepesthen saka karsaning Pengeran ora ana sing bisa murungake.
(Tuhan itu Mahakuasa, ditentukan atas kehendak Tuhan, tiada yang bisa
mengalahkan Tuhan)
10.
Urip
iku saka Pengeran, bali marang Pengeran. (Kehidupan berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepada Tuhan)
11.
Pengeran
iku ora sare. (Tuhan tidak pernah tidur)
12.
Beda-beda
pandumaning dumadi. (Tuhan membagi anugrah yang berbeda-beda)
13.
Pasrah
marang Pengeran iku ora ateges ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen Pengeran
iku maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Pengeran.
(Pasrah kepada Tuhan bukan berarti enggan bekerja, namun percaya bahwa Tuhan
Menentukan)
14.
Pengeran
nitahake sira iku karena biyung ira, mulo kudu ngurmat biyung ira. (Tuhan
mencipta manusia dengan media ibumu, oleh karena itu hormatilah ibumu)
15.
Bernyanyi
bisa dadi utusaning Pengeran iku ora mung jalma manungsa wae. (Yang bisa
menjadi utusan Tuhan bukan hanya manusia saja)
16.
Purwa
madya wasana. (zaman awal/ sunyaruri, zaman tengah/ mercapada, zaman akhir/
keabadian)
17.
Owah
gingsiring kahanan iku saka karsaning Pengeran kang murbeng jagad. (Berubah
keadaan itu atas kehendak Tuhan yang mencipta alam)
18.
Ora
ana kasekten sing madhani pepesthen awit pepesthen iku wis ora ana sing bisa
murungake. (Tak ada kesaktian yang menyamai takdir Tuhan, sebab takdir itu
tidak ada yang bisa terjadi)
19.
Bener
kang asale saka Pengeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng
gawe sangsaraning liyan. (Bener yang menurut Tuhan itu tidak memiliki sifat
angkara murka dan gemar membuat kesengsaraan orang lain)
20.
Ing
donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pengeran
lan bener saka kang lagi kuwasa. (Kebenaran di dunia ada dua macam, yakni benar
menurut Tuhan dan benar menurut penguasa)
21.
Bener
saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pengeran
lan kang ora cocok karo benering Pengeran. (Benar menurut penguasa juga
memiliki dua macam yakni cocok dengan kebenaran menurut Tuhan dan tidak cocok
dengan kebenaran Tuhan)
22.
Yen
cocok karo benering Pengeran iku ateges bathara ngejawantah, nanging yen ora
cocok karo benering Pengeran iku ateges titisaning brahala. (Kebenaran yang
sesuai dengan kebenaran menurut Tuhan, itu berarti tuhan yang mewujud, namun
bila tidak sesuai dengan kebenaran menurut Tuhan, berarti penjelmaan angkara)
23.
Pengeran
iku dudu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki uga dewa lan
manungsa asale saka Pengeran. (Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala
yang ada (dewa dan manusia) adanya berasal dari Tuhan).
24.
Ala
lan becik iku gandengane, kabeh kuwi saka karsaning Pengeran. (Keburukan dan
penghargaan merupakan satu kesatuan, semua itu menjadi rumus/kehendak Tuhan)
25.
Manungsa
iku saka berkencan dengan Pengeran mula uga darbe menyeruput Pengeran. (Manusia
berasal dari zat Tuhan, maka manusia memiliki sifat-sifat Tuhan)
26.
Pengeran
iku ora ana sing Padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Pengeran. (Tidak
ada yang menyerupai Tuhan, maka janganlah melukiskan dan menggambarkan wujud
tuhan)
27.
Pengeran
iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe pangira yen manungsa iku
bisa dadi wakiling Pengeran. (Tuhan berkuasa tanpa perlu pembantu, maka jangan
menganggap manusia menjadi wakil Tuhan di bumi)
28.
Pengeran
iku kuwasa, dene manungsa iku bisa. (Tuhan itu Mahakuasa, sementara itu manusia
hanya bisa)
29.
Pengeran
iku bisa ngowahi kahanan apa wae tan kena kinaya ngapa. (Tuhan mampu mengubah
keadaan apa saja tanpa bisa dibayangkan/perumpamakan)
30.
