ALBUM & FOTO SOEKARNO
(Presiden RI pertama)
Diambil dari berbagai sumber
Profil Ir. Soekarno
Siapa sih rakyat Indonesia yang tak
mengenal sosok presiden sekaligus bapak proklamator kemerdekaan Indonesia yaitu
Ir. Soekarno. seorang putra asli Indonesia yang dilahirkan pada tanggal 16 juni
1901 di Peneleh Surabaya Jawa Timur dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya
Ida Ayu Nyoman Rai. semasa hidup beliau mempunyai tiga istri, salah satu
istrinya yang bernama Fatmawati, yang menjahit bendera kebangsaan Indonesia
yaitu bendera pusaka merah putih.
Presiden Soekarno mendapatkan gelar Ir pada tanggal 25 mei 1926 setelah
menamatkan sekolah di THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Teknik Tinggi
yang sekarang menjadi ITB)
Pada tanggal 4 juli 1927 beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan
PNI (Partai Nasional lndonesia) dengan tujuan untuk memerdekakan rakyat
Indonesia karena itu beliau ditangkap oleh belanda dan kemudian di penjara
selama 8 bulan di Bandung.
Dalam pembelaannya yang terkenal dengan sebutan Indonesia Menggugat, Bung
Karno malah menyebabkan Belanda marah dan membubarkan PNI pada juli 1930,
namun Soekarno tidak patah semangat dan akhirnya beliau bergabung kedalam
Partindo sekaligus menjadi pemimpinya akibatnya beliau ditangkap kembali oleh
Belanda dan dibuang ke Ende, Flores pada tahun 1933.
Setelah 4 tahun, beliau kemudian
dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah berbagai perjuangan yang telah dilewati oleh Bung Karno
akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno beserta rekannya Bung Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan ke esokan harinya pada tanggal 18
Agustus 1945 pada sidang PPKI beliau berdua terpilih secara aklamasi dan
dinobatkan sebagai Presiden dan Wakil presiden pertama Indonesia yang mana
sebelumnya pada tanggal 1 juni 1945 Bung Karno dkk telah merumuskan suatu
ideologi atau dasar negara yang akan menjadi pedoman atau rujukan bangsa
Indonesia saat ini yaitu Pancasila.
Akan tetapi tidak lama kemudian bangsa indonesia berada dalam keterpurukan,
selain situasi yang belum stabil ditambah lagi dengan masalah pemberontakan
G-30-S/PKI yang membuat presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah pada
tanggal 11 Maret 1966 namun sayang keterangan itu masih kontroversial. yang
mana surat itu ditujukan kepada Letjen Soeharto yang mana surat tersebut
berisikan tentang perintah untuk menjaga kewibawaan Soekarno, namun sayang
surat tersebut disalah gunakan oleh Soeharto (berbagai versi)
Akhirnya kursi kepresidenan jatuh kepada tangan Soeharto setelah 4 tahun
Presiden Soekarno diasingkan (dikucilkan) dan pada akhirnya beliau menghembuskan nafas
terakhir pada hari minggu 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta.
Jenazahnya dikebumikan di Blitar, Jawa Timur.
BIODATA LENGKAP BUNG KARNO
Nama: Ir. Soekarno
Nama Panggilan: Bung Karno
Nama Kecil: Kusno.
Lahir: Peneleh Surabaya, Jatim, 6 Juni 1901
Meninggal: Jakarta, 21 Juni 1970
Makam: Blitar, Jawa Timur
Gelar (Pahlawan): Proklamator
Jabatan: Presiden RI Pertama (1945-1966)
Nama Panggilan: Bung Karno
Nama Kecil: Kusno.
Lahir: Peneleh Surabaya, Jatim, 6 Juni 1901
Meninggal: Jakarta, 21 Juni 1970
Makam: Blitar, Jawa Timur
Gelar (Pahlawan): Proklamator
Jabatan: Presiden RI Pertama (1945-1966)
Istri dan Anak: Tiga istri delapan anak
Istri Fatmawati, anak :
Istri Fatmawati, anak :
Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh
Istri Hartini, anak: Taufan dan Bayu
Istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.
Istri Hartini, anak: Taufan dan Bayu
Istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.
