SASTRA INDONESIA
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa Indonesia, berdasarkan garis besar nya sastra berarti bahasa yang indah atau tertata dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca nya.
Namun sering kali kita tidak mengerti apa yang di maksud dengan sasta, kebanyakan orang menyamakan antara sastra dan bahasa.
Dalam sastra Indonesia sendiri, benyak sekali bagian-bagianya. Secara garis besar sastra indonesia terbagi menjadi dua yaitu sastra lama dan sastra baru/modern.
Dari sekian banyak sastra contoh nya seperti puisi, cerpen, novel, pantun, gurindam prosa dan sebagai nya dan di antara jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki ciri masing-masing, dan tidak bisa di katakan sama.
Maka untuk lebih jelas nya di sini akan kita bahas mengenai defenisi nya masing-masing.
Pengertian Sastra Menurut Para Ahli.
Sastra adalah kata pinjaman dari literatur Sanskerta, yang which berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari arti kata śās- “instruksi” dasar atau “mengajar”. Dalam kata Indonesia digunakan untuk merujuk pada “sastra” atau semacam tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Agak bias penggunaan sastra dan istilah sastra. Segmentasi Mengacu defenisinya literatur yang lebih tepat sebagai sebuah teks. Yang lebih mengarah ke nuansa puitis sastra sastra (abstrak). Contohnya, didefinisikan sebagai orang yang Pupuklah sastra, tidak sastra.
1. Ahmad Badrun, Sastra adalah kegiatan seni yang menggunakan bahasa dan simbol lainnya garis sebagai alat, dan imajinatif.
2. Mursal Esten, Menyatakan sastra adalah pengungkapan sastra fakta sebagai manifestasi artistik dan imajinatif kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai media dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
3. Menurut Engleton, panggilan sastra “Tulisan yang halus” (letters belle) dicatat bentuk bahasa kerja. sehari-hari dalam berbagai cara dengan yang dipadatkan bahasa, didalamkan, tersusun, dan diterbalikkan dipanjangtipiskan, membuat aneh.
4. Panuti Sudjiman, didefinisikan sebagai sebuah karya sastra lisan yang memiliki berbagai karakteristik atau tulisan keunggulan seperti keorisinalan, kesenian, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.
5. Tarin, sastra adalah obyek dari gejolak emosional penulis dalam mengungkapkan, seperti perasaan sedih, frustasi, gembira, dan sebagainya.
6. Sumarno, sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi manusia berupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman, dalam bentuk gambar yangmembangkitkan tarik beton dengan alat bahasa.
7. Menurut Semi, sastra adalah bentuk kreatif dan hasil pekerjaanseni siapa objek adalah bahasa manusia dan kehidupannya menggunakan sebagai media.
8. Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra adalah:
Sastra adalah seni bahasaSastra adalah ekspresi spontan perasaan yang mendalam.Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasaSastra adalah kehidupan disegel bentuk dalamsebuah inspirasi dari keindahan.Sastra adalah semua buku yang berisi perasaankemanusiaan kebenaran yang benar dan bermoral kesuciandengansentuhan, luas pandang dan bentuk yang mempesona.
9. Damono, mengungkapkan bahwa kehidupan sastra menampilkan gambaran, dan kehidupan itu sendiri adalah realitas sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakuphubungan antar-masyarakat, antar-masyarakat dan individu, interpersonal, dan antar peristiwa terjadi dalam batin seseorang.
10. Suyitno, Sastra adalah sesuatu yang imajinatif, kreatif juga fiktif dan harus melayani dapat dipertanggungjawabkan.
11. Saini, sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi manusiaberupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman, dalam bentuk gambar yang membangkitkan tarik beton dengan alat bahasa.
Ciri karya sastra.
Bahasanya indah atau tertata dengan baik.Isinya menggambarkan manusia dengan berbagai persoalannya.Gaya penyajian nyamenarik sehingga berkesan di hati pembacanya
SEJARAH SASTRA INDONESIA
Beberapa penelaah sastra Indonesia telah mencoba membuat babakan waktu (periodisasi) sejarah sastra Indonesia. Meskipun di antara para ahli dan sarjana itu ada persamaan-persamaan yang dalam membagi-bagi babakan waktu sejarah sastra Indnesia, kalau diteliti lebih lanjut akan tampak bahwa masing-masing periodisasi itu menunjukkan perbedaan-perbedaan yang mencolok baik istilah maupun konsepsinya.