Pengeran
bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang
diperlokake. (Tuhan mampu merusak keadaan yang tidak diperlukan lagi, dan bisa
membuat keadaan baru yang diperlukan)
31.
Watu
kayu iku darbe berpacaran dengan Pengeran, nanging dudu Pengeran. (Batu dan
kayu adalah milik zat Tuhan, namun Tuhan)
32.
Manungsa
iku bisa kadunungan berkencan dengan Pengeran, nanging aja darbe pangira yen
manungsa mau bisa diarani Pengeran. (Di dalam manusia dapat bersemayam zat
tuhan, tetapi jangan merasa bila manusia boleh disebut Tuhan)
33.
Titah
alus lan titah kasat mata iku kabeh saka Pengeran, mula aja nyembah titah alus
nanging aja ngina titah alus. (Makhluk halus dan makhluk kasar/wadag semuanya
berasal dari tuhan, maka dari itu jangan menyembah makhluk halus, namun juga
jangan menghina makluk halus)
34.
Samubarang
kang katon iki kalebu titah kang kasat mata, dene liyane kalebu titah alus.
(Semua yang tampak oleh mata termasuk makhluk kasat mata, sedangkan lainnya
termasuk makhluk halus)
35.
Pengeran
iku menangake manungsa senajan kaya ngapa. (Tuhan memenangkan manusia walaupun
seperti apa manusia itu)
36.
Pengeran
maringi kawruh marang manungsa bab anane titah alus mau. (Tuhan memberikan
pengetahuan kepada manusia tentang eksistensi makhluk halus)
37.
Titah
alus iku ora bisa dadi manungsa lamun manungsa dhewe ora darbe penyuwun marang Pengeran
supayaah alus mau ngejawantah. (Makhluk halus tidak bisa menjadi manusia bila
manusia tidak punya permintaan kepada Tuhan agar makhluk halus menyenangkan
diri)
38.
Nyanyikan
sapa wani ngowahi kahanan kang lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging
minangka utusaning Pengeran. (Siapa yang berani mengubah keadaan yang terjadi,
sembarang orang, namun sebagai “utusan” Tuhan)
39.
Nyanyikan
sapa gelem nglakoni kabecikan lan ugo gelem lelaku, ing tembe bakal tampa
kanugrahaning Pengeran. (Siapa saja yang senang berprestasi dan juga mau
“lelaku” prihatin, kelak akan memperoleh anugrah Tuhan)
40.
Sing
sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine
durung ngerti lamun ana ing donyo iki ono sing ngatur. (Siapa yang belum
mengerti, lalu menganggap sipat kandel itu sebagai rambu-rambu hidup, yang
demikian itu sesungguhnya bila di dunia ini tidak memahami)
41.
Sakabehing
ngelmu iku asale saka Pengeran kang Mahakuwasa. (Semua ilmu berasal dari Tuhan
yang Mahakuasa)
42.
Nyanyikan
sapa mikani anane Pengeran, kalebu urip kang sempurna. (Siapa yang mengetahui
adanya Tuhan, termasuk hidup dalam kesempurnaan).
KEBATINAN
1.
Dumadining
sira iku karena anane bapa biyung ira. (Lahirnya manusia karena berkat adanya
kedua orang tua)
2.
Manungsa
iku kanggonan menyeruput Pengeran . (Di dalam manusia tedapat sifat-sifat
Tuhan)
3.
Titah
alus iku ana patang warna, yakuwi kang bisa mrentah manungsa nanging ya bisa
mitulungi manungsa, kapindho kang bisa mrentah manungsa nanging ora mitulungi
manungsa, katelu kang ora bisa mrentah manungsa nanging bisa mitungat kanungsa,
atau manungsa nanggsa bisa mitulungi manungsa bisa mrentah manungsa. (Makhluk
halus ada empat macam, pertama ; yang bisa memerintah manusia namun juga bisa
membantu manusia. Kedua; yang bisa memerintah manusia namun tidak bisa membantu
manusia. Ketiga ; yang tidak bisa memerintah manusia namun bisa membantu
manusia. Keempat ; yang tidak bisa memerintah anusia namun juga tak bisa
diperintah manusia.