Ayah: Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu: Ida Ayu Nyoman Rai
Ibu: Ida Ayu Nyoman Rai
Pendidikan:
HIS di Surabaya (indekos di rumah Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)
HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926
HIS di Surabaya (indekos di rumah Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)
HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926
Ajaran: Marhaenisme
Kegiatan Politik: Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927
Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929
Bergabung memimpin Partindo (1931)
Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945
Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
Kegiatan Politik: Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927
Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929
Bergabung memimpin Partindo (1931)
Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945
Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
KATA-KATA BIJAK DAN KATA MUTIARA BUNG KARNO
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung.
Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang
setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah
terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita
sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang
mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong
Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu :
“Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”
Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah
nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah
berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”
(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna.
Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai !
Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT
Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa,
tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi
1963 Bung Karno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya,
berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden
sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan
rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
Tongkat Komando Bung Karno
Berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya
tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan
sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar”
kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di
Istana Bogor.
Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang
bentuknya sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk
berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau
keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia
berpidato.
Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang
tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat
kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci
hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya
pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai
Pet hijaunya itu.
Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti
Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’
wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling
menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak
dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang jadi heboh,
bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang terlatih, kenapa menembak
dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di Radio-radio saat itu saat sidang
pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya
menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban,
‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu
lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno.
Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung
untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu
yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa
menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno
ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati
bagian yang sakit dengan menjilat-.
Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah
asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk
bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak
sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai
usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah
Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden
Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang
kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang
membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah
selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan
ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang
membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. – Seperti diketahui
Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa
jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno.
Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa
siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat
Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius,
berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa
cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh
Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki
Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.
Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan
menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar
biasa hebat’.
Bung Karno sendiri -menurut buku Giebbels, salah seorang
Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam.
Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung Karno sendiri agak
paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia
menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau
tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.
Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat
dari bahan kayu Pucang Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu
hanya ada di Ponorogo, pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai
sejak 1952, setelah peristiwa 17 Oktober 1952. -Suatu malam Bung Karno
didatangi orang dengan membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong
dengan tangannya, balok itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para
Jenderal” kata orang itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman
Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.
Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia,
‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama
dalam rivaalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari 1974, sebelum
meletusnya Malari kedatangan seorang anak muda dengan pakaian dekil dan
menyerahkan sebilah keris “Untuk menang Pak” kata anak muda itu.
Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat
kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di
‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli
kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua
arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam,
saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.
Cerita
kesaktian Soekarno
CERITA 1:
Ditengah derasnya hujan angin, sosok bung Karno yang kala
itu masih menjadi bocah angon berlari kecil menelusuri jalan setapak menuju
bukit gorong, yang terletak disebelah kanan
sungai Penyu Cilacap, Jawa tengah. Beliau membawa satu amanat dari salah
satu gurunya KH. Rifai bin Soleh Al Yamani (Hadrotul maut), Banyuwangi, Jawa
Timur.
Sebagai seorang pemikir handal yang mempercayai suatu
kehidupan alam lain, beliau kerap mengasingkan diri dalam fenomena yang tak
layak pada umumnya, yaitu selalu bertirakat dari satu gua kumuh, bebukitan
terjal , hutan belantara hingga tempat wingit lainnya.
Kisah ini terjadi pada jum’at legi, bulan maulud 1937H.
Berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya. Di suatu malam, beliau didatangi
seekor naga besar yang ingin ikut serta mendampingi hidupnya. Naga itu
mengenalkan dirinya bernama, Sanca Manik Kali Penyu, yang tinggal didalam bukit
Gorong, kepunyaan dari Ibu Ratu Nyi Blorong, yang melegendaris.
Dengan kejelasan mimpinya, Bung Karno, langsung menemui
KH. Rifai, yang kala itu sangat masyhur namanya. Lalu sang kyai memberinya
berupa amalan atau sejenis doa Basmalah,
yang konon bisa mewujudkan benda gaib menjadi nyata.
Lewat suatu komtemplasi dan prosesi ritual panjang,
akhirnya Bung Karno, ditemui sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nyi
Blorong sendiri.
"Angger
putraku, Derajatmu wes tibo neng arep,
siap nampi mahkota loro, lan iki mung ibu iso ngai bibit kejembaran soko nagara
derajat, kang manfaati soko derajatmu ugo wibowo lan rejekimu serto asih
penanggihan" terang Nyi Blorong.