Dalam ikhtisar ini akan diikuti pembabakan waktu sejarah sastra Indonesia sebagai berikut :
MASA KELAHIRAN (1900-1945) yang dapat dibagi menjadi :
1. Periode awal hingga 1933.
2. Periode 1933-1942.
3. Periode 1942-45.
II. MASA PERKEMBANGAN (1945-sekarang) meliputi :
1. Periode 1945-1953;
2. Periode 1953-1961; dan
3. Periode 1961- sekarang.
Dalam pembabakan ini digunaan istilah “periodisasi” dan bukan “angkatan” karena angkatan dalam sastra Indonesia telah menimbulkan berbagai kekacauan. Pembedaan antara periode yang satu dengan periode yang lain berdasarkan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi masing-masing zaman. Sedangkan pembedaan antara angkatan yang satu dengan yang lain sering ditekankan pada adanya perbedaan konsepsi masing-masing angkatan.
Dalam satu periode mungkin saja kita menemukan aktivitas lebih dari satu golongan pengarang yang mempunyai konsepsi yang berbeda-beda; sedangkan munculnya periode baru tidak pula usah berarti munculnya angkatan baru dengan konsepsi yang baru. Perbedaan norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi suatu zaman mungkin menimbukan suasana baru dalam kehidupan sastra tanpa melahirkan suatu konsepsi sastra baru yang dirumuskan oleh seseorang atau sekelompok sastrawan.
Periode sastra angkatan balai pustaka(1900-1933)
Bacaan Liar dan Commissie Voor de Volkslectuur (Balai Pustaka)
Pada tahun 1848 Pemerintah jajahan Belanda mendapat kekuasaan dan Raja mempergunakan uang sebanyak f25.000 untuk keperluan sekolah. Sekolah itu didirikan untuk anak-anak untuk putera.
Dengan didirikanya sekolah banyak orang yang mempunyai kegemaran membaca dan menulis, sehinga timbulah orang yang berbakat yang mulai menulis berbagai rupa-rupa karangan. Surat-surat kabar dicetak baik dalam bahasa Belanda maupun dalam bahasa Melayu yang tersebar di Melayu, Jakarta dan kota yang lain.
Pada abar ke- 19 di Surabaya terbit surat kabar Bintang Timoer (1862), di Padang terbit Pelita Ketjil (1882), dan di Jakarta terbit Bianglala (1867).
Kemudian tahun 1900 ada surat kabar yang memuat karangan yang bersifat Sastra. Awal abad 20 di Bandung ada surat kabar Medan Prijaji yang memuat cerita-cerita bersambung yang berbentuk Roman. Yang sangat menarik ialah sebuah roman yang berjudul Hikayat Siti Mariah yang ditulis H.Moekti.
Disamping itu pemimpin redaksi Medan Prijaji, Raden Mas (Djoko Nomo) Tirto Adhisarjo (1875-1916) menulis dua buah cerita roman berjudul Bosuno (1910) dan Nyai Permana (1912).
Pengarang lain yang produktif adalah seorang wartawan bernama Mas Marco Martodikromo, kemudian terbit beberapa buah roman yaitu Mata Gelap (1914), Studen Hijau (1919), Syair Rempah-rempah (1919), dan Rasa Merdeka (1924)
Semaun menulis sebuah roman berjudul Hikayat Kadiroen (1924) yang dilarang beredar oleh pemerintah karena mereka berpaham kiri yang sifat-sifat dan isi karangan-karangan semacam itu banyak menghasut rakyat untuk berontak, maka karangan-karangan itu disebut “Bacaan Liar”, begitu juga dengan pengarangnya disebut “Pengarang liar”.
Peranakan Indo menulis cerita misalnya G.Francis yang menulis kisah Nyai Dasima (1896). Kaum terpelajar Indonesia pada waktu itu telah membaca buku pengarang Belanda yang membela hak kemerdekaan Pribumi. Misalnya Multatuli dalam bukunya Max Havelaar sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan kesadaran kebangsaan dan keinginan merdeka bangsa Indonesia.
Multatuli adalah nama samaran dari Edward Douwes Dekker (1820-1887) yang artinya “Aku Telah Banyak Menderita”. Ia menjadi pegawai pemerintah jajahan di Indonesia. Pada tahun 1908 didirikan Komisi Bacaan Rakyat (Commissie Voor de Inlandsche School en Volkslectuur) yang berubah menjadi kantor Bacaan Rakyat (Kantoor Voor de Volkstectuur) pada tahun 1917 atau Balai Pustaka.