4.
Lelembut
iku ana rong warna, yakuwi kang nyilakani lan kang mitulungi. (Makhluk halus
ada dua macam; yang mencelakai dan yang menolong)
5.
Guru
sejati bisa nuduhake endi lelembut sing mitulungi lan endi lelembut kang
nyilakani. (Guru Sejati bisa memberikan petunjuk mana makhluk halus yang bisa
membantu dan mana yang mencelakakan)
6.
Ketemu
Gusti iku lamun sira tansah eling . (“Bertemu” Tuhan dapat dicapai dengan cara
selalu eling)
7.
Cakra
manggilingan. (Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu berputar, kadang
di bawah kadang di atas. Hukum sebab akibat dan memungkinkan terjadi penitisan)
8.
Jaman
iku owah gingsir. (Zaman akan selalu mengalami perubahan)
9.
Gusti
iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mulo iku diarani Gusti iku
bagusing ati. (Tuhan berada di dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu
disebut Gusti (bagusing ati)
10.
Nyanyikan
sapa nyumurupi pacaran Pengeran iku ateges nyumurupi bangun dhewe. Dene kang
durung mikani terjaga dhewe durung mikani berkencan dengan Pengeran. (Siapa
yang mengetahui zat Tuhan berarti mengetahui dirinya sendiri. Sedangkan bagi
yang belum memahami jati dirinya sendiri maka tidak mengetahui pula zat Tuhan)
11.
Kahanan
donya ora langgeng, mula aja ngegungake kesugihan lan drajat ira, awit samangsa
ana wolak-waliking jaman ora ngisin-ngisini. (Keadaan dunia abadi, maka jangan
mengagungkan kekayaan dan derajat pangkat, sebab bila sewaktu-waktu terjadi
zaman serba berbalik tidak menderita malu)
12.
Kahanan
kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir, mula aja lali marang
sapadha-padhaning tumitah. (Keadaan yang ada sekarang ini tidak akan
berlangsung lama pasti akan mengalami perubahan, maka jangan lupa untuk sesama
makhluk hidup ciptaan Tuhan)
13.
Lamun
sira kepengin wikan marang alam jaman kelanggengan, sira kudu weruh alamra
pribadi. Lamun sira durung mikan alamira pribadi adoh ketemune. (Bila kamu
ingin mengetahui alam di zaman kelanggengan. Kamu harus memahami alam jati
diri), bila kamu belum memahami jati dirimu, maka akan sulit untuk menemukan
(alam kelanggengan)
14.
Yen
sira wus mikani alamira pribadi, mara sira mulanga marang wong kang durung
wikan . (Jika kamu sudah memahami jati diri, maka jarilah orang-orang yang
belum memahami)
15.
Lamun
sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kelanggengan iku cedhak tanpa
senggolan, adoh tanpa wangenan. (Bila sudah mengetahui sejatinya diri pribadi,
tempat zaman kelanggengan itu seumpama dekat tanpa kamu, jauh tanpa jarak)
16.
Lamun
sira durung wikan alamira pribadi mara takono marang wong kang wus wikan .
(Bila anda belum paham jati diri pribadi, datang dan cinta kepada orang yang
telah mengerti)
17.
Lamun
sira durung wikan kadangira pribadi, coba dulunen sira pribadi. (Bila anda
belum paham saudaramu yang sejati, carilah hingga ketemu dirimu pribadi)
18.
Kadangira
pribadi ora beda karo jeneng sira pribadi, gelem nyambut gawe. (“Saudara
sejati” mu tidak berbeda dengan diri Anda sendiri, bekerja)
19.
Gusti
iku sambaten naliko sira lagi nandang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi nampa
kanugrahaning Gusti . (Pintalah Tuhan bila anda sedang menderita kesengsaraan,
pujilah bila anda sedang menerima anugrah)
20.
