KISAH KAKAWIN SMARADAHANA
Penulis Kakawin Smaradahana adalah Mpu Dharmaja. Pada masa Raja Sri Kameswara, sekitar tahun 1183 – 1185 M di Kadiri.
Diterbitkan olah R.M.Ng. Poerbatjaraka
Dimuat dalam Bibliootheca Javanice III, Bandung 1931 dengan disertai terjemahan dan catatan catatan
Dasar penerbitannya menggunakan 3 macam naskah turunan, sebuah berangka tahun 1830 Saka, sebuah lagi lebih tua, berangka tahun 1830 Saka, sebuah lagi lebih tua, berangka tahun Saka 1813 dan yang lain lagi tanpa kolophon.
RINGAKSAN CERITA
Ringkasan cerita KAKAWIN SMARADAHANA dapat juga dibaca dalam kitab Prof. Poerbotjaraka, Kepustakaan Jawa ( hal. 20 -21 ) yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Ketika Bhatara Siwa sedang bertapa, Kedewaan diserang raja raksasa yang bernama Nilarudraka. Untuk menghentikan tapa Siwa, maka diutuslah Bhara Kamajaya untuk mengganggu tapa Siwa tersebut dengan panah Pancawisaya, akhirnya tapa Siwa terganggu dan Siwa pun marah terhadap bathara Kama. Kemudian Bhatara Kama dipandang dengan mata ketiga yang terletak di dahi bathara Siwa, lalu musnah terbakarlah bathara kama. Setelah mendengar bahwa bathara kama musna oleh bathara siwa maka bathari Ratih membela suaminya. Dan ikut terbakarlah bathari Ratih. Para dewa memintaka maaf, tetapi bathara Siwa malah memutuskan untuk menitiskan bathara Kama dalam tiap tiap orang laki laki dan bathari Ratih dalam tiap tiap ornag perempuan. Setiba bathara Siwa di surga bertemu dengan istrinya Dewi Uma, mereka saling melepas rindu dan akhirnya Dewi Uma mengandung dan melahirkan putera laki laki berkepalla gajah yang diberi nama Ganesa. Ganesa inilah yang bisa membinasakan raja raksasa Nilarudraka yang menyerang kedewaan,berikut balatentar
Pada bagian akhir naskah Samadahana ini mulai pupuh 38, disebutkan raja raja Jawa ( raja Daha da Jenggala ) ini merupakan penjelmaan bathara Kama dan Bathari ratih.
Kisah cinta Smaradahana adalah kisah terbakarnya Batara Kamajaya oleh api kemarahan Dewa Siwa, yang akhirnya menjadi asal mula cinta di alam manusia. Dewa cinta (Kamajaya/Smara) mengganggu meditasi Dewa Siwa dengan tujuan membangkitkan hasrat Siwa terhadap istrinya, namun Siwa yang marah membakarnya menjadi abu. Istri Kamajaya, Dewi Ratih (Kamaratih), kemudian mengorbankan diri masuk ke dalam api untuk menyusul suaminya, dan arwah mereka berdua menjadi simbol cinta dan kerinduan di bumi.
Rangkuman kisah Smaradahana
- Permulaan: Dewa Siwa sedang bersemedi, namun para dewa membutuhkan bantuan untuk mengalahkan raksasa pembuat kerusuhan di Swargaloka. Dewa cinta (Smara) ditugaskan untuk membangunkan Siwa.
- Tugas: Smara, dengan panah bunga cintanya, menembak Siwa. Siwa pun merasakan kerinduan dan hasrat untuk melihat istrinya, Parvati.
- Konsekuensi: Siwa marah karena meditasinya terganggu oleh dewa yang lebih rendah. Ia membuka mata ketiganya yang menyemburkan api, membakar Smara menjadi abu.
- Pengorbanan: Dewi Ratih, sang istri Smara, tidak dapat menahan kesedihan dan kesetiaannya. Ia melompat ke dalam api untuk menyusul suaminya.
- Asal usul cinta: Dewa Siwa yang menyesal, menyebarkan abu Smara ke empat penjuru dunia. Arwah Kamajaya dan Kamaratih kemudian menjelma menjadi sepasang kekasih di bumi, menjadi lambang cinta, nafsu, dan kerinduan di dunia manusia.





.jpg)