Pada tahun terbit roman pertama dalam Bahasa Sunda karangan D.K. Ardiwinata (1866-1947) berjudul Baruang Ka Nu Ngarora (Racun Bagi Para Muda). Pada tahun 1918 terbitlah cerita Si Jamin dan Si Johan yang disadur Merari Seregar dari Jan Smees karangan J. Van Maurik. Dua tahun kemudian terbit roman pertama dalam bahasa Indonesia berjudul Azab dan Sengsara Seorang Anak Gadis (1920) karya Merari Siregar yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Kemudian roman Marah Rusli berjudul Sitti Nurbaya (1922), kemudian disusul Muda Teruna (1922) karangan M. Kasim.
Sajak-sajak Yamin dan Rustam Effendi.
Dalam majalah Jong Sumatra tahun 1920 dimuat sebuah sajak sembilan seuntai dengan Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air. Antara tahun 1920-1922 Yamin banyak menulis sajak-sajak lirika. Kebanyakan berupa pujian-pujian terhadap tanah air dan bahasa bundanya sebuah sejarahnya yang berjudul “Bahasa Bangsa”melukiskan perasaannya tentang “Tiada bahasa, bangsa pun hilang”.
Pada tahun 1922, sajak Tanah Air yang semula terdiri dari tiga bait dan dimuat dalam Jong Sumatra 1920 itu, kemudian diterbitkan bersama tambahannya menjadi sebuah buku kecil. Judulnya Tanah Air juga, dipersembahkan penyairnya untuk menyonsong peringatan 5 tahun berdirinya perkumpulan “Jong Sumatra Bond”.
Yamin dilahirkan di Sawahlunto pada tanggal 23 Agustus 1903 dan meninggal di Jakarta tanggal 26 Oktober 1962. Selain menulis sajak, ia pun banyak menulis drama yang berlatar belakang sejarah, antara Ken Arok dan Ken Dedes (1934) dan Kalau Dewi Tara Sudah Berkata ……….. (1932).
Penyair yang sezaman dengan Yamin yang juga sadar akan tugasnya untuk berjuang guna kemerdekaan bangsanya ialah Roestam Effendi (1902). Roestam Effendi menulis dua buah buku yaitu Bebasari (1924) dan Percikan Permenungan (1926). Bebasari ialah sebuah drama bersajak mengisahkan perjuangan seorang pemuda yang membebaskan kekasihnya dari cengkraman keserakahan raksasa. Drama ini merupakan sebuah perlambang/simbolik dari cita-cita pengarangnya. Agaknya jelas dari judulnya yang mengandung perkataan “bebas” maksud dari kekasih yang hendak dibebaskan si pemuda merupakan perlambang tanah air yang berada di tangan penjajah.
PERBEDAAN KARYA SASTRA LAMA DAN KARYA SASTRA BARU.
Karya sastra adalah suatu hasil karya manusia baik lisan maupun nonlisan (tulisan) yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetik (keindahan bahasa) yang dominan. contoh karya sastra adalah puisi, cerpen, novel, drama.
Karya Sastra sudah muncul sejak lama, dan karena perkembangannya, muncullah karya sastra baru/modern. Tentu ada perbedaan antara karya sastra lama dan karya sastra baru/modern. Berikut perbedaanya.
Ciri-ciri Karya Sastra Lama.
Bentuk Karya Sastra lama berupa puisi yang terikat seperti syair, pantun, hikayat, mite, legenda, dongen.Bahasa pada karya sastra lama menggunakan Bahasa Melayu, Bahasa Arab, dan Bahasa Daerah.Tema yang digunakan cenderung kaku, dan bersifat istanasentris, dan berupa mistisLatar Belakang Penciptaan terpengaruh pada kesastraan hindu, islam, budaya tradisional, dan sifat karyanya bersifat Anonim (milik masyarakat).Perkembangannya secara statis, dan disampaikan lisan secara turun temurun.
Ciri-Ciri Karya Sastra Baru/Modern.
Bentuk karya sastra baru berupa puisi bebas dan kontemporer, seperti cerpen, novel, dram Indonesia.Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa keseharian dan sering dimasuki bahasa asing kreatif.Tema yang diangkat seputar kemanusiaan, kemasyarakatan, kehidupan modern, pergaulan remaja,dlllatar belakang penciptaan terpengaruh kesusastraan barat, Budaya industri modern, hak cipta pengarang individu.Perkembangannya bersifat dinamis, melalui media cetak dan audiovisual.
FUNGSI SASTRA.
Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
Fungsi rekreatif, yaitu dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai – nilai yang terkandung di dalamnya.Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
Fungsi moralitas,yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/penikmatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral tinggi.Fungsi religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
JENIS SASTRA
1. PROSA.
Prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan menggunkan bahasa yang bebas dan cenderung tidak terikat oleh irama, diksi, rima, kemerduan bunyi atau kaidah serta pedoman kesusastraan lainnya. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenaya prosa bisa digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa dibagi kedalam empat jenis yaitu prosa naratif, prosa deskiptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif.