Lamun
sira pribadi wus bisa caturan karo lelembut, mesthi sira ora bakal ngala-ala
marang wong kang wus bisa caturan karo lelembut. (Bila anda sudah bisa
bercakap-cakap dengan makhluk halus, pasti anda tidak akan menghina dan mencela
orang yang sudah bisa bercakap-cakap dengan makhluk halus)
21.
Sing
sapa nyembah lelembut iku keliru, jalaran lelembut iku sejatine rowangira, lan
ora perlu disembah kaya dene manembah marang Pengeran . (Siapa yang memuji
lelembut adalah tindakan keliru, sebab lelembut sesungguhnya teman Anda
sendiri)
22.
Weruh
marang Pengeran iku ateges wis weruh marang bangun dhewe, lamun durung weruh
bangun dhewe, tangeh lamun weruh marang Pengeran. (Memahami tuhan berarti sudah
memahami diri sendiri, jika belum memahami jati diri, akan memahami Tuhan)
23.
Sing
sapa seneng ngrusak katentremane liyan bakal dibendu dening Pengeran lan
diwelehake dening tumindake dhewe. (Siapa yang gemar merusak ketentraman orang
lain, pasti akan dihukum oleh Tuhan dan dipermalukan oleh perbuatannya sendiri)
24.
Lamun
ana janma ora kepenak, sira aja lali nyuwun pangapura marang Pengeranira,
jalaran Pengeranira bakal aweh pitulungan. (Walaupun mengalami zaman susah,
namun jangan lupa mohon ampunan kepada Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan pertolongan)
25.
Gusti
iku dumunung ana jeneng sira pribadi, dene ketemune Gusti lamun sira tansah
eling. (Tuhan ada di dalam diri pribadi, dapat anda ketemukan dengan cara
selalu eling)
FILSAFAT
KEMANUSIAAN
1.
Rame
ing gawe sepi ing pamrih, memayu hayuning bawana . (Giat bekerja/membantu
dengan tanpa pamrih, memelihara alam semesta /mengendalikan nafsu)
2.
Manungsa
sadrema nglakoni, kadya wayang umpamane . (Manusia sekedar menjalani apa
adanya, seumpama wayang)
3.
Ati
suci marganing rahayu . (Hati yang suci menjadi jalan menuju keselamatan jiwa
dan raga)
4.
Ngelmu
kang nyata, karya reseping ati . (Ilmu yang sejati, membuat tenteram di hati)
5.
Ngudi
laku utama kanthi sentosa ing budi . (Menghayati perilaku mulia dengan budi
pekerti luhur)
6.
Jer
basuki mawa beya. (Setiap usaha memerlukan beaya)
7.
Ala
lan becik dumunung ana terjaga dhewe . (Kejahatan dan terletak di dalam diri
pribadi)
8.
Nyanyikan
sapa lali marang kebecikaning liyan, iku kaya kewan. (Siapa yang lupa akan amal
baik orang lain, bagaikan binatang)
9.
Titikane
aluhur, alusing solah tingkah budi bahasane lan legawaning ati, darbe sipat
berbudi bawaleksana . (Ciri khas orang mulia yakni, perbuatan dan sikap
batinnya halus, tutur kata santun, lapang dada, dan sikap wibawa luhur budi
pekertinya)
10.
Ngunduh
wohing pakarti . (Orang dapat menerima akibat dari ulahnya sendiri)
11.
Ajining
dhiri saka lathi lan budi . (Berharganya pribadi tergantung ucapan dan
akhlaknya)
12.
Nyanyikan
sapa weruh sadurunge winarah lan diakoni sepadha-padhaning tumitah iku kalebu
utusaning Pengeran . (Siapa yang mengetahui sebelum terjadi dan diakui sesama
manusia, ia termasuk utusan tuhan)
13.
Nyanyikan
sapa durung wikan anane jaman kelanggengan iku, aja ngaku dadi janma linuwih.
(Siapa yang belum paham adanya zaman keabadian, jangan mengaku menjadi orang
linuwih)
14.
Tentrem
iku saranane urip aneng donya . (Ketenteraman adalah sarana menjalani kehidupan
di dunia)
15.
Yitna
yuwana lena kena . (Eling waspdha akan selamat, yang lengah akan celaka)
16.