Yang arti dari ucapan tadi kurang lebihnya; "Anakku,
Sebentar lagi kamu akan menjadi manusia yang mempunyai dua derajat sekaligus
(Pemimpin umat manusia dan bangsa gaib yang disebut sebagai istilah/ Rijalul
gaib). Saya hanya bisa memberikan sebuah mustika yang manfaatnya sebagai,
ketenangan hatimu, keluhuran derajat, wibawa, kerejekian serta pengasihan yang
akan membawamu dipermudah dalam segala tujuan"
Mustika yang dimaksud tak lain berupa paku bumi, jelmaan
dari seekor naga sakti, Sanca Manik, yang didalam mulutnya terdapat satu buah
batu merah delima bulat berwarna merah putih crystal.(Bisa dilihat dalam gambar
atas) symbol dari bendera merah putih/ negara Indonesia.
Sebagai sosok mumpuni sekaligus hobbiis dalam dunia
supranatural, (7) bulan, dari kedapatan mustika Sanca Manik, beliau pun
bermimpi kembali. Yang mana didalam mimpinya sosok Kanjeng Sunan KaliJaga
beserta ibu Ratu Kidul Pajajaran (suami istri) menyuruh Bung Karno, datang ke
bukit Tinggi Pelabuhan Ratu, Sukabumi- Jawa Barat.
"Datanglah Nak ketempatku!!! Kusiapkan jodoh dari
pemberian Putranda (Nyi Blorong) yang kini telah kau terima, tak pantas melati
tanpa kembang kenanga, lelaki tanpa adanya wanita"
Tentunya sebagai seorang yang berpengalaman dalam
pengolahan bathiniyah, Bung Karno, adalah salah satu bocah yang sangat
paham akan makna sebuah mimpi. Dalam hal
ini beliau menyakini bahwa mimpi yang barusan dialaminya adalah bagian dari
kebenaran.
Dengan meminta bantuan kepada, Kartolo Harjo, asal dari
kota Pekalongan, yang kala itu dianggap orang paling kaya, merekapun hari itu
juga langsung menuju lokasi yang dimaksud, dengan membawa sedan cw keluaran
tahun 1889.
Kisah perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, ini cukup memakan
waktu panjang, pasalnya disetiap daerah yang dilaluinya Bung Karno, selalu
diberhentikan oleh seseorang yang tidak dikenal.
Mereka berebut memberikan sesuatu pada sosok kharismatik
berupa pusaka maupun bentuk mustika. Hal semacam ini sudah sewajarnya dalam
dunia keparanormalan sejak zaman dahulu kala, dimana ada sosok yang bakal
menjadi cikal seorang pemimpin, maka seluruh bangsa gaibiah akan dengan
antusiasnya berebut memamerkan dirinya untuk bisa sedekat mungkin dengannya.
Untuk mengungkapkan lebih lanjut perjalanan Bung Karno
menuju Pelabuhan Ratu, yang dimulai pada hari Kamis pon, ba’da subuh, Syawal
1938H, pertama kalinya perjalanan ini dimulai dari kota Klaten Jawa Tengah.
Ditengah hutan Roban, Semarang, beliau diminta turun oleh
sosok hitam berambut jambul, yang mengaku bernama, Setopati asal dari bangsa
jin, dan memberikan pusaka berupa cundrik kecil, berpamor Madura dengan besi
warna hitam legam. Manfaatnya, sebagai wasilah bisa menghilang.
Juga saat melintas kota Brebes dan Cirebon, beliau
disuruh turun oleh (empat) orang yang tidak dikenal
1. Bernama kyai Paksa Jagat, dari bangsa Sanghiyang,
memberikan sebuah keris berluk- 5, manfaatnya sebagai wasilah, tidak bisa dikalahkan
dalam beragumen.
2. Bernama Nyai sempono, asal dari Selat Malaka, yang
ngahyang sewaktu kejadian Majapahit dikalahkan oleh Demak Bintoro, beliau
memberikan sebuah tusuk konde yang dinamai, Paku Raksa Bumi, manfaatnya,
mempengaruhi pikiran manusia.
3. Bernama Kyai Aji, asal dari siluman Seleman, beliau
memberikan sebuah pusaka berupa taring macan, manfaatnya, sebagai kharisma dan
kedudukan derajat.