Bentuk dari prosa sendiri memiliki dua macam, yaitu roman dan novel. Roman adalah cerita yang mengisahkan seorang tokoh secara keseluruhan dari lahir sampai akhir hayatnya, sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh yang mengubah nasibnya.
2. PUISI.
Puisi adalah sebuah karya sastra yang diuraikan menggunakan diksi atau kata-kata pilihan, dicirikan dengan pembahasan yang padat namun indah, biasanya karya puisi secara tidak langsung dapat menimbulkan kecenderungan dari seseorang untuk mempertajam kesadaranya melalui bahasa yang memiliki irama dan makna khusus. Contoh dari puisi yaitu seperti sajak, pantun, balada.
Unsur instrinsik puisi diantaranya :
Diksi yaitu kata-kata yang dipilih seorang penyair dalam menciptakan puisi.
Kata-kata tersebut tentu kata yang mengungkapkan keindahan dan perasaan.Imaji yaitu upaya penyair dalam membangkitkan daya imajinasi/khayal pembaca tentang peristiwa atau perasaan yang dialami penyair sehingga pembaca ikut merasakannya.
Majas yaitu pengungkapan bahasa yang dipilih penyair untuk memperjelas maksud. Mengungkapkan dengan gambaran/kiasan, membuat kesegaran, dan menimbulkan kejelasan perasaan.Rima yaitu persamaan bunyi dalam puisi yang berguna untuk memperjelas maksud dan menimbulkan keputusan.Irama yaitu pergantian naik-turun, panjang-pendek pengucapan bahasa puisi secara teratur.
Unsur ekstrinsik puisi diantaranya :
Contoh : Pendidikan pengarang, sejarah pengarang, agama pengarang, dan latar belakang pengarang.
Teknik membaca puisi diantaranya :
Ucapan dan gerakan wajar. tidak harus dibuat-buat.Pengucapan harus jelas.Syarat membaca puisi yang baik diantaranya :Memahami isi puisi.Artikulasi dan intonasi tepat.Memberi jeda tekanan pada kata-kata yang penting.Mengeja kata-kata dengan jelas disertai mimik yang sesuai apa yang disampaikan.
Drama
Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunkan dialog atau monolog. drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah atau drama yang dipentaskan.
Macam-macam drama :
Komedi yaitu cerita yang di dalamnya mengandung humor, candaan yang bisa menghibur penikmatnya.Tragedi yaitu cerita yang di dalamnya mengandung kesusahan atau kesulitan yang dialami oelh tokohnya.Tragedi komedi yaitu cerita yang di dalamnya mengandung kesusahan dan humor/lucu silih berganti.Opera/musical yaitu drama yang diiringi oleh musik sebagai pelengkap pementasan seninya.
Unsur karya sastra.
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya, yaitu:
Unsur Intrinsik.
Yaitu unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti :
Tema dan Amanat.
Tema adalah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor adalah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor adalah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan didalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
Tokoh dan Penokohan.
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalamkarya sastra. Tokoh datar (flash character) ialah tokoh yang hanya menunjukan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Tokoh bulat (round character) ialah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Dari segi kejiwaan ada 2 tokoh, Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut ditentukan oleh kesadarannya. Ada pula tokoh Protagonis yaitu tokoh yang disukai pembaca atau penikmat karena sifatnya, tokoh antagonis yaitu tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat karena sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah tehnik atau cara-caranya menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang, pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam suatu cerita.
Alur dan Pengaluran.
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alu memiliki beberapa bagian berikut.
Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh – tokoh.
Tikaian, yaitu terjadinya konflik di antara tokoh – tokoh pelaku. Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh – tokoh.Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu tekhnik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, dibedakan menjadi, alur erat, yaitu alur yang tidak memungkinkan adanya percabangan cerita, dan alur longgar, yaitu alur yang memungkinkan adanya percabangan cerita. Menurut kuantitasnya, alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra, alur ganda ialah alur yang lebih dari satu. Dari segi waktu ada alur lurus yaitu alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita, alur tidak lurus yaitu alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita, alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik(flashback) atau campuran keduanya.
Latar dan Pelataran.
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh berada. Latar sosial ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.Pelataran ialah cara atau tekhnik menampilkan latar.
Pusat Pengisahan.
Pusat Pengisahan ialah sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Dua pusat pengisahan, pencerita sebagai orang pertama dalam cerita, biasanya sebagai aku. Pencerita sebagai orang ketiga tidak terlibat dalam cerita, ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang serba tahu.
Unsur Ekstrinsik.
Yaitu unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk pendekatan diperlikan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, dll.