Ala
ketara becik ketitik. (Yang jahat maupun yang baik pasti akan terungkap juga)
17.
Dalane
waskitha saka niteni . (Cara agar menjadi awas, adalah berawal dari sikap
cermat dan teliti)
18.
Janma
tan kena kinira kinaya ngapa. (Manusia sulit dilupakan dan dikira)
19.
Tumrap
wong lumuh lan keset iku prasasat wisa, pangan kang ora bisa ajur iku kena
diarani wisa, jalaran mung bakal nuwuhake lelara. (Bagi manusia, fakir dan
malas menjadi bisa/racun, makanan yang tak bisa hancur dapat disebut sebagai
bisa/racun, karena hanya akan menimbulkan penyakit)
20.
Klabang
iku wisane ana ing sirah. Kalajengking iku wisane mung ana pucuk buntut. Yen
ula mung dumunung ana ula kang duwe wisa. Nanging durjana wisane dumunung ana
ing sekujur badan. (Racun bisa Lipan terletak di kepala, racun bisa
kalajengking ada di ujung ekor, racun bisa ular hanya ada pada ular yang
berbisa, namun manusia durjana racun bisanya ada di sekujur badan)
21.
Geni
murub iku panase ngluwihi panase srengenge, ewa dene umpama ditikelake loro,
kalah panas tinimbang guneme durjana. (Nyala api panasnya melebihi panas
matahari, namun demikian umpama panas dilipatgandakan, masih kalah panas dari
ucapan orang durjana)
22.
Tumprape
wong linuwih tansah ngundi keslametaning liyan, metu saka atine dhewe. (Bagi
orang linuwih selalu berupaya menjaga keselamatan untuk sesama, yang keluar
dari niat suci diri pribadi)
23.
Pangucap
iku bisa dadi jalaran kebecikan. Pangucap uga dadi jalaraning pati,
kesangsaran, pamitran . Pangucap uga dadi jalaraning wirang. (Ucapan itu dapat
menjadi sarana kebaikan, sebaliknya ucapan bisa pula menyebabkan kematian,
kesengsaraan. Ucapan bisa menjadi penyebab penyebab malu)
24.
Sing
bisa gawe mendem iku: 1) rupa endah; 2) bandha, 3) dharah luhur; 4) umure. Arak
lan kekenthelan uga gawe mendem sadhengah wong. Yen ana wong sugih, endah
warnane, akeh kapinterane, tumpuk-tumpuk bandhane, luhur dharah lan isih enom
umure, mangka ora mendem, yakuwi aran wong linuwih. (Penyebab orang menjadi
lupa adalah : gemerlap hidup, harta, kehormatan, darah muda. Arak dan minuman
juga membuat mabuk sementara orang. Namun ada orang kaya, tampan rupawan,
hartanya melimpah, baik, dan usia muda, namun semua itu tidak membuat lupa
diri, itulah orang linuwih)
25.
Nyanyikan
sapa lena bakal cilaka. (Siapa terlena akan celaka)
26.
Mulat
salira, tansah eling kalawan waspada . (Jadi orang harus selalu mawas diri,
eling dan waspadha)
27.
Andhap
asor . (Bersikap sopan dan santun)
28.
Sakbegja-begjane
kang lali luwih begja kang eling klawan waspada. (Seberuntungnya orang lupa
diri, masih lebih beruntung orang yang eling dan waspadha)
29.
Nyanyikan
sapa salah seleh. (Siapapun yang akan merusak celaka)
30.
Nglurug
tanpa bala, menang tanpa ngasorake. (Bertanding tanpa bala bantuan)
31.
Sugih
ora nyimpen . (Orang kaya namun dermawan)
32.
Sekti
tanpa maguru. (Sakti tanpa berguru, alias menjalani menjalani prihatin yang
panjang)
33.
Menang
tanpa ngasorake. (Menang tanpa penghinaan)
34.
Rawe-rawe
rantas malang-malang putung. (Yang mengganggu akan lebur, yang menahan akan
hancur)
35.
Mumpung
anom ngudiya laku utama . (Selagi muda berusahalah selalu berbuat baik)
36.