4. Bernama Ki Jaga Rana, memberikan sebuah batu mustika
koplak, berwarna merah cabe, manfaatnya sebagai daya tahan tubuh dari segala
cuaca.
Lalu saat melintas hutan Tomo Sumedang, beliaupun
dihadang oleh seorang nenek renta yang mengharuskannya turun dari mobil,
mulanya Bung Karno, enggan turun, namun saat melaluinya untuk terus melajukan
mobil yang dikendarinya, ternyata mobil tersebut tidak bisa jalan sama sekali,
disitu beliau diberikan satu buah mustika Yaman Ampal, sebagai wasilah kebal
segala senjata tajam.
Juga saat melintas digerbang perbatasan Sukabumi, beliau
dihadang oleh segerombolan babi hutan, yang ternyata secara terpisah, salah
satu dari binatang tadi meninggalkan satu buah mustika yang memancarkan sinar
kemerahan berupa cungkup kecil yang didalamnya terdapat satu buah batu merah
delima mungil.
Sesampainya ditempat yang dituju, Bung Karno dan temanya
mulai mempersiapkan rambe rompe berupa sesajen sepati, sebagai satu
penghormatan kepada seluruh bangsa gaib yang ada ditempat itu, tepatnya malam
rabo kliwon, Bung Karno, mulai mengadakan ritual khususiah secara terpisah
dengan temannya, semua ini beliau lakukan agar jangan sampai menggangu satu
sama lainnya dalam aktifitas menuju suatu penghormatan kepada bangsa gaib yang
mengundangnya.
Dua malam beliau melakukan ritual tapa brata, dengan cara
sikep kejawen yang biasa dilakukannya saat menghadapi penghormatan kepada
bangsa gaib, lepas pukul 24.00, seorang bersorban dan wanita cantik yang tiada
tara datang menghampirinya, mereka berdua tak lain adalah Sunan kaliJaga dan
Nyimas Nawang wulan Sari Pajajaran, yang sengaja mengundangnya.
"Anakku!!! Dalam menghadapi peranmu yang sebentar
lagi dimulai, Ibu hanya bisa memberikan sementara sejodoh mustika yang diambil
dari dasar laut Nirsarimayu (dasar laut pantai selatan sebelah timur
kaputrennya) ini mustika jadohnya dari yang sudah kamu pegang saat
ini,gunakanlah mustika ini sebagai wasilah kerejekian guna membantu orang yang
tidak mampu, sebab inti dari kekuataqn yangterkandung didalamnya, bisa
memudahkan segala urusan duniawiah sesulit apapun" Lalu setelah berucap
demikian, kedua sang tokoh pun langsung menghilang dfari pandangannya.
Kini tinggal Bung karno, sendirian yang langsung menelaah
segala ucapan dari Ibu Ratu, barusan.
Di dalam tatacara
ilmu supranatural, cara yang dilakukan oleh Bung karno, diam menafakuri
setelah kedapatan hadiah dari bangsa gaib tanpa harus meninggalkan tempat
komtemplasi terlebih dahulu, adalah suatu tatakrama yang sangat dihormati oleh
seluruh bangsa gaib dan itu dinamakan, Sikep undur/ tatkrama perpisahan.
Dari kejadian itu Bung Karno, langsung mengambil sikap
diam dalam perjalanan pulang sambil berpuasa hingga sampai rumah/ tempat
kembali semula, cara seperti ini disebut sebagai, Ngaulo hamba/ mentaati pelaturan gaib supaya apa yang sudah
dimilikinya bisa bermanfaat lahir dan bathin.
CERITA 2:
KESAKTIAN SOEKARNO
SANG PUTRA FAJAR
Banyak yang menyaksikan kesaktian pak Karno ( Presiden 1
RI ) . Salah satunya pak Taufik yang beberapa hari lalu saya temui di daerah
Sulawesi Barat. Sambil guyon (bercanda ) ia bercerita banyak tentang sosok pak
Karno. Kata pak Taufiq , waktu dia berumur 6-7 tahunan pernah melihat pak Karno
berdiri diatas pesawat terbang. Ia bisa tahu setelah diberitahu Ibunya.
Penduduk desa pun pada saat itu menyaksikan. Kata Ibunya, ” La kae lo Pak Karno
nang nduwur pesawat, ” . Pak taufiq pun menyaksikan kejadian itu dan tidak akan
bisa lupa, katanya.