Yen
sira dibeciki ing liyan, tulisen ing watu, supaya ora ilang lan tansah
kelingan. Yen sira gawe kebecikan marang liyan tulisen ing lemah, supaya enggal
ilang lan ora kelingan . (Jika kamu menerima orang lain, tulislah di atas batu
agar tidak hilang dari ingatan. Namun bila kamu berbuat baik kepada orang lain,
ditulis di atas tanah, agar segera hilang dari ingatan)
37.
Nyanyi
sapa temen tinemu . (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil)
38.
Melik
nggendhong lali. (Pamrih menyebabkan lupa diri)
39.
Kudu
sentosa ing budi . (Harus selamat ke dalam jiwa)
40.
Nyanyikan
prasaja. (Menjadi orang harus sabar sabar)
41.
Balilu
tau pinter durung nglakoni. (Orang bodoh yang sering mempraktekan, pandai
dengan orang pinter namun belum pernah mempraktekan)
42.
Tumindak
kanthi duga lan Prayogo. (Bertindak dengan penuh hati-hati dan teliti/tidak
sebrono)
43.
Percaya
marang dhiri pribadi . (Bersikaplah percaya diri)
44.
Nandur
kebecikan. (Tanamlah selalu nikmat)
45.
Janma
linuwih iku bisa nyumurupi anane jaman kelanggengan tanpa ngalami pralaya
dhisik. (Manusia linuwih adalah dapat mengetahui adanya zaman keabadian tanpa
harus mati lebih dulu)
46.
Sapa
kang mung ngakoni barang kang kasat mata wae, iku durung weruh jatining Pengeran.
(Siapa yang hanya mengakui hal-hal kasat mata saja, itulah orang yang tidak
memahami sejatinya Tuhan)
47.
Yen
sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa
pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku,
sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking. (Bila anda
mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa
pintar, karena jika Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal
itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang
kering)
48.
Sing
sapa gelem gawe seneng marang liyan, iku bakal oleh wales kang luwih gedhe
katimbang apa kang wis ditindakake. (Barang siapa yang gemar membuat orang lain
bahagia, anda akan mendapatkankan balasan yang lebih besar dari apa yang telah
anda lakukan)
Pepatah Jawa Kuno
1.
Bibit,
bebet, bobot. (Menilai kualitas secara mendetail berdasar asal muasal, peranan,
dan kiprah yang telah diperbuat)
2.
Beda-beda
pandumaning dumadi. (Tuhan Yang Maha Adil memberikan anugerah yang adil kepada
seluruh makhluk ciptaan-Nya)
3.
Cakra
manggilingan. (Kehidupan itu dinamis seperti roda yang berputar, tidak tinggi
ketika dipuji tidak jatuh ketika dimaki. Tetap berbuat baik, benar serta
senantiasa mengingat Tuhan)
4.
Ana
catur mungkur.”(Adu mulut pertentangan, percekcokan sebisa mungkin untuk
dihindari agar senantiasa bisa menyelesaikan masalah secara bijak)
5.
Bener
saka kang Kuwasa iku ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran
lan bener kang ora cocok karo benering Pangeran. (Kebenaran di alam semesta itu
ada dua jenis, kebenaran yang selaras dengan ajaran Tuhan dan kebenaran yang
bertentangan dengan ajaran Tuhan. Benar ketika selaras dengan tuntunan/ajaran
Tuhan dan salah ketika bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Tuhan)
6.
Anak
polah bapa kepradah. (Tingkah laku anak mempunyai imbas bagi orang tua, tingkah
laku anak yang buruk orang tua ikut terdampak buruk, begitu pula sebaliknya,
jika perilaku anak baik, orang tua pun akan ikut terdampak baik)
7.
Crah
agawe bubrah. (Pertentangan atau konflik menyebabkan perpecahan/kerusakan)
8.
Dhuwur
wekasane, endhek wiwitane. (Kesengsaraan yang membuahkan kemuliaan)
9.
Dumadining
sira iku lantaran anane bapa biyung ira. (Terjadinya dirimu karena
diciptakannya ibu bapakmu sehingga kedua orang tua harus dimuliakan)
10.