Selain berdiri diatas pesawat, Pak Karno juga beberapa
kali lolos dari upaya pembunuhan, pernah ditembak dimasjid tapi meleset. Sering
Pak Karno menjadi target pembunuhan namun selalu tidak berhasil ,tambah Pak
Taufik .
Selain Pak Taufik, seorang nenek ( Ismi /70) juga pernah
menyaksikan gambar sosok Pak Karno di bulan. Seluruh rakyat Indonesia pada saat
itu menyaksikan . Gambar Pak Karno di bulan seperti seorang yang memakai peci
songkok sedikit miring ke kanan , persis wajahnya Pak Karno. Bahkan dimuat
disurat kabar dan Radio ,katanya. Pak Karno memang sosok yang karismatik,
sampai sekarang jasa-jasa dan kebesarannya masih tetap dikenang oleh Rakyat
Indonesia. Cerita ini hanya untuk mengisi waktu, tidak bermaksud mengkultuskan
Soekarno , apalagi mendewakannya atau menganggapnya seorang Nabi. Semoga dengan
cerita ini kita bisa ingat akan jasa-jasa baik Soekarno, kemudian bisa menjaga
bangsa Indonesia yang diwariskannya pada kita.
Salam Untuk Hari Ini . Mari kita jaga Indonesia dari
Korupsi , Kolusi dan Nepotisme.Mari kita hidupkan kebersamaan dalam kedamaian.
Untuk mewujudkan cita- cita Indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
ASAL-USUL-TONGKAT-SOEKARNO
Dalam banyak dokumentasi foto Bung Karno, tidak sedikit
yang menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu memegang atau mengempit tongkat
komando. Dalam hierarki kemiliteran, posisinya sebagai Panglima Tertinggi,
tentu saja merupakan hal yang wajar jika ia sering terlihat memegang tokat
komando. Sama seperti yang sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima
Kodam, Kapolri, memegang tongkat komando.
Akan tetapi, tidak begitu dari kacamata spiritual.
Kalangan yang percaya hal-hal ghaib. Kalangan yang percaya adanya kekuatan
tertentu pada benda-benda keramat. Kalangan yang percaya adanya hal-hal
metafisik yang tidak bisa dibahas dengan kalimat lugas, dan tidak bisa dinalar
dengan pola pikir normal. Nah, kelompok ini, begitu eksis di Indonesia, sejak
dulu sampai sekarang.
Di antara kalangan mereka, percaya betul bahwa tongkat
komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno
adalah tongkat sakti, yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan, kayu yang dibuat
sebagai tongkat pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang
adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau
utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Nah,
di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya
pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu
pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air. Jika bayangan di dalam
air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak
itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu
artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa, yang banyak tumbuh di seantero
negeri.
Begitulah sudut pandang mistis masyarakat spiritual
terhadap tongkat komando Bung Karno. Alhasil, tidak sedikit yang menghubungkan
dengan besarnya pengaruh Sukarno. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan
kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan
dengan “kesaktian” Sukarno, sehingga lolos dari beberapa kali usaha pembunuhan.
Apa kata Bung Karno? “Ah… itu semua karena lindungan
Allah, karena Ia setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan selama ini. Namun
kalau pada waktu- waktu yang akan datang Tuhan tidak setuju dengan apa-apa yang
aku kerjakan, niscaya dalam peristiwa (pembunuhan) itu, aku bisa mampus.”
KISAH MISTIS BUNG KARNO
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban,
‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu
lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno.
Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung
untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu
yang lain di anak ini.
Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa
menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno
ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati
bagian yang sakit dengan menjilat-.
Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah
asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk
bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak
sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai
usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah
Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo.
Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang
berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas
Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng
perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang
Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi
rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang membuat ikatan
batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. Seperti diketahui Jawa Tengah adalah
basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa
jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno.
Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa
siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat
Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius,
berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa
cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh
Nusantara’.
Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan
dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas. Sejak mimpi itu,
kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan langsung hilang berganti dengan
‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’. Bung Karno sendiri -menurut buku
Giebbels, salah seorang Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh
dengan benda-benda tajam.
Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung
Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit
ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti
akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.
Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang
Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo,
pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah
peristiwa 17 Oktober 1952.
Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa
sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu
diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang itu.
Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu
itu menjadi tongkat komando
Setelah saya membaca cerita itu ada sesuatu yang lain
yang tersembunyi dalam rangkaian kalimat itu. Merasa tidak tepat dalam
memandang seorang yang bernama Ir. Soekarno sang proklamator itu. Apalagi
dengan bertaburan nuansa klenik yang terpelihara dan dilindungi oleh
pemuka-pemuka masyarakat dengan tidak ada penjelasan yang lebih relevan bagi
orang sekelas Bung Karno yang mendunia kala itu. Menurut hemat saya justru
mengurangi kewibawaan Bung Karno sebagai salah satu pendiri Republik ini.
Entah ada unsur kesengajaan atau ada unsur pengalihan
secara sistematis, agar masyarakat lepas dari realitas Soekarno sebagai bapak
Bangsa yang memang Cendekia.
Atau disesuaikan dengan waktu/jaman itu (1937), bangsa
ini sedang bergolaknya untuk mengusir penjajah Belanda, dengan kemasan cerita
seperti itu sangat masuk akal agar tidak dipahami oleh Belanda tentang ajaran,
isme, ide, upaya Bung Karno untuk mencapai cita-cita bangsa ini. Tetapi
sekarang sudah merdeka dan di abad Teknologi dan Informasi (tidak sebagai
uraian sastra gerakan bawah tanah lagi). Sehingga tulisan cerita itu diberi
pemaknaan ulang agar dapat ditauladi oleh anak-anak bangsa ini, bukan malah
menjadi anti Soekarno, karena tuntutan pemahaman anak muda Indonesia terkait kesakralan
(keklenikan yang terselubung) yang tidak terjelaskan, akan menjauhkan diri dari
makna yang tersembunyi di balik cerita itu.
Secara ringkas hasil resume dari cerita itu saya tabelkan
agar mudah dipahami keterkaitannya: mulai dari 7 toponimi penting yang
digunakan.
Mulai perjalanan beliau berangkat dari :
KLATEN —> ALAS
ROBAN — BREBES dan CIREBON—->TOMO—->SUKABUMI —->PELABUHANRATU.
Ir. Soekarno bersama temannya asal pekalongan dapat
dijadikan petunjuk yang sangat jelas bahwa itulah langkah-langkah beliau untuk
memimpin bangsa ini.
1.
KLATEN (Syahadatain).
2.
ALAS ROBAN (menelusuri jalan ke-Robbi-an) di
sini dekat/ditemani sampai tujuan dengan/oleh PEKALONGAN (ngalong, bangun
tengah malam untuk dzikir dan berdoa)
3.
BREBES (mencari sumber Ilmu yang selalu
mengalirkan) disni dekat CIREBON (Ci – air yang mengalir /sungai ilmu, Rebon
alias Ngaji-REBONAN atau setiap hari Rabu rutin menggali berbagai macam Ilmu).
4.
TOMO (laku utama atau berahlak Mulia, mengasihi
fakir miskin, tua renta, dan rakyat jelata).
5.
SUKABUMI (menggali kecintaan tanah air dan
segala macam isinya /sumberdaya alamnya, meskipun dihadang oleh berbagai macam
cobaan di dunia sumberdaya alam ini dan sering para pemimpin mau menerima yang
kecil (sogokan) dan membiarkan perampok, penjajah, penggayang sumberdaya alam
milik tanah air ini lebih banyak dibawa kabur).
Jika lulus yang 1,2,3,4,5 atau 6 (rukun Iman/Islam Ajaran
dari KALI PENYU (Sunan Kalijaga) seperti gambar yang menempel di mihrab masjid
Demak yaitu simbol Penyu (Badan yang ditopang 4 kali dan 1 ekor + 1 kepala yang
selalu keluar -masuk badan (jadi 5 atau 6 ajaran) mengandung 5 atau 6 ajaran
utama). Dengan cahaya 5 atau 6 ajaran ini disimbolkan Nyi Blorong (blorong
merupakan nur/cahaya, sinar yang terang), maka Ir. Soekarno mencapai
cita-citanya yaitu sampai di PELABUHANRATU (menerima penghargaan dari sebagai
Presiden pimpinan tertinggi disimbolkan Mustika Naga Derajad (MND).