Gupak
pulut ora mangan nangkane. (Tidak turut menikmati manisnya keberuntungan,
tetapi ikut terseret ketika datang kesengsaraan atau penderitaan)
11.
Ana
dina, ana upa. (Tiap perjuangan selalu ada hasil yang nyata)
12.
Adhang-adhang
tetese embun. (Berharap sesuatu dengan hasil apa adanya, seperti berharap pada
tetes embun)
13.
Gliyak-gliyak
tumindak, sareh pakoleh. (Upaya yang dilakukan perlahan, tetapi akhirnya
tujuannya akan tercapai)
14.
Kena
iwake aja nganti buthek banyune. (Berusahalah mencapai tujuan tanpa menimbulkan
kerusakan)
15.
Sepi
ing pamrih, rame ing gawe. (Melakukan suatu pekerjaan tanpa merasa pamrih)
16.
Ngundhuh
wohing pakerti. (Apa pun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sepadan)
17.
Mikul
dhuwur mendhem jero. (Seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua)
18.
Sabar
sareh mesthi bakal pikoleh.”(Pekerjaan apa pun jangan dilakukan dengan
tergesa-gesa agar berhasil)
19.
Rukun
agawe santosa, crah agawe bubrah.(Hidup rukun pasti akan hidup sentosa,
sebaliknya jika selalu bertikai pasti akan bercerai)
20.
Tuna
satak bathi sanak.(Merugi harta, tetapi mendapatkan sahabat)
21.
Satria
yudha wicaksana.(Satria yang berani berperang membela kebenaran, menegakkan
keadilan dengan berlandaskan prinsip kebijaksanaan)
22.
Jaman
iku owah gingsir.(Ruang, waktu, serta zaman akan selalu dinamis dan berubah)
23.
Kakehan
gludhug, kurang udan.(Terlalu banyak berbicara tapi minim usaha, satu aksi
lebih baik daripada satu juta kata-kata)
24.
Kaya
banyu karo lenga.(Tidak pernah rukun ibarat air dan minyak)
25.
Kebo
nyusu gudel.(Kaum tua menimba ilmu atau berguru kepada kaum muda)
26.
Lamun
sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan.(Jikalau
engkau belum memahami alam pribadimu, hendaknya engkau bertanya kepada yang
telah memahaminya)
27.
Manunggaling
kawula klawan Gusti.(Manunggalnya atau bersatunya antara kawula (hamba) dengan
sifat-sifat Tuhannya)
28.
Manungsa
iku kanggonan sipating Pangeran.(Manusia itu memiliki sifat Tuhan)
29.
Nabok
nyilih tangan.(Memanfaatkan atau mempergunakan tangan orang lain untuk
melakukan suatu kejahatan)
30.
Nglurug
tanpa bala, menang tanpa ngasorake. (Menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa
merendahkan lawan, sifat kesatria yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti
luhur)
tembang Jawa
Tak
uwisi gunem iki Kita akhiri pembicaraan ini
Niyatku
mung aweh wikan Kita hanya ingin memberi tahu
Kabatinan
akeh lire kabatinan banyak macamnya
Lan
gawat ka liwat-liwat dan artinya sangat gawat
Mulo
dipun prayitno maka itu berhati-hatilah
Ojo
keliru pamilihmu Jangan kamu salah pilih
Lamun
mardi kebatinan kalau belajar kebatinan
Maknanya
:
Tembang
ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin
mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki
dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup
sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia) dan
Gusti (Pencipta) ( jumbuhing kawula Gusti ) /pendekatan kepada Yang Maha Kuasa
secara total.
Keadaan
spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang
mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan
dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap. Pencari dan penghayat ilmu
sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta
melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus
baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci
jumbuhing Kawulo Gusti : hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara
Kawulo dan Gusti, kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang
berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung
nilai-nilai.
Dalam
budaya Jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan
lambang atau simbol untuk membimbing pemikiran manusia kearah pemahaman
terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia mempergunakan simbol sebagai
media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan
manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari manusia
itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang
diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah
dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar
bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berberda-beda.