Lengkaplah 2 mustika dipegang oleh Ir. Soekarno yang
awalnya dalam ketidakjelasan arah dan belajar sendiri/tanpa guru, yang kemudian
dari BUKIT GUA GORONG (pintu/jalan menuju cahaya/Blorong). Mustika Pertama
diberikan secara gratis yaitu Syahadatain (KLATEN), Mustika yang kedua didapat
setelah menyelesaikan pelajaran dan ujian, sampailah kepada Mustika kedua Naga
Derajad, dilantik, dipercaya, untuk mengayomi rakyat, mengelola alam
(SUKABUMI), tidak silau dengan berbagai godaan sogokan para penjajah dan
perampok tanah air ini. Dan yang sangat penting pada setiapa tahapan selalu
menjalankan atau beserta pekalongan yang artinya selalu rajin bertafakur di
tengah malam (NGALONG).
Adapun sebutan Guru dan Artefak yang ditemui dan
menyertai perjalanan beliau yang diberikan oleh yang beliau temui juga bermakna
siqnifikan, yaitu:
Ketika di awal perjalan mencari tanpa guru di belantara
tanpa arah dan tidak ada nur/cahaya yang membimbing tidak mendapat mustika
apa-apa.
1.
Di Klaten, setelah mendapat nur/cahaya (Blorong)
dan ditunjukkan jalan menuju cahaya mendapat Mustika Naga sakti Sanca Manik
dari kali Penyu (Ajaran Sunan Kalijaga)
2.
Di Alas Roban, oleh Setopati mendapat pelajaran
Cundrik dan Batu Hitam ( merupakan ajaran apa saja yang dilarang oleh Robbi;
kekajaman, kekerasan, main hakim sendiri, dunia hitam) dan guru bernama
Setopati merupakan persembunyian Bung Karno yang diarahkan agar Seto berarti
bersih/suci dan pati berarti meninggal dunia, Setopati berarti membawa ajaran
jalan menuju kematian dengan bersih dan suci.
3.
Di Brebes dan Cirebon, dari keempat gurunya
mendapat: 1. Keris berluk 5 (syariat islam/ 5 rukun Islam).2. Tusuk Konde (Kyai
Paku Raksa Bumi) yaitu pelajaran keluhuran. 3. Taring Macan sebagai simbol
berkuasa untuk melindungi, baik binatang maupun tumbuhan disini di sebut
Toponimi siluman SELEMAN tidak lain dan tidak bukan adalah ajaran nabi Sulaiman
yang sangat tahu mengelola flora dan fauna/lingkungan tanah air. 4. Mustika
Koplak dan batu delima berwarna merah cabe sebagai simbol melakukan
pertimbangan yang tegas/ikhlas berlandaskan petunjuk Keesaan Allah (Dal (huruf
Dal dalam hijaiyah), Lima (berakhiran huruf dal sebanyak lima ayat yaitu surat
Al-Ikhlas).
4.
di Tomo bertemu dengan ‘Nenek Renta” yang
memberikan Mustika Yaman Ampal ini memberi makna melakukan perlindungan kepada
rakyat yang lemah/jelata (Ampal = Kawula Alit) sebagai ujian utama untuk
dielukan dan dilindungi. Meninggalkan rakyat jelata maka mendapat bencana,
dalam cerita di atas diceritakan mobilnya mogok, karena meninggalkan rakyat.
5.
makna toponimi Sukabumi, dalam bergelut untuk
mengelola sumberdaya alam seringkali/banyak bertemu dengan perampok, penjarah,
penjajah (bertemu banyak babi, dan ada yang mencoba nyogok dengan mustika
cungkup kecil dengan merah delima kecil), yang artinya lebih banyak yang dibawa
kabur oleh babi-babi lain, meskipun ada yang baik dengan pamrih itu, yang
disogokkan kepada pejabat selamanya lebih kecil dari pada yang dibawa mereka,
bagaimana dengan bagian rakyat. Hal ini yang dapat dijadikan peringatan kepada
pemimpin yang hanya mencari untung sendiri.
Sampailah kepada Mustika yang
diberikan oleh Sunan Kalijaga dengan Nyi Blorong yaitu Mustika kedua (jodoh
dari mustika pertama yang diberikan di Klaten) sehingga menjadi sejodoh Mustika
dari Laut Nirsarimayu. Lengkaplah Ir. Soekarno menjadi pemimpin bangsa